RUMAH UTAMA

1 0 0
                                    

Aku  melangkah  ragu   berajalan melewati  pintu utama  keluarga  brawijaya... Tapi  seketika  raguku  hilang  saat  senyum  tulus  dan pelukan  hangat menyambutku... Nyonya besar  tuan  rumah  sangat  ramah padaku  ..

nene rama menyambut  hangat  diriku..
"Nata ayo nak  mari  nene tunjukkan  seisi  rumah  ...aku menggapai uluran tangannya, mengikuti langkah pelannya menyusuri se isi rumah.. Jangan lupakan rama yang mengekor pada kami, layaknya bocah tengik, yang sesekali melirik  kearahku..

Urusan kami  belum  selesai bahkan aku tidak tau harus memulai darimana...
lamunanku terusik saat nene rama mengatakan kita telah sampai di kamar  pengantin,  yah ini kamar  rama dan akan menjadi kamar ku juga, nuansa dingin dan klasik  terasa kental di kamar ini.

Tapi satu yang aku suka, kaca lebar yang membatasi kamar  dan balkon sangat indah

Karna kalian sudah sampai dikamar sebaiknya kalian istirahat, nanti nene akan minta pelayan memanggil kalian jika makan malam sudah siap...  Istirahatlah,  Nene rama mengelus punggungku  lembut. 

sekarang hanya ada kami di ruangan ini, aku bener2 merasa tidak nyaman sungguh canggung berada disekitarnya.

"istirahatlah buat dirimu nyaman  aku akan keruang kerjaku" 

"lalu bagaimana dengan masalah ini, kapan kau ingin membahasnya"

"jangan sekarang aku masi lelah,masi butuh istirahat, kita pasti membahasnya tapi tidak sekarang"

setelah makan malam aku menghabiskan waktu duduk menikmati suasana malam di balkon, memikirkan adik kecilku entah apa yang sedang dilakukannya skrang, ahh malam aku merindukan anya. 

"hem ... boleh aku bergabung" rama tersenyum canggung kearahku "apa yang sedang kau lakukan"tanyanya

"tidak ada hanya sedang menikmati malam saja", 

"apa pendapatmu dengan saran nene tadi" aku mengangkat alis tidak yakin. 

" aku tidak tau tapi kurasa kita tidak perlu melakukannya, kita tidak dalam hubungan seperti itukan?". 

rama menggangku setuju.. "kalo begitu apa yang akan kau lakukan selama cuti pernikahan ini"

"tidak ada". ucapku singkat 

"rama mari bahas masalah ini, aku ingin semuanya jelas antara kita". rama mengangguk paham

"aku tidak setuju dengan pernikahan ini tapi aku juga tidak memiliki kuasa untuk menolaknya, itulah kenapa aku ada disini. apa kau marah?", rama  diam tidak merespon apapun jadi kupikir dia marah. "aku mengerti jika kau marah tapi percayalah, aku tidak bermaksud mempermainkan pernikahhan ini".

aku diam, rama tidak memberikan respon, dia diam cukup lama

"jangan khawatir kita sama", aku menatapnya penuh tanda tanya

"aku juga tidak setuju dengan perjodohan ini, aku berdebat dengan nene dan yah nene berakhir di rumah sakit. jadi dengan terpaksa aku mengikuti keinginannya, jadi nata bisaka kita melakukan kesepakatan"

rama mulai serius raut wajahnya berubah dan aku mengangguk setuju

"lalu apa kesepakatannya tanyaku serius"

saat di depan nene bersikaplah normal layaknya suami istri ini juga berlaku untuk orang luar, jangan mencampuri urusan pribadi, 

"lalu tentang mengakhiri ini" tanyaku cepat 

"nata apa kau benar2 tidak nyaman dengan pernikahan ini", 

"maaf rama tapi aku tidak ingin terlalu lama berlarut dalam kebohongan ini. aku ingin kembali keduniaku.."

Mungkinkah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang