Titik-titik air menetes dari ujung daun Maple, di belakang rumah ada sekitar tiga pohon Maple yang di temani pohon bunga kecil. Bila musim gugur tiba, halaman rumah ini akan terlihat sangat indah dengan daun coklat kemerahan yang berguguran. Namun sebelum itu, bunga Forsythia akan memancarkan warna kuning cerah di musim semi sebagai bumbu-bumbu keindahan halaman. Bunga yang dipilih Jimin untuk mereka tanam.
Teras belakangnya terdapat satu sofa panjang, satu kursi kupu-kupu dengan bulu halusnya kemudian ada satu ayunan yang dapat memuat tiga orang laki-laki dewasa lalu di depan sofa panjang ada meja kecil yang diatasnya terdapat vas berisi bunga mawar merah. Sofa panjang menghadap halaman langsung, sedang ayunan dan kursi kupu-kupu saling berhadapan.
Ayunannya bergerak teratur kedepan belakang. Kursinya yang muat tiga orang itu penuh oleh Jimin yang mambaringkan tubuhnya miring dengan bantal berwarna kuning bermotif kartun. Alih-alih membaca buku di kedua tangannya, buku itu ia gunakan untuk menutup wajah dari pantulan matahari pagi yang hangat.
Jimin pikir tiduran di ayunan bukanlah ide yang buruk. Pagi tadi ia terbangun mendadak dan masih mengantuk, jadi ia putuskan untuk pergi ke teras belakang rumah. Lalu dua ipads nya tersumpal di telinga kanan kirinya. Lagu I Need Some Sleep milik Eels melantun dari sana.
"Sudah bangun jangan coba tidur lagi Jim!" Seseorang duduk di ujung sofa panjang sebelah kanan untuk lebih dekat dengan posisi Jimin. Dua cup cangkir yang satu berisi coklat hangat yang satu lagi berisi kopi hangat, keduanya mendarat di meja kecil bersebelahan dengan vas bunga.
"Minum coklatnya! Coklat hangat dipagi hari bukan hal yang buruk." Tawarnya seraya mengambil satu cup kopi dan meminumnya sambil sesekali meniupnya.
"Ah hyung aku masih sangat mengantuk tau. Tapi mataku tidak mau tidur lagi." Tuturnya, bersamaan dengan itu buku setebal kamus terjatuh dengan keras saat Jimin menegakkan badan. Untungnya keseimbangannya sedang tidak buruk pasalnya ayunan itu masih bergerak maju mundur.
"Ya jangan tidur lagi!" Mutlaknya. Yoongi tidak suka di bantah ngomong-omong. Semua kata-katanya harus dituruti apalagi Jimin.
Jimin memutar bola matanya malas kemudian mengikuti intruksi Yoongi hyungnya meminum coklat hangat yang dibawa Yoongi tadi.
"Hyung kenapa bangun pagi? Latihan kan siang nanti dan itu masih lama. Hyung mau buat lagu lagi?" Jimin meniup coklat itu pelan dan menyesapnya kemudian. Pelan-pelan lelehan coklat itu menyentuh rongga mulutnya, badannya jadi ikut menghangat.
"Hem." Singkat Yoongi yang memang masih menikmati cairan berwarna hitam itu yang merupakan hal wajib ia konsumsi setiap harinya.
"Hyung sudah banyak sekali membuat lagu, tidakkah semua kata-kata yang digunakan akan habis? Maksudku, kenapa Yoongi hyung selalu bisa menciptakan hal berbeda bahkan setelah ratusan lagu diciptakan?" Jimin meletakkan cup cangkir itu ketempat semula dan menatap Yoongi serius.
Jimin benar-benar sangat penasaran dengan itu. Jimin akui ia memang sangat payah dalam membuat lagu tapi bukan berati dia tak punya hasrat untuk melakukannya. Jimin sangat ingin menyanyikan lagu yang ditulis sendiri. Bukankah itu akan menjadi sebuah kebanggaan?
"Tidak juga." Sadar ditatap dengan serius, Yoongi menjatuhkan cup cangkir di meja. "Musik itu universal Jim. Seperti halnya kehidupan, ada banyak sekali yang bisa kamu jadikan musik. Kamu bisa mengekspresikan perasaanmu bahkan tanpa kamu bilang. Dan beberapa orang mungkin akan berpendapat sepertiku, musik bisa mengangkatmu dari jurang kesusahan." Yoongi menatap Jimin lembut.
"Kau bisa belajar mengekspresikan perasaanmu lewat kata-kata yang kemudian bisa kamu buat musik." Tatapan Yoongi seakan menghipnotis Jimin untuk percaya pada Yoongi hyungnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Equanimity
FanfictionKetakutan masih saja membayangi kendatipun kami sudah kembali bersama setelah semua badai yang membabat kami. Tiang kami kembali kokoh setelah dirobohkan dengan menggenaskan. Kembali semula. Hanya aku yang masih menyimpan sisanya. Kupikir akan leb...