1

20 4 2
                                    

Menerima adalah cara untuk menyikapi sebuah kehilangan.
— ● —

Rintik hujan memenuhi pekarangan hingga tanah pun memamerkan aroma khas nya. Lembab. Duduk beralas ubin nan dingin seperti udara diluar bangunan ini. Entah apa yang terjadi hingga membuatku merubah pola pikir ku yang minimalis. Seakan ada magnet yang menarik ku kedalam masa itu. Masa penuh majas dan tanda seru yang akhirnya berakhir dengan titik. Entah keberapa kali nya pikiran ku dibuat tabu olehnya.

Dimana aku harus mengubur semua ini? Aku tak tau. Andai semesta bicara, satu dua kata. Ku harap bisa membantu. Ku harap ada seseorang menolongku keluar dari lingkaran hitam yang memenuhi otak ku. Pelik. Tak akan ku berikan ruang dan waktuku untukmu. Lagi.

Masa pun tetap berjalan, senja berganti senja begitu pun seterusnya. Hingga akhirnya kutemukan penutup laraku. Berjalan beriringan menembus gelap dan cahaya, membelah kabut, melewati berbagai atmosfer. Bahkan menembus bebatuan gunung hingga menusuk nusuk dasar samudra. Seolah yakin dan percaya.

Aku salah mengartikan argumen tentangmu. Sebilah pedang perlahan menusuk jiwaku. Semakin lama semakin dalam semakin tajam. Pamit pun melambai lambai seolah memberi belas kasihan kepadaku.

Aku mengupayakan suatu cara bertindak tanpa menyertakan dendam dan nafsu. Memang, mustahil menerapkan sikap universal terhadap kebenaran, perasaan dan pemikiran. Dia suatu sistem dan mekanisme yang ditangkap mata sebagai bentuk lain. Itu hanya sebagai simulasi persiapan luka dimasa esok.

Pada hakikatnya manusia mudah percaya tanpa memedulikan kecewa akibatnya.Terus terang mulai saat ini aku berhenti percaya seluruh nya pada seseorang. Kecewa selalu menjadi teman baikku. Pantaskah aku merasakan setitik kebahagiaan?atau memang takdir memilih ku menjadi salah satu bawahannya untuk merasa tidak apa apa di saat apa apa. Tak bisa mengelak akan hal ini. Kuperintahkan kepada jiwa agar memperkokoh pertahananku selama ini,kurang. Ku poles topeng yang perlahan luntur akibat air mata yang selalu mengenang. Sejauh ini jiwa menjelajah kefanaan alam ini. Cukup. Aku lelah.

Masih sama, ditempat yang sama, rasa yang sama. Beda nya kita sudah tak bersama. Aku tak peduli apa kata dunia, tentang menemukan, tentang melupakan, atau tentang meninggalkan. Omong kosong. Hanya sekumpulan frasa yang terlihat menguatkan padahal tidak sama sekali. Kata dunia ada pelajaran dibalik kejadian, lalu apa pelajaran untuk ku? Hanya pelik yang ku rasa. 

Pecundang? Ya, aku memang pecundang. Tapi tak apa, masih banyak orang yang perlu aku bahagiakan selain seseorang itu.

Gadis blasteran Jogja-Jawa timur ini tidak bisa memalingkan wajah manis nya dari rintik hujan diluar sana. Berbalut hodie pink kesayangannya dengan legging yang menutupi kaki ramping nya. Simple. Itulah yang membuatnya berbeda diantara 3 sahabatnya.

Sheva Salma Zulaikha.

Itulah nama gadis itu.

Drrtt drtt drtt

'Va
Makan ikan makan pepaya
Sekarang ujan ntar malem aja ya!
Wqwq aku sama anak anak ntar bawa makanan tenang aja:"
Oke?

Tak ada notif penting kecuali dari mereka,orang orang yang selalu ada untukku dan sudah kuanggap keluarga bagiku. Berbeda dengan dulu,setiap saat menunggu notif darinya sampai merusak jam tidurku.

Akhirnya aku menghentikan rutinitas setiap hujan jatuh menimpa bumi, yaitu halu. Lalu, aku mulai menscroll layar utama benda pipih ini. Sudah 30 menit semenjak hujan datang aku tak menghiraukan benda ini yang kata orang adalah sumber hiburan. Perlahan ku ketik balasan satu demi satu tanpa ada chat yang disematkan. Penunda luka untuk saat ini hanya mereka dan untuk malam ini mereka kembali menghibur untuk kesekian kalinya.

MayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang