Bab II : Berbeda Namun Tetap Satu

124 4 0
                                    

Sepuluh tahun berlalu. Aku tumbuh menjadi anak yang tinggi, tinggi ku bahkan sampai

170cm di Usia ku yang masih 15 tahun. Ya, bisa di bilang aku anak yang tampan. Rambut ku

lurus dan Halus, bahkan walau panjang rambut bagian atas ku sudah menyentuh telinga, guru-

guru membiarkan dan tidak memangkas nya, seolah mereka membiarkan aku selalu terlihat

tampan, kulit ku putih, alis tebal dan hidung ku mancung, bahkan karena tidak merokok seperti

temanku yang lain, aku memiliki bibir yang berwarna merah muda, tak lupa tubuh ku yang

atletis semakin membuat banyak wanita yang terpincut pada ku. Haha.

Saat di SMP, aku memiliki teman baik bernama Togar, ia bahkan bukan lagi ku anggap

teman, ia sudah seperti saudara ku sendiri. Ia berasal dari Medan, sudah 5 Tahun ia dan keluarga

nya menetap di Ibu Kota. Tubuh nya lebih pendek dariku, namun tubuh nya kuat dan terlihat

kekar, rambut nya selalu cepak karena ia bercita-cita menjadi Tentara. Kami benar-benar dekat,

aku sering menginap di rumah nya, dan sesekali ia menginap di rumah ku. Keluarga nya juga

sering mengajak aku pergi dan lIburan, memang benar-benar baik dan pengertian, mungkin

karena mereka tahu kalau Ayah ku tidak pernah mengajak aku untuk berlIbur, ia selalu saja

sIbuk dengan pekerjaan nya.

Sedangkan masa-masa aku di Sekolah Dasar biasa saja, tidak ada yang menarik.

Aku menjadi anak yang di jauhi saat SD, aku juga bingung mengapa. Bahkan aku sampao pindah ke

sekolah lain karena di SD ku yang sebelum nya, aku menjadi korban Bullying oleh mantan

teman ku sendiri.

Saat ia menemukan teman lain yang lebih asik dari pada aku, ia menjauhi ku

dan teman-teman yang lain ia provokasi untuk tidak menemani ku.

Sabtu, 22 Mei 2010. Hari ini adalah hari kelulusan ku dari jenjang Sekolah Menengah

Pertama, aku tak ingin sekolah di sekolah Favorit, di sekolah mana pun itu aku akan mendaftar

selagi memiliki jurusan Bahasa. Namun hanya satu sekolah di Daerah sini yang memiliki Jurusan

Bahasa. Ya, bisa di bilang jurusan ini sangat sepi peminat nya, sampai-sampai tak banyak

sekolah yang menyediakan Jurusan ini. Banyak dari teman-teman ku yang berpikiran bahwa

jurusan Bahasa hanya untuk pemalas, karena jurusan nya terlalu santai hanya mempelajari

beberapa Bahasa dan budaya, mereka pikir mempelajari Bahasa mudah? Haha.

Walaupun memang aku malas namun bukan berarti aku ingin masuk jurusan ini karena hal itu, aku memang menyukai karya-karya sastra, aku suka menulis, itu lah sebab nya aku ingin masuk jurusan ini.

Bahkan pernah ada Tes untuk melihat minat dan bakat di sekolah ku, dan benar saja, aku di

sarankan masuk jurusan Bahasa.

Saat itu acara perpisahan ku di adakan di Sekolah, ada panggung di lapangan dan

beberapa kursi untuk Orang Tua dan Murid. Namun aku tidak bisa berharap banyak, aku sudah meminta Ayah untuk hadir namun lagi-lagi ia tak bisa, saat aku minta kakak untuk datang ia juga

Cinta SejatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang