makan malam

13 1 0
                                    

***
Saat ini nata dan anya berserta ibu mereka sedang makan malam bersama... Suasana yang sangat jarang terjadi.. hanya anya yang terlihat bahagia, maya tampak biasa saja sedang nata masi dengan eskpresi datarnya, dingin, tapi kaki ini lebih dari Biasanya. dia bahkan lebih dingin, mungkin karna perjodohan itu..

"Anya, mama mau kasi tahu kamu kabar bahagia.." Maya bersuara memecah keheningan di ruang makan ...

"Kabar apa ma'..?" anya terlihat  antusias sebaliknya nata hanya melirik sekilaas lalu kembali menyantap makanannya...

Nata benar2 tak peduli seakan ia sudah tau kabar bahagia yang di maksud ibunya...

"Nata kamu belum kasi tau anya.." maya melihat nata mengisyaratkan putri sulungnya untuk bercerita.

"Belum ma'.. belum ada kesempatan" jawabnya dengan enggan sama sekali tak tertarik dengan pembahasan ini.

Anya sedari tadi hanya diam, memperhatikan kedua wanita terpenting dalam hidupnya ... Gadis muda itu merasa ada yang aneh dari mereka, Aura kaduanya tak bersahabat, Tapi anya langsung menghilangkan pikiran aneh itu... "Tidak mungkin kenapa mereka harus bermusuhan," anya bergumam dalam hati.

"Klo begitu biar mama saja yang mengatakannya.." nata reflek menoleh kearah ibunya
"Sebenernya ada apa sih ma' kasi tau donk jangan bikin anya penasaran.. " ucapnya manja sambil menunjukan wajah kesal yang dibuat2.. gadis kecil ini tak sadar sedang berada dalam lingkaran yang rumit.

"Begini sayang" ... Sebelum melanjutkan perkataannya, maya sekilas melirik kearah nata mencoba melihat bagaimana reaksi putrinya...

Nata yang merasa diperhatikan balik menatap ibunya dengan tatapan dingin dan kecewa tapi maya hanya tersenyum tipis... Seakan tak peduli sorot mata nata yang sedih..

"Jadi, begini sayang kakakmu sebentar lagi akan menikah..." Ucapnya jelas penuh penekanan tanpa rasa bersalah.

"Apa!!! "... Anya sontak berteriak
keras dengan mimik wajah bingung. Menatap mama dan nata bergantian menuntut penjelasan.

 melihat nata tak kunjung bicara maya melanjutkan "ia sayang kakakmu akan menikah dan acaranya 2 minggu lagi.."

Kali ini bukan hanya anya yang terlihat kaget natapun tak lgi bisa menyembunyikan sikap acuhnya, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Sorot matanya tajam tapi terluka disana. Ia sebisa mungkin mengendalikan diri agar anya tak curiga meski nata juga ingin menuntut penjelasan.

"Kakakkkk .."teriak anya kesal.
"Kenapa anya ?" jawab nata setenang mungkin,,, tapi jauh dalam lubuk hatinya ia terluka, 
"kok kaka enggak kasi tau anya sihh kalo kaka itu udah punya pacar, Truss skarang udah mau nikah dan parahnya tinggal 2 minggu lagi... " Anya bicara hanya sekali tarikan nafas..
Gadis kecilnya terlihat mengemaskan, mengembungkan pipinya kesal.
"Jangan cemberut gitu donk anya.. "Nata tersenyum seolah sangat bahagia...
"Soalnya kaka takut klo anya tau nanti cuman gangguin ajha.., Nanti calon kaka iparmu malah kabur soalnya anyakan jail trus cereweet minta ampun.." Nata tersenyum jail sambil mencubit ringan pipi anya, sekali lagi ia tersenyum palsu..

"ihh kakak.. " Anya cemberutt sangat lucu...
"Sudah hentikan anya jangan ganggu kakamu..". Maya mencoba menghentikan percakapan kedua putrinya...

"Jadi anya, apa kamu mau bantu mama siapin pernikahan nata?..."

"Tentu  donk ma'..." anya tersenyum bahagia berbanding terbalik dengan nata yang tampak terpukul, tapi sungguh Nata pandai menyembunyikan perasaannya...

"Trus kita mulai dari mana ma'?.. Tpi kok anya enggak dikenalin sama calon kaka ipar sih ma'.."

"Udah kenalannya pas nikahan ajha yach biar jadi kejutan nanti.."
Tpi kaka ipar kayak gimna sih ma orangnya..?" tanya gadis itu penasaran.

"Hem...yang jelas gantengggg bangett... " ucap maya tersenyum bangga.
Anya sangat antusias ... Berbeda dengan kakaknya, meski tanpa ekspresi tapi sorot matanya menunjukkan kemarahan dan kecewa.

aku sudah makan. (ucap nata memotong pembicaraan anya dan ibunya).. "nata duluan ada beberapa berkas yang perlu di baca ulang". nata melangkah dengan diam,, langkahnya terasa berat .. dadanya tiba2 sesak.. ia melangkah menjauh meninggalkan anya dan ibunya

"aku tidak ingin menikah, ini belum saatnya bagiku" ucap nata dalam hati.

nata baru saja menutup pintu kamar tapi keseimbangannya  berangsur hilang tersungkur jatuh kelantai kamar yang dingin memunggungi pintu yang menjulang tinggi. air matanya jatuh dalam diam, nata tak mungkin menangis meraung karna ada anya di sana.. 

aku lelah, aku ingin berteriak, aku ingin marah...kenapa.. kenapa harus seperti ini ,, aku lelah ini benar2 membuatku sesak.. air mata nata mengalir tanpa henti .. Nata menangis sesekali menepuk dadanya ringan sedikit sesak disana.

*** 
Ditempat lain sintia  dan rama sedang duduk santai diruang tamu.. ditemani secangkir kopi panas dengan kudapan sebagai pemanis di meja.

Rama terlihat berbeda, ia kini hanya memakai kaos dan celana pendek .. Terlihat santai tapi tidak mengurangi pesonnya..

"Rama.. " Sintia membuka obrolan...
Rama yang sedang menikmati kopinya,  langsung menoleh dan melemparkan senyum mautnya..

"Ia ne' ". Jawabnya sopan dengan suara agak berat.
"kamu kemarin kemana kenapa tidak pulang..."
Rama kaget dengan pertanyaan nene'nya tapi tetap berusaha terlihat tenang ...
"Nginap dirumah temen ne' " jawabnya asal..

"Nginap dirumah temen atau sibuk berpesta...? "
Rama hanya tersenyum aneh..
Dia sudah tahu nenenya pasti mengetahui bahwa ia mengadakan pesta semalam...

"Ia ne' maaf ,aku hanya sedikit bosan ... Butuh hiburan. kerjaan dikantor membuatku stress jadi aku hanya mencoba memperbaiki suasana hati saja..." Jawabnya panjang lebar  tanpa rasa bersalah...

Sintia yang mendengarkan hanya menggelengkan kepalanya...
"Berhenti bersikap kekanakan seperti ini rama.. Ingat sebentar lagi kamu akan menikah... Ucap sinta dengan penuh penekanan..

Rama yang sedari tadi menunjukan wajah biasa saja sekarang berubah menjadi serius mendengar kata pernikahan..

"Tapi sebelum aku memutuskan untuk menikah bukankah sebaiknya nene memberitahuku, Tentang siapa calon istriku... "nada rama sedikit menuntut disana.

"Tidak rama tidak sekarang, bukan saatnya, tapi nene bisa jamin ia lebih dari kata layak untukmu" Ucapnya tegas tanda tak ingin dibanta..

"Tapi ne' bagaimanapun ini hidupku aku punya hak untuk memutuskan siapa yang pantas menjadi calonku.." Rama meninggikan suaranya, lalu pergi meninggalkan shintia yang hanya diam tak merespon.

Belum sempat rama melangkah keluar suara kaca pecah nyaring terdengar ditelinga tanpa komando, badan rama reflek berbalik ...
Rama diam mematung, hening... wajahnya pucat

NENE......!!!!!
Rama berlari secepat kilat, mata yang tajam  berubah menjadi sendu, aura kemarahan berubah menjadi ketakutan..
Saat ini shintia terbaring dilantai' tak sadarkan diri sambil memegang dadanya..

Aura mencekam  menyelimuti ruang berkonsep klasik yang  terkesan hangat dengan dekorasi yang ditata sedemikian indah hentakan kaki rama yang mendekat ke arah nenenya menghilangkan sunyi berganti dengan suara menggema rama.

"ne'..ne!!..nene kenapa.. ".. Suara rama terdengar berat rasa kawatir melingkupi dirinya.

Mungkinkah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang