9. Sifat Aslinya

25 3 0
                                    

Hari-hari berjalan sempurna sesuai dengan alurnya. Kini Gwen sudah memiliki teman dekat di sekolah. Menurutnya, Zea dan Alexa adalah dua orang yang sudah Gwen anggap sebagai sahabat. Kemana pun Zea pergi, disitu sudah pasti terdapat Gwen dan Alexa yang menemaninya. Beda halnya dengan Gwen, seorang Zea yang terlihat ganas dimata orang lain dan terkesan sombong itu, tidak pernah percaya yang namanya sahabat. Karena apa? Ya karena menurutnya, sahabat itu bukan sekedar menemani seseorang dikala dia jatuh, tetapi harus berusaha membangkitkannya kembali. Bukan hanya itu, sahabat tidaklah untuk dijadikan sebagai perbandingan mana yang lebih baik dan mana yang buruk. Sahabat itu harus rela berjuang materi dan fisik demi sahabatnya sendiri. Dan Zea akan percaya sahabat, apabila temannya memiliki sifat dan sikap yang sesuai dengan kriteria seorang sahabat.

Sekarang sudah menginjak semester dua, dimana pelajar harus lebih fokus untuk menghadapi ujian kenaikan kelas.

Kelas XI MIPA 1 kini sedang jamkos alias jam kosong, karena guru yang di jadwalkan sedang izin cuti. Dan jadwal guru tersebut adalah pelajaran terakhir yang kurang lebih waktunya empat jam. Sangat membosankan. Iya, kalo siswa bisa pulang seenaknya. Lah ini,  mereka tetap saja harus menunggu waktunya pulang. Unfaedahkan jamkos ini?

***

"Kita ke kantin yuk! Bosen gue lama-lama disini, gak ada kerjaan juga kan?" Sahut Alexa.

"Emang Bu Ani gak ngasih tugas, gitu?" Tanya Gwen.

"Kayaknya sih enggak," Jawab Alexa.

"Yaudah lo tanya aja dulu sama si Rafi, dia kan KMnya. Kalo dia enggak tau, tanya si Ezra aja!" Ucap Zea pada Alexa.

"Nitah?" Tanya Alexa, kesal.
(Nitah?=Nyuruh?)

"Apa? Sumpeh deh gue tuh belum ngerti bahasa sunda, lagian lo suka beda-beda ngomongnya. Padahal artinya sama. Kan gue bingung." Jawab Zea, datar.

"Nitah itu, artinya nyuruh." Sahut Gwen.

"Oh nyuruh," ucap Zea mengerti.

"Iya emang, gue nyuruh sama lo. Yaudah cepet tanyain! Gue laper nih, tadi kan gak keburu jajan. Tau bakal jamkos gini mah, gak usah balik ke kelas. Langsung aja tadi ke kantin."  Sambungnya pada Alexa.

"Iya-iya bawel, bentar gue tanyain dulu." Ujar Alexa, melas.

"Fi! Aya tugas teu ti Bu Ani?" Tanya Alexa pada Rafi.
(Aya tugas teu ti Bu Ani?=Ada tugas gak dari Bu Ani?)

"Euweuh jiganamah,"
(Kayaknya sih gak ada)

"Sing balèg?! Mun euweuh, urang rèk ka kantin."
(Yang bener?! Kalo gak ada, gue mau ke kantin)

"Euweuh ngachat ka urang mah. Tanya wè ka si Ezra!"
(Gak ada ngechat tuh ke gua. Tanya si Ezra aja!)

"Za! Si ibu ngasih tugas gak?" Tanya Alexa pada Ezra.

"Enggak ada!"

"Ohh oke, makasih!"

"Hm,"

"Udah belum? Ada gak?" Teriak Zea pada Alexa yang baru saja beranjak pergi meninggalkan Ezra yang sedang membaca buku.

"Enggak katanya, yuk ke kantin!" Jawab Alexa.

"Yuk!" Sahut Gwen.

Mereka bertiga pun pergi ke kantin untuk membeli makanan.

"Pesen gih!" Zea menyuruh Alexa untuk memesan makanan sekaligus minumnya.

"Mau pesen apa?" Tanya Alexa.

"Yang masih buka apa aja?" Tanya Gwen balik.

"Mie ayam kayaknya masih ada tuh." Tunjuk Zea ke arah kantin.

UNEXPECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang