✏ BOOK 6 [Park Jisung Fanfiction]
Tingkat Tertinggi dari mencintai adalah mengikhlaskan, tingkat menyakitkan dari mencintai adalah dilupakan dan tingkat tersulit dari mencintai adalah melupakan.
Kamu, tahu? Aku adalah makhluk yang bisa melakukan ke...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
✏ N O T E ✏ Cerita Fiksi! Semua disetting hanya untuk kepentingan cerita.
•
•
•
•
Aku dan jisung menyusuri kota Myeongdong, kota kenangan yg ingin ku ingat dan lupakan secara bersamaan. Terlalu indah untuk dilupakan dan pahit untuk diingat. Kenapa dua hal itu harus terjadi bersamaan?
Sudah dua jam berlalu sejak menginjakkan kaki di Myeongdong, kami berdua belum menemukan klu apapun.
Tekad ku untuk mencari Elf of soul itu jauh sehingga membawa aku dan jisung kesini. Mungkin bisa-bisa kami pergi ke busan,, atau bahkan Jeju?
"Yar, ga cape?" Jisung bersuara. Aku menoleh padanya lalu menggeleng. "Kamu sendiri?"
Sedetik kemudian jisung terkekeh. "Aku mana ada cape. Kamu lupa aku ini apa?" Aku bungkam. Entah ada sepelik rasa sakit di ulu hatiku. Cukup menohok. "Kamuu nyata..." pelan ku.
Kini giliran jisung yang bungkam. Dia nampak memasang wajah murungnya. "Kamu tau? Kayak nya bentar lagi aku bakalan nyerah..."
Langkah ku terhenti mendadak. Tangan ku mengepal. Pandanganku beralih pada jisung yang tak jauh di depan ku. Menatapku nanar
"Kamu tau? Untuk sampai di titik ini,,ga semudah itu.."
"Aku tau...aku cuma capek, kesana-kemari tanpa arah..."
"Sebab itu aku sedang berusaha untuk menyelamatkan mu, Park jisung!" ujarku penuh penekanan disetiap katanya.
Orang-orang yang lalu lalang menatapku aneh. Mereka mungkin menganggap ku gila karena berbicara sendiri. Jisung mendekat, tangannya terangkat memegang pelan pundak ku.
"Maaf, ayo kita lanjutkan pencariannya.."
Jisung menggenggam tanganku. Mengajak ku kembali melanjutkan langkah yang sempat terhenti. Kembali menyusuri dengan suasana canggung dan saling diam.
"Hey, angkat kepala mu itu, Elf tidak ada di tanah kan?" Sontak aku memandang nya lalu mengangguk. Mataku menelisir orang-orang yang kami lalui.
Agak susah untuk membedakan yang mana manusia dan yang mana elf of soul. Karena keduanya memiliki banyak kesamaan bahkan aura yang dimiliki nampak mengelabui.
Mataku terasa kering dan beberapa kali debu berhasil memasuki mataku. Sesekali aku mengerjapkan mata. Tapi, kali ini rasanya perih. Mau tak mau tangan ku ikut serta untuk mengucek mataku.
Bruk!
"Ah!"
"Maaf.."
Mataku terbelalak melihat siapa yang barusan ku tabrak. Sosok lelaki yang sangat ku kenal. Yang bahkan aku tidak bisa melupakannya.