Pertemuan

2 0 0
                                    

Rama pov

aku masih di aula pernikahan tak ingin beranjak meski seluruh badanku rasanya remuk..

bukannya tak mau istirahat dan tidur pulas dikasur yang empuk. tapi,,, akhhh sial, apa yang harus kulakukan....

apa yang harus kulakukan saat bertemu dengannya, harus seperti apa caraku bersikap, jelas beberapa jam lalu  sudah ku mantapkan hati, untuk menyelesaikan masalah ini tapi sampai titik ini .. aku malah mengulur dan mencoba menghindar. 

semua tamu undangan pada akhirnya pergi dan yang tersisa hanya banjingan sial ini yang sejak tadi menatap koyol padaku... jika mungkin sudah kutarik kerah bajunya  membantingnya ketanah,

akhhssss sudahlah ini bukan saat yang tepat.. aku butuh teman bicara dan dia satu2nya yang bisa diajak bicara hal apapun,

Rama: "bangsat hentikan tatapan koyolmu padaku" ucapku sinis,, sialan ini terkekeh renyah membuatku  memicingkan mata kesal, 

Andre: "ada apa denganmu direktur tidak bisakah kau biarkan teman mu ini menikmati momen bersejarah, melihat Rama brawijaya gelisah dan kehilangan keangkuhan ..sungguh hal yang patut di nikmati",..

ucapnya senang sambil meneguk minuman, sesekali memainkan alisnya aneh, jika bisa kukubur dia hidup2....
"jangan mengujiku" ucapku penuh penekanan.

pria brengsek ini malah tertawa.

Andre: "tapi rama, sungguh aku iri denganmu bagaimana mungkin kau bisa mendapatkan bidadari itu, dia amat sangat cantik tak ada celah pada dirinya."
Bocah ini bicara tak tau aturan aku hanya bisa mendengus pasrah kali ini.

"sepengetahuan ku ia adalah manajer salah satu perusahaan periklanan terkenal, NATASYA PRATAMA" ... aku terdiam saat mendengar namanya, merasa tak asing dengan nama itu, tapi tak pernah kuingat pernah bertemu dengannya. 

"rama kau mungkin tak ingat tapi sungguh dia tak asing dengan perusahaanmu.
beberapa proyek kita khusus di tangani olehnya, citranya sungguh baik". ucapnya dengan tatapan intens padaku. Kembali kuputar bola mataku jengah menanggapinya

 "kau tak ingin segera bertemu istrimu tidak kah kau takut  ia lelah menunggumu" ucapnya dengan nada menggoda..

Rama: "diam kau bangsat jangan mengatakan hal yang tidak masuk akal sperti itu.. "

Andre : "tidak masuk akal apanya bukankah seorang istri memang selalu menunggu suaminya" ucapnya membela.

Rama : "itu hanya terjadi dengan pasangan lainnya tapi kami berbeda kami bahkan  tak saling mengenal"

Andre : "terserah kau sajalah  yang ingin ku katakan adalah jangan terlalu tegang santai saja toh bukannya kau sudah terbiasa dengan banyak wanita."

aku tersentak dengan perkataannya ... ia benar aku terbiasa dengan banyak wanita sebelumnya, lalu kenapa aku gelisah saat ini, sial ada apa denganku.

"hei rama berhenti membatin sendiri dan segeralah temui bidadarimu, bro... aku benar2 iri padamu."kali ini ia tak bercanda terlihat tulus berucap.

Rama : "bukannya tak mau hanya saja aku tak tau harus bagaimana akhh sial.." ucapku frustasi..

andre menepuk pundakku "temui dia kawan mungkin saat ini ia sama bingungnya denganmu toh kalian berdua menikah tanpa bertemu, ini berat untukmu dan mungkin juga sangat berat  untuknya." ucapan andre ada benarnya aku juga melihat dirinya tak bahagia. 

akh mengingat wajahnya membuat hatiku menghangat aku mengakhiri perbicangan dengan andre dan melangkah ragu ke kamar kami..

jantungku berdegub kencang langkahku pelan tapi pasti menuju kamar itu.... kamar yang ada dia disana, langkahku terhenti saat kuliat dua sosok wanita menangis sambil berpelukan entah apa,

Sigap aku berbalik dan bersembunyi di balik tembok takut mereka melihatku, dari kejauhan kuamati mereka tak  ingin menghancurkan momen yang terlihat hangat itu. 
aku tersenyum saat mereka tiba2 melepas pelukan dan tertawa lepas sungguh gadis yang mengenakan baju yang senada denganku sangat cantik, sial aku mengumpat pelan menyadari sesaat aku terbawa suasana.

tak ingin menganggu momen mereka aku melangkah menjauh memberikan mereka ruang untuk bicara ..

aku berdiri di ruang yang menyuguhkan pemandangan malam ibu kota..  merasa ada seseorang dibalik pungungku, aku berbalik sedikit kaget melihat wanita yang tadi dia peluk dia ada didepanku..
..
"akh maaf menggagumu" ucapnya sungkan dan hanya kubalas senyum.  "saya fara sahabat nata istri anda ucapnya dengan ramah. "ia saya rama" balasku singkat.

"selamat atas penikahan kalian, saya tidak mengira nata akan menikah secepat ini dia orang yang tertutup dan hanya memikirkan pekerjaan tak pernah membahas seseorang secara khusus sebelumnya, jujur saya sangat terkejut saat ia mengatakan akan menikah."
Aku tak berniat menyela ucapannya, aku hanya diam..

"pak rama (ucapnya ragu) tolong bersabarlah dengan nata ia mungkin terlihat dingin dan acuh tapi sungguh dia orang sangat baik dan rapuh, saya tau ini mungkin lancang tapi tolong jaga dia"

ucap sahabatnya terlihat ketulusan disana dengan mata berkaca-kaca, aku hanya tersenyum ramah tak banyak yang bisa ku ucap karna jujur aku juga bingung harus bersikap seperti apa. fara pamit dan aku melangkah kembali kekamar kami.

Tiba didepan kamar aku berdiri

.kuhembuskan nafasku kasar .  kumasukkan tanganku kesaku celana,  berdiri memantung menatap lantai berusaha untuk tenang,

kuatur nafasku,  kutenangkan jantung yang berdetak membabi buta, setelah kurasa cukup kuberanikan mengetuk pintuu tak bersuara mematung menunggu respon pemilik kamar,

Terdengar suara lembut dari sana bertanya siapa yang mengetuk pintu, aku terdiam sesaat mencoba mencari jawaban yang tepat.

..."aku suamimu" ucapku canggung, sial maki driku dalam diam bagaimana mungkin aku begitu bodohnya, tapi terdengar lagi suara lembut itu mengijinkanku untuk masuk.

kulihat sosok indah itu berdiri mematung memunggungiku menatap lurus keluar enta menatap apa, jujur ia indah hatiku kembali menghangat. baju yang ia kenakan sangat indah ditubuhnya, memperlihatkan lekukan tubuh yang sempurna.
Kurasa jika kupeluk pinggang itu pasti akan pas dalam pelukanku.

ia berbalik, mata kami bertemu sejenak aku kehilangan akal.. jujur aku tak tau harus berkata apa ia hanya menatapku sekilas itu saja tak ada respon apapun, entah kenapa aku merasa kecewa dengan sikapnya.

kusadarkan diriku kumulai pembicaraan.... Berusaha menghilangkan kecanggungan diantara kami.... "aku  RAMA BRAWIJAYA " ucapku tenang tapi kutunjukkan sedikit keangkuhan disana, hanya ingin tau bagaimana sikapnya, tapi diluar Dugaan dia hanya diam.

Benar Kata sahabatnya  dia wanita yang dingin.. Sejenak auranya mengintimidasiku membuatku sedikit kesal.
"Nata Anastasya" ucapnya dingin  menatapku, tak ada keramahan diwajahnya. membuatku tertarik menatapnya dalam.

Tapi semakin kuamati aku sadar sorot matanya tak baik2 saja, enta kenapa aku merasa bersalah,

terjadi kecanggungan diantara kami. ia mulai berbicara tak menatapku langsung
"aku tidak tau apa ini benar tapi jujur aku tak ingin pernikahan ini terjadi" ...aku tersentak ucapannya dingin terkesan acuh... Sangat berani batinku..

"aku ingin membicarakannya denganmu tapi tidak sekarang kau pasti lelah dan aku juga ingin segera mengakhiri malam ini".. Lanjutnya tenang.

aku tersenyum tipis gadis ini memang berbeda... "baiklah kita memang harus bicara, kita lanjutkan nanti tidurlah  di kasur aku akan tidur di bawah"..  melepas jasku kusimpan asal melangkah ke kasur mengambil bantal, kulempar kelantai hendak berbaring,

Belum sempat punggungku menyapa lantai dingin... dia mengahampiri menyodarkan selimut. mata kami kembali bertemu "cantik" ucapku dalam hati, kesekian kalinya kurutuki diriku. Kuraih selimut  itu, tak ada kata diantara kami, ia melangkah ke ranjang berbaring memunggungiku.

sedang aku merebahkan tubuhku  menatap langit-langit kamar, rasa lega menyapa punggungku sangat nyaman tersentuh lantai yang berlapis selimut pemberian dia. ku tutup mataku  sesaat setelah lampu kamar kami padam. 

Mungkinkah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang