BAB X : Rencana Terindah

48 3 0
                                    

“Sal! Salsa! Mau kemana?! Sal! Sal!”.

Aku terbangun dari tidur ku, sudah beberapa hari ini aku memimpikan nya. Aku selalu bermimpi ia tersenyum pada ku, tapi saat aku dekati ia malah menjauh, dan terus menjauh sampai tak bisa aku gapai.

Aku berusaha untuk mencoba tidur lagi, namun selalu tidak bisa. Saat ku lihat ponsel, sudah menunjukan pukul 03:00 dini hari. Aku menuju balkon yang berada di kamarku, terlihat kamar Salsa di seberang sana, biasa nya aku membangunkan nya saat terbangun pukul segini. Ah, aku harus mulai melupakan nya sekarang, ada perempuan yang sudah setia dengan ku selama ini.

Beberapa hari lalu, aku mendapat kabar dari Fani kalau keluarga nya merestui Hubungan kami, asalkan dengan syarat tidak ada yang harus pindah atau pun mengganti Agama nya. Syukurlah, aku lega. Kami bisa lebih tenang dalam menjalani hubungan ini.

Hari demi hari berlalu, begitu berbeda saat tak ada sosok Salsa di sebelah ku, aku menjadi lebih pendiam, aku sering tertidur di kelas, bahkan aku juga sering bolos sekolah tanpa sepengetahuan Ibu.

Namun mau bagaimana lagi? Ia sudah kembali ke bandung, nomor nya saja sudah tidak terdaftar. Apa semua ini salah ku? aku benar-benar tidak tahu.

Di tahun ini pun Fani menjadi lebih sibuk belajar karena akan di hadapkan dengan banyak ujian di kelas 3 ini. Bahkan aku dan Togar  semakin jarang bertemu, ia selalu sibuk olahraga dan sekarang sering mengikuti perlombaan pencak silat.

Saat melihat teman-teman ku, orang-orang terdekat ku, mereka selalu terlihat ceria, mereka sangat jelas memiliki tujuan akan kemana nanti. Sedangkan aku? aku tidak ada arah, bingung ingin melakukan apa, bahkan aku tidak tahu apa cita-cita ku. setiap kali aku mencoba mengembangkan bakat ku, seperti menulis, selalu saja berhenti di tengah jalan. Aku benar-benar membutuh sosok penyemangat.

Saat matahari sudah terbit, aku turun ke bawah untuk bertemu Ibu, ia selalu mengajak ku mencari sarapan saat hari libur.

Ku lihat ia sudah berada di ruang tamu sedang membaca sebuah majalah masak.

“Eh, sudah bangun Fa. Ada apa? Kok mukanya begitu?” tanya ibu.

“Begitu bagaimana bu?” jawab ku sambil rebahan di atas Sofa.

“Iya, lemas banget, kayak nggak ada semangat.” Jawab ibu.

“Nggak ada apa-apa bu.” Kata ku sambil menghel nafas.

“Jangan bohongi ibu, dosa loh. Cerita sini.” Kata ibu sambil menepuk-nepuk sofa yang berarti aku di suruh pindah di sebelah nya.

Aku langsung pindah ke sebelah ibu.

“Coba cerita, ada apa.” Kata ibu sambil menaruh majalah nya di atas meja.

Aku benar-benar sudah tidak kuat menahan beban ku selama ini, teman curhat ku sudah tidak ada. Aku langsung memeluk ibu dan menangis dalam peluk nya.

“Kenapa anak Ibu?” tanya ibu sambil mengelus kepala ku.

“Aku bingung bu, aku bingung mau melanjutkan kemana hidup ku, aku bahkan tidak tahu mau menjadi apa.” Jawab dengan tersengal-sengal.

“Kenapa Salfa tidak tahu memang nya?” Tanya ibu sambil mengangkat kepala ku dari bahu nya.

“Aku selalu bingung mau memulai dari mana, aku tidak tahu apa yang aku lakukan salah atau benar, itu akhirnya membuat ku kehilangan arah di tengah jalan.” Jawab ku.

“Nak, kamu lakukan lah apa yang menurut mu baik, kamu lakukan apa yang kamu suka, dan selalu ikuti kata hati mu, kamu dengarkan baik-baik apa mau hati kamu.” Jawab Ibu, sambil memeluk ku.

Cinta SejatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang