"Seberapa besar keinganmu agar aku kembali? Seberapa penting presensiku bagimu? Tanpa bertanyapun aku paham dan bisa menjawabnya. Tapi, aku tidak menyusahkanmu, kan?
"Maaf membuatmu menunggu. Itu pasti melelahkan ya?
🍁🍁🍁
Hari itu, Namjoon hyungnya membangunkan sedikit lebih pagi. Matahari bahkan belum menampakkan dirinya. Dasar Namjoon, tidak tau apa dongsaengnya kan masih rindu kasurnya.
"Jimmm..." Namjoon bahkan tak akan segan menyeret lengan sang adik. Peduli amat jika Seokjin tau dan membuat telinganya merah sebab di tarik paksa macam ia menarik Jimin.
"Hyung-aah, burung saja belum mau bangun kenapa aku harus bangun." Mata yang sudah sipit itu makin sipit sebab masih diserang kantuk. Tangannya kemudian mengucek pelan agar sedikit lebih bisa melihat hyungnya yang sangat perhatian itu.
"Memang kau mau disamakan dengan burung?" Namjoon menjitak tepat di tengah-tengah rambutnya. "Cepatlah pemalas!!" Namjoon kembali menyeret lengannya.
"Aduh!! Sakit tau!" Responnya yang sedikit lambat membuatnya bertambah dua kali lipat lebih menggemaskan.
"Makanya jangan membangkang, kaukan anak anjing manis yang penurut." Kali ini Namjoon mengelus rambut sang adik.
"Hyung!!" Jimin akhirnya sukses membuka matanya sebab kesal dengan penuturan Namjoon hyungnya.
"Iya...iya... cepat pakai baju hangatmu! Kaukan sudah berjanji untuk bersepeda bersamaku kemarin." Namjoon menyodorkan sejumlah pakaian hangat hingga kemudian memilihkan yang cocok dan memakaikannya. Jimin memanyunkan bibirnya.
"Akan Jimin pakai sendiri hyung." Jimin merebut pakaian itu. "Memangnya aku anak kecil apa." Gerutunya pelan.
"Kau memang kecil. Kekeke..." Namjoon terkekeh pelan.
Perdebatan itu lalu berakhir, hanya saja Jimin terus menggerutu. Katanya ia bahkan belum cuci muka dan lagi belum menggosok gigi. Parahnya, wajahnya bahkan masih bengkak, ponselnya saja tidak mengenalinya. Namjoon tetap saja menarik paksa lengan Jimin yang bahkan belum selesai pakai baju untung saja ponselnya sudah ia masukkan saku celana. Namjoon pikir Jimin terlalu lama nanti keburu matahari muncul dan panas.
Sampai di garasi, Jimin bahkan masih sibuk dengan bibirnya yang tak diistirahatkan. Sampai-sampai Namjoon membopong Jimin dan mendudukkan di jok sepeda. Jimin tak kunjung diam.
"Yayaya... hyung minta maaf ne? Sekarang kayuh sepedamu dan biarkan mulutmu beristirahat dengan tenang Jiminie." Namjoon memangdang Jimin dengan tatapan menggoda. Namjoon bahkan tidak mengingat apa yang Jimin bicarakan tadi, mendengarkan saja tidak. Jimin pasti marah kalau tau Namjoon mengabaikan gerutuannya.
"Ish." Dengan kesal, kakinya tetap mengayuh dengan cepat membuat Namjoon tertinggal di belakang.
Namjoon terkekeh sejenak, kemudian menyusul Jimin dengan mengayuh kuat sepeda yang di pakainya.
Jimin memang tidak pernah tumbuh di mata hyungdeulnya. Tidak Jimin saja sih, Taehyung dan Jungkook juga. Mereka maknae line yang tetap menggemaskan dan akan selalu begitu.
🍁🍁🍁
Jika Namjoon dan Jimin memilih sepeda sebagai sahabat paginya, maka Seokjin memilih dapur sebagai kesayangannya, ah Yoongi juga disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Equanimity
FanfictionKetakutan masih saja membayangi kendatipun kami sudah kembali bersama setelah semua badai yang membabat kami. Tiang kami kembali kokoh setelah dirobohkan dengan menggenaskan. Kembali semula. Hanya aku yang masih menyimpan sisanya. Kupikir akan leb...