'Mungkin hanya perasaanku saja. Jin hyung bukan yang dulu lagi.'
'Waktu sudah terlewat begitu banyak, seharusnya aku sadar, banyak juga yang sudah ku lewatkan.'
🍁🍁🍁
Sudah tiga hari berlalu sejak hari dimana Seokjin marah sekali dengan Jimin dan Namjoon. Tiga hari juga, Jin lebih pendiam dari biasanya, tidak ada daddy jokes nya, tidak ada candaan 'World Wide Hansome' darinya. Untung saja Jin masih mau memasak dan memberi makan adik-adiknya. Tapi kali ini tidak melibatkan Yoongi ataupun Hoseok. Jin seolah laki-laki super yang selalu mengerjakan semuanya sendiri.
Seperti halnya hari ini. Setelah rapat kecil-kecilan dengan PD-nim, mereka latihan dance lagu lama. Mencoba kembali mengingat masalalu saat mereka berjuang tanpa kenal lelah untuk menjadi seterkenal sekarang.
Jimin yang dulu turut mengajari Namjoon berlatih dance, sekarang justru dirinya yang sedang mendapat pengaharan dari Hoseok. Bagaimanapun, cidera akibat kecelakaan sedikit berdampak bagi otot-ototnya.
Setelah konser lalu Jimin pikir ia tidak melakukan dengan sempurna. Jimin kemarin bukan Jimin yang dulu dimana power dancenya menjadi andalan semua pihak. Dulu, pujian selalu terlontar untuknya. Jimin adalah main dance yang hebat.
Teriakan dan senyum bahagia ARMY lagi-lagi mampu memberikan semangat untuk terus berlari. Tidak apa Jimin harus kembali berkerja lebih keras lagi dan lagi, seperti dulu yang bahkan pernah Jin tegur katanya "Jimin berlatih terlalu keras hingga aku pikir dia akan mati."
"Istirahatlah dulu Jim! Keringatmu sudah seperti mandi saja." Hoseok hyungnya seolah menariknya dari kilasan masalalu yang sangat berharga.
"Aku tidak apa-apa hyung. Aku masih bisa berlatih kok." Tatapannya begitu meyakinkan dan seolah haus akan ambisinya.
Di pojok ruangan, kursi kelima dari pintu, Jin tiba-tiba bangkit dan tanpa sengaja ponselnya terlempar hingga menimbulkan bunyi 'Prak' yang sontak mengundang perhatian semua presensi.
Taehyung, Jungkook dan Namjoon lekas menghentikan tawanya. Yoongi membuka mata dari tidurnya secara tiba-tiba. Hoseok dan Jimin menatap dengan tangan memegang dada sebab terkejut.
Seokjin sendiri sudah menghilang di balik pintu. Untung saja diruangan hanya mereka bertujuh.
Jimin menunduk setelahnya. Ingatan tiga hari lalu belum terlupa sedikitpun. Jimin tentu saja merasa seolah sikap Jin yang berubah memang berawal darinya sebab dia yang tidak menurut. Jin kan member tertua yang otomatis orang pertama yang harus di hormati dari mereka bertujuh.
"Tidak apa-apa. Jin hyung hanya sedang tidak mood saja. Kau tau kan Jin hyung memang sedang sedikit berbeda akhiran ini." Hoseok menepuk bahu Jimin seolah tau bahwa anak itu memang sedang menyesalkan sikap Jin hyungnya yang bahkan sampai sekarang belum mau berbicara dengannya.
"Hyung! Jin hyung pasti masih marah denganku kan? Aku sudah minta maaf hyung, tapi Jin hyung masih marah dan mengabaikanku." Jimin semakin memperdalam menyembunyikan wajah.
Hoseok menatap iba. Ia juga tidak tau yang terjadi dengan Jin hyungnya. Dulu Jin hyungnya tidak pemarah seperti itu. Jin hyungnya hanya akan marah sekali saja itupun akan terlihat lucu. Jin hyungnya tak pernah mengambil hati kesalahan para member. Sangat bertolak belakang dengan Jin hyungnya saat ini.
"Kata siapa Jin hyung marah eoh? Kau terlalu berpikir buruk. Jin hyung kan tidak pernah benar-benar marah. Mungkin saja sedang ada yang dipikirkan sama Jin hyung makanya dia jadi agak berbeda akhiran ini. Kau kan tadi bilang sudah minta maaf jadi kau tidak sedang dalam masalah dengan Jin hyung." Hoseok kali ini memegang dua bahu milik Jimin yang tentu saja lebih sempit dari miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Equanimity
Fiksi PenggemarKetakutan masih saja membayangi kendatipun kami sudah kembali bersama setelah semua badai yang membabat kami. Tiang kami kembali kokoh setelah dirobohkan dengan menggenaskan. Kembali semula. Hanya aku yang masih menyimpan sisanya. Kupikir akan leb...