Bagian III

192 2 2
                                    

Kata orang tidak baik tidur di antara waktu Ashar hingga Maghrib. Aku rasa itu hanya sebuah mitos yang dibuat-buat. Ini kali ketiga aku mencoba membuktikan pernyataan itu. Tidur panjangku sore ini belum cukup membuktikan kebenaran pernyataan itu.

"Ona, kau itu anak manis yang bergengsi tinggi, ihihihiii"

"Hei setan biadab! Pergi kau, jangan pernah muncul lagi dihidupku!"

"Oow lihat, anak manisku menjadi garang. Tetapi sikapnya selalu menunjukkan rasa sayang dan peduli padaku. Tidakkah kau sadar sayang! Kau selalu mengundangku untuk datang sebagai tamu istimewa pada waktu-waktu tertentu, hihihihihiii"

"Apa maksudmu! Aku tidak melakukan apa-apa. Apalagi sekedar untuk mengundangmu!"

"Anak pintar jangan berlagak bodoh!"

Kuntilanak itu kali ini datang tidak sendirian. Tetapi membawa pasangannya. Pocong berkaki pincang tetapi wajahnya lebih menyeramkan dari yang pernah kulihat di film-film. Mereka berdua mendekatiku dalam kegelapan dan berusaha menyeretku ke dalam ruang kosong. Tetapi aku melakukan perlawanan dengan membacakan berbagai ayat-ayat yang katanya dapat mengusir jin dan sejenisnya. Sayangnya usahaku sia-sia hingga mereka berdua benar-benar berhasil menarikku ke dalam ruangan kosong itu. Lalu menenggelemkanku ke dalam sebuah kolam berisi belatung dan darah. "Aaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrggghhhhhhhhh" rasanya aku berteriak sangat keras tetapi tak ada orang yang mendengarkanku.

"Oooiiiiii bangun. Sudah magrib. Tidak baik tidur menjelang Maghrib!" dengan dada yang bergemuruh aku terbangun. Sebuah bantal menghantam kepalaku dan menutupi wajahku. "Siaaaaallll, awas kau ya!" teriakku dengan sangat kesal.

Juriah, dia adalah sepupuku yang paling usil. Kami tinggal bertetangga tetapi dia suka sekali tidur di rumahku. Padahal jika dibandingkan, kamarnya lebih mewah dibandngkan dengan kamarku. Tetapi dia sangat senang tidur di kamarku bahkan hampir disemua malam dia habiskan dikamarku.

"Dia sudah bangun Mak! Hahaha sepertinya dia mimpi buruk Mak. Tiba-tiba dia ingin menerkamku" ujarnya seraya berlari keluar kamar. Aku masih termangu di atas tempat tidur. Mengingat-ingat percakapan dengan kuntilanak itu. "Maksudnya apa ya?" gumamku dengan penuh tanda tanya. "Ah persetan dengan setan itu! Mending aku mandi, hoaaaaaaaaaaaaaaaaaaammmmmmmmmmmmm" seraya meregangkan tulang-tulang yang rasanya mau remuk. Tiba-tiba bulu kudukku berdiri dan sekelebat bayangan melintas di hadapan jendela luar kamar. Aku bergidik ngeri lalu segera berlari ke kamar mandi.

Malam ini berjuta pertanyaan berkelebat di kepalaku. Rasa penasaran semakin menggunung di dalam benakku. Mataku tiba-tiba tertuju ke Juriah yang sibuk memainkan gadgetnya. Kira-kira dia bisa nyambung gak ya kalau membahas hal mistis? batinku kemudian mengedarkan lagi pandangan ke sekeliling kamar. Bulu kudukku merinding dan segera melompat ke kasur sehingga menimpa tubuh Juriah.

"Oooiiii apa-apaan kamu Oon, ah kan jadi game over"

"Jul, kamu percaya dengan mistis?"

"Lah kenapa memangnya?"

"Kamu merasakan ada yang aneh gak malam ini?"

"Hmmmmmm. Aaah kan malam jumat kliwon. Waktunya para genderuwo bergentayangan mencari si kunti atau suster ngesot buat di pacari. Gitu kali ya, hahaha"

"Ooiii aku serius. Tadi di jendela ada bayangan melintas, kamu lihat gak?"

"Oh itu kan baya – "

Suara lolongan anjing menghentikan kalimat Juriah. Kami pun beradu pandangan dan melompat menarik selimut lalu mematikan lampu kamar. "Kamu sih Oon, bahas yang aneh-aneh, kan jadi ngeri, iiihhhh" kali ini aku yakin si Juriah juga mempercayai hal-hal mistis. Dengan perasaan lega, aku mulai membuka diri dan menceritakan pengalaman burukku di alam mimpi bersama si kuntilanak. Dengan tanpa mengurangi atau menambahkan, kuceritakan segalanya ke Juriah. Dia sangat antusias mendengarkan meskipun kami berbincang di dalam selimut. Dapat kulihat samar-samar matanya yang melotot dan serius mendengarkan ceritaku.

"Wah pengalamanmu mirip dengan temanku waktu di kampus dulu!"

"Ahhh yang benar? Jadi apa yang temanmu lakukan?"

"Pergi ke Pak Dukun yang tinggal di dalam hutan agak ke barat itu"

"Lalu?"

"Ya dikasih jimat gitu, daaaaaaaann..."

Juliar berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi di masa lalu temannya. Meskipun kelanjutan ceritanya membuahkan kekecewaan. Paling tidak aku mendapat sedikit petunjuk. Barang kali bisa membantuku mencari tahu secara bertahap. Kadang si Juriah pintar juga, tetapi lebih banyak beloonnya. Lolongan anjing semakin mendekat dan kami pun memutuskan untuk tidur. Mengusir rasa takut ya dengan tidur seraya memasang earphone di telinga masing-masing dengan memutar lagu-lagu hip hop.

"Kriing kring kriiiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnggggggg" deringan yang memekakkan telinga berhasil membangunkanku. Eits sekarang kan hari minggu? Kenapa ada suara alarm? Sebentar, dengan segera kuraih ponsel. Oh ternyata dering telpon, tapi dari siapa ya? Kenapa tidak ada namanya? Aku segera bangkit dan duduk, tetapi telponnya segera berakhir. Sebuah chat masuk, "Selamat pagi Bu Ona! Semoga minggunya menyenangkan" aku segera beralih ke profilnya dan "Astagaaa!" Juriah terbangun "Apa-apaan sih, pagi-pagi sudah teriak. Ganggu orang tidur saja!" dia kembali menarik selimut dan tidur.

Aku membalas chat itu sekedarnya. Dia peroleh nomorku dar siapa ya? Dengan cekatan aku segera mengunjungi group sekolah dan ternyata benar. Dia sudah tergabung di dalam group sekolah. Jadi, dia mencari tahu nomor ponselku dari group sekolah. Sebegitu penasarannnya dia padaku? "Hahahahahaha, bagus bagus bagus! Akulah pemeran utamanya kali ini" dengan malasnya aku kembali tidur setelah beberapa menit menunggu balasan tapi tak kunjung dibalas.

Siang ini aku dan Juriah berencana ingin mengunjungi teman kuliahnya dulu. Yang katanya memiliki pengalaman hampir sama denganku. Kami akan berangkat usai waktu zuhur menggunakan sepeda motornya. Rasanya aku tidak sabar menunggu waktu siang. Baru juga pukul sebelas siang, aku memainkan gadget sekedar pengusir rasa tidak sabar. Notifikasi instagram muncul di layar paling atas. Sebuah permintaan pertemanan dari Oktan Patra. "Whaaaaaaaatt, dia kepo hingga ke sosial mediaku, hahaha" dengan senang hati segera dikonfimasi permintaannya dan mengikuti balik.

"Oooiii senyum-senyummelulu, kesambet genderuwo kali ya di kuburan!" Juriah muncul tiba-tiba serayamerebut ponselku. "Eitssss gak bisa gitu dong!" seruku serya menghindarkanponsel dari cengkeraman jari-jarinya yang siap menerkam ponslku. Aku melihatjam tangan, masih pukul setengah duabelas. Aku mengerutkan kening serayaberkata "Lah bukannya sehabis zuhur? Kenapa datang diwaktu yang tidak tepat? Wahjangan-jangan kamu jelmaan si kuntilanak itu, hahaha!" ujarku meledek Juriahyang tiba-tiba wajahnya berubah menjadi tegang. "Gawat Oon, gawaaaattt!"serunya mendekatiku sembari membisikkan sesuatu. Sontak mataku terbelalak danseketika tubuhku melemas, pandanganku menjadi gelap. Tubuhku bergetar hebat,ketakutan tetapi masih tersisa sedikit kesadaran.

Bala Anak PesugihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang