BAB XIV : Cinta Sejati

47 2 0
                                    

Satu bulan berlalu, aku sudah mulai kuliah tiga pekan yang lalu. Kuliah tidak seindah bayangan ku apa lagi kalau menjadi anak rantau. Banyak Tugas, jauh dari orang tua, mengatur apa-apa semua nya serba sendiri. Pokoknya menjadi anak rantau tidak cocok untuk kalian yang anak lemah! Hahaha!
Aku tidak terlalu suka ikut kumpul-kumpul dengan yang lain, hanya sesekali saja. Bukan karena sombong dan tidak mau bergaul, tapi aku merasa malas dan selalu bertanya untuk apa sih? Kalau diskusi tentang sesuatu sih aku terkadang ikut. Akhir-akhir ini juga aku mencoba menulis naskah Novel, menceritak seorang cowok dan beberapa pengalaman hidup ku menjadi isi dari naskah ku ini, namun belum selesai.
Aku berencana pulang ke Jakarta hari ini, namun tidak akan pulang ke rumah, melainkan aku akan diam-diam memberi kejutan untuk Fani dengan mengunjungi kosan nya, dengan mengendarai motor kesayangan ku yang di kirimkan dua pekan lalu.
Aku berangkat pukul 03:00 dini hari, karena dari yang aku dengar, perjalanan dengan motor akan memakan waktu paling lama 7 hingga 8 jam. Sebelum berangkat aku membuat sarapan terlebih dahulu dengan Mie dan telur, dan tidak lupa membuat nya untuk di perjalanan nanti.
Saat adzan shubuh aku sudah sampai di daerah Purwakarta, lalu aku mencari masjid untuk melaksanakan Shalat Shubuh.
Namun naas, selesai shalat dan ingin melanjutkan perjalanan, sepatu ku hilang entah kemana. Beruntung pengurus masjid mau memberiku sandal.
“Mas, ada apa toh celingak celinguk?” tanya pengurus masjid.
“Ini pak, sepatu saya hilang. Mana perjalanan saya masih jauh, pak.” Jawab ku.
“Waduh, harusnya di taruh tas mas kalau pakai sepatu, pemuda sini banyak yang iseng kalau sama pendatang.” Katanya.
“Bapak, ada sandal nggak pak?” Tanya ku.
“kalau saya sih nggak ada, mas. Tapi kalau punya orang yang tertinggal, banyak.” Jawab nya.
“Saya beli boleh, pak?” kata ku.
“Boleh, mas. Jadi nanti kalau yang punya nyari, saya kasih uang nya saja.” Jawab bapak ini.
Aku memilih sandal gunung yang lumayan tebal, walau mungkin tetap akan membuat kaki ku terluka saat mengganti kecepatan. Namun, mau bagaimana lagi, tidak pakai alas kaki tidak mungkin, menggunakan sandal pun akan melukai kaki ku.
Aku pun melanjutkan perjalanan sampai akhirnya tiba di depok pukul 11:00. Aku langsung menuju kosan Fani karena berencana akan mengajak nya makan.
“Fan, lagi apa?” Kata ku mengirimi nya pesan saat sudah sampai di depan kos nya.
“Baru bangun nih, kamu lagi apa?” Jawab Fani.
“Owh, aku juga baru saja bangun.” Kata ku.
“Fa, bentar ya mau keluar cari makan.” Jawab Fani.
Hmm, memang semesta selalu berpihak pada ku, momen nya sangat tepat saat aku ingin memberi nya kejutan.
Namun sayang beribu sayang, Hati yang dengan sempurna mencintai dan raga yang selalu siap melindungi. Tiba-tiba saja hati ini seolah di robek, bahkan lebih dari itu, di tusuk, tidak, tidak, lebih dari itu, hati ini di buat mati, dan raga ini di buat kaku seolah-olah memang sudah mati.
Ku lihat dengan mata kepala ku sendiri, sosok wanita yang ku cintai, wanita yang ku jaga hati dan raga nya, mengkhianati ku tepat di depan ku.
“Aku pulang ya.” Ucap seorang pria yang terlihat akan pergi sambil mencium bibir wanita itu.
“Hmm, masih kangen tahu.” Ucap seorang wanita yang aku cinta sambil ia memeluk pria tersebut. Namun tidak sampai di situ, ia juga membalas ciuman dari pria tersebut. Sedangkan aku? aku hanya memperhatikan dari balik pagar tembok dengan perasaan tidak karuan.
Ku lihat pria itu berjalan menuju pagar. Dan saat ia keluar,
“Pacar nya mas?” tanya ku.
“Hehe, iya.” Jawab nya sambil pergi meninggalkan ku menuju sebuah mobil yang dari tadi sudah terparkir.
Lalu ku lihat ia kesulitan menyalakan mobil nya.
“Kenapa, mas? Susah nyala?” Tanya ku.
“Iya nih, dari semalam soalnya di sini belum sempat di panasin.” Jawab nya.
Tiba-tiba saja,
“Yang, kenapa mobil nya? Susah nyala?” sosok Wanita tadi keluar dari gerbang dan bertanya dengan pria tersebut. Namun ia belum menyadari ada aku di sana.
“Mas boleh tolong dorongin?” Kata pria itu pada ku.
Spontan, wanita itu menoleh ke arah ku, jujur saja, menyebut nama nya saja aku sudah tidak sudi, apa lagi memandang wajah nya. Dan bersamaan dengan itu mobil pria tersebut akhirnya bisa menyala dan ia pergi dan pamit meninggalkan kekasih nya.
“Sejak kapan?” Tanya wanita itu pada ku.
“Sejak ciuman pertama.” Jawab ku.
“Maaf, Fa.” Kata nya.
“Apa yang salah dari ku?” Tanya ku.
“Nggak, kamu nggak salah, aku yang salah. Aku benar-benar bingung kenapa bisa seperti ini.” Jawab wanita tersebut sambil mengeluarkan senjata andalan nya, tangisan.
“Aku juga benar-benar bingung kenapa bisa begitu mencintai mu, aku benar-benar bingung kenapa sih kok aku bisa setia banget, aku juga bingung loh kenapa ya aku mau kesini jam 03:00 pagi hanya untuk melihat pengkhianatan?” Kata ku.
“Fa, tolong maafkan aku, Fa, tolong. Aku akan berubah, aku nggak akan mengulangi ini semua.” Rengek wanita itu.
“Maaf, aku memang orang yang mudah memberikan kesempatan kedua, namun aku tidak mudah memberikan nya pada pengingkar janji.” Jawab ku sambil menggunakan Helm.
Aku langsung tancap gas untuk kembali ke Jatinangor sambil di temani lagu yang ku putar secara acak. Dan sial nya, malah terputar lagu Selepas Kau Pergi-La Luna. Tidak ada apa pun yang aku pikirkan, hanya ingin cepat sampai di Jatinangor dan tidur selama satu pekan.
Namun cuaca tidak bersahabat, saat aku sudah sampai di Bandung, beberpa kilo menuju jatinangor, hujan malah turun dengan deras. Aku memilih untuk terus menerobos hujan karena pakaian ku sudah benar-benar basah.
Aku tiba di kosan dengan perasaan biasa saja, ku parkirkan motor, aku berjalan ke atas, aku masuk ke kamar dan melempar tas ku, aku melempar semua barang yang ada di hadapan ku, aku benar-benar ingin meluapkan emosi ku saat ini.
Dengan wanita itu, kali pertama aku jatuh cinta, dan dengan ia pula aku merasakan sakit nya mencintai.
Tak sadar, aku tertidur dengan pakaian yang masih basah. Saat aku terbangun, aku melihat ponsel ku menunjukkan pukul 23:00, dan sudah banyak panggilan tak terjawab dari wanita itu, ia juga mengirimi ku pesan minta maaf dan penyesalan, namun aku benar-benar sudah tidak mau. Kalau saja ia masih dalam tahap pendekatan dan belum berpacaran, mungkin aku akan mencoba nya memberi kesempatan, namun ia sudah berpacaran, bahkan pria itu di bawa menginap oleh nya.
Aku lalu mengganti pakaian ku dan merapihkan barang-barang yang tadi aku lempar. Dan aku membutuh kan minyak kayu putih untuk menghangat kan tubuh ku, namun aku tidak punya.
Akhirnya aku mengirim pesan di grup pesan kosan ku, untuk menanyakan siapa yang memiliki minyak kayu putih.
“Punten, ada yang punya minyak kayu putih?” kata ku.
“Ada, aku di lantai bawah, kamar nomer 6.” Jawab seseorang yang aku tidak tahu nama nya, karena hanya ada nomer ponsel nya.
Aku langsung bergegas ke bawah untuk meminjam minyak kayu putih tersebut.
Tok! Tok!
aku pun mengetuk kamar nomer 6.
“Iya, sebentar.” Jawab seorang perempuan di dalam.
Dan saat di buka, aku benar-benar tidak menyangka, aku tidak bisa berkata-kata, entah harus apa. Sosok wanita yang ada di hadapan ku saat ini, adalah sahabat kecil ku.
Kami saling menatap dalam beberapa detik. Sampai akhirnya ia yang sedang memegang minyak kayu putih, mengangkat tangan ku, lalu memberikan minyak nya padaku. Ia lalu langsung masuk dan menutup pintu.
Aku hanya bisa diam dan terpaku, bingung harus bagaimana menghadapi ini.
Aku langsung ke kamar ku dengan diam tanpa ada sepatah kata pun keluar. Saat sampai, aku langsung mengoles dada ku dengan minyak kayu putih. Dan saat aku mencoba melihat nomer perempuan di bawah tadi lalu membuka foto profil nya, ternyata benar, itu.. Salsa!
Sejak hari itu aku tidak lagi berkomunikasi dengan Fani, ah malas betul aku menyebut nama nya. Aku lalu terpikir untuk memberi tahu Togar.
“Gar.” Kata ku lewat pesan.
“Iya, bro?” Jawab nya.
Aku lalu menjelaskan apa yang terjadi.
“Yang benar kau, bro?” tanya togar.
“Benar, tapi aku minta tolong sama kau, jangan kau beri tahu orang tua dan keluarga mu kalau kakak mu berbuat seperti itu. Biar nanti aku yang bilang.” Jawab ku.
“Ya sudah, bro. Aku benar-benar menyesal, semoga tidak berpengaruh terhadap persahabatan kita ya, bro.” Balas Togar.
Aku pun lansgung menghubungi ayah Togar, namun aku memberi tahu kalau kami putus karena aku meminta nya, aku ingin fokus kuliah terlebih dahulu. Ayah togar pun paham dan memaklumi.
Sejak malam aku bertemu dengan Salsa, aku belum sempat berbicar dengan nya, aku hanya memandangi nya dari lantai atas, terkadang kami berpapasan namun tidak saling menegur. Aku benar-benar canggung dengan nya. Ditambah, ia semakin cantik.
Sampai suatu hari, aku baru kembali dari kampus saat maghrib dan aku berjalan sendirian saat itu, kalau sudah sore, angkutan gratis sudah tidak ada. Tiba-tiba saja aku mendengar suara wanita tertawa cekikikan, padahal di sekitar ku tidak ada orang. Aku langsung berlari cepat, dan tiba di persimpangan jalan, aku terkejut,
“AAAA!” teriak ku saat berpapasan dengan nya.
Aku langsung berhenti dan mengatur nafas ku. salsa hanya kebingungan memperhatikan ku.
Aku pun menghela nafas panjang dan mulai bisa mengendalikan nafas, namun salsa malah jalan dan meninggalkan ku. lalu aku menahan tangan nya, ia hanya menoleh tanpa berkata-kata. Ku tarik tangan nya, lalu aku peluk ia erat. Beberapa saat kami berpelukkan, tiba-tiba ia mendorong ku dan pergi.
“Sal! Kenapa menghindar terus sih?” Tanya ku sambil mengejarnya
Ia terus berlari, sampai akhirnya berhenti.
“Sal, kenapa berhenti?” Tanya ku.
“Gawat.” Kata nya.
“Gawat kenapa?!” Tanya ku panik.
“Aku lari ke arah yang salah, Salfa!” Jawab nya panik.
Saat ku lihat sekitar benar saja, kita sepertinya malah semakin menjauh dari gerbang kampus, kanan dan kiri kami banyak pepohonan dan gedung kuliah yang sudah gelap. Aku langsung panik dan ketakutan seketika.
“Sal, sal. Jujur aku pun nggak berani kalau harus kembali dengan tenang. Jadi lebih baik kita lar..” saat aku belum selesai bicara, tiba-tiba saja ia sudah lari duluan.
“Salsa! Tunggu!” kata ku sambil berlari.
“Fa, Sumpah.. sumpah. Aku melihat cewek di atas pohon tadi!” Kata Salsa sambil masih terus berlari.
“Yaampun jangan di bahas sekarang!” Jawab ku.
Sampai akhirnya kami sudah mulai tenang, karena sudah dekat dengan gerbang kampus. Kami pun memilih untuk duduk sejenak dekat gerbang kampus.
Saat sedang mengatur nafas dan menenang kan diri,
“Ih, kamu ngapain sih?!” Kata Salsa sambil memukul Punggung ku.
“Apa sih?” kata ku.
“Iya ngapain kamu ngikutin aku kuliah di sini, tinggal di kosan yang sama, dulu juga kamu kenapa harus ngikutin aku sekolah di TK yang sama, di SMA yang sama, terus kenapa sih kamu harus pindah ke rumah ibu kamu?!” Kata nya sambil terus memukuli aku dan dengan nada yang marah.
“Kenapa kamu pergi waktu itu?” Tanya ku balik.
Ia hanya diam dan mengatur nafas nya yang cepat.
“Itu salah kamu, yang salah memilih.” Jawab nya sambil berdiri.
“kamu mau kemana?” Tanya ku.
“Mau ke kosan lah.” Jawabnya.
Namun aku masih duduk karena masih merasa lelah.
“Kenapa duduk aja sih?! Anterin aku! aku masih takut.” Kata Salsa lagi.
“Hahaha. Kalau hantu tadi melihat kamu marah-marah kayak tadi, pasti hantu itu yang ketakutan.” Jawab ku.
“Eh, itu.. itu.. ada hantu di belakang kamu!” Teriak Salsa pada ku.
Spontan, aku yang terkejut langsung bangun dari duduk ku dan memeluk Salsa.
“Hahaha, nggak usah sok makanya.” Kata salsa, ternyata tadi dia hanya membohongi ku.
Kami pun pulang ke kosan bersama.
“Aku minta maaf, ya.” Kata ku saat di jalan.
“Untuk apa?” Tanya salsa. Walau sudah mau berbicara namun ia tetap tidak mau melihat ku.
“Andai aku bisa mengulang waktu, saat pertama kali bertemu kamu, aku akan langsung memilih mu kalau tahu akan berakhir seperti ini.” Jawab ku.
Namun ia hanya diam tidak menjawab.
“Kalau sekaranng, apa masih bisa aku memilih mu?” tanya ku.
“Maaf, sudah ada laki-laki lain yang aku pilih.” Jawab nya, dan ia langsung berjalan cepat masuk ke dalam kos.
Aku hanya berdiri dan terdiam di tengah jalan. Aku langsung mengingat kata-kata Ibu ku. “Kalau menurut ibu sih, cinta sejati adalah ia yang akan selalu ada di pikiran mu, kapan pun, dimana pun dan bagaiman pun itu. Kamu akan siap menerima kekurangan nya, dan akan selalu mensyukuri kelebihan nya, tak akan ada celah sedikit pun di hati untuk membenci cinta sejati.”
Mengapa aku baru menyadari nya, kalau selama ini Salsa tidak pernah luput dari pikiran ku, sejak aku pergi meninggalkan nya 13 tahun lalu di Bandung, walau aku juga memikirkan Fani, namun selalu ada Salsa dan selalu ia yang teringat sampai kapan pun, dan juga aku kini sudah membenci Fani. Aku memang bodoh, tidak menyadari kalau selama ini Salsa lah yang selalu ada di hati.
Aku lalu pergi ke kamar ku untuk melakukan sesuatu untuk Salsa. Lalu aku turun lagi dan mengetuk pintu nya, namun aku langsung pergi dan menyelipkan surat melalui bagian bawah pintu nya.
Iya, itu adalah surat permohonan Maaf ku. Yang bertuliskan,
“Ternyata aku sudah menemukan cinta sejati ku sejak 13 tahun yang lalu, tepat saat aku pertama kali duduk di sebelah nya, saat ia meminjamkan aku gunting, saat ia menolong ku dari ketakutan, saat ia siap menemani ku kapan pun dan dimana pun. Ia selalu ada, bahkan ia tetap ada saat ini, ia pernah menolong ku yang kedinginan, ia juga menemani ku saat kita terjebak di tengah kegelapan.
Namun aku bodoh, aku tidak menyadari nya selama ini, aku tidak menyadari nya kalau ia adalah cinta pertama dan cinta sejati ku, aku terlalu sibuk dengan ia yang jauh, sampai aku melupakan yang dekat. Aku juga tidak menyadari nya kalau selama 13 tahun ini aku selalu teringat dan memikirkan nya.
Terakhir, aku hanya ingin Ia ada bersama ku selama nya.”.
Lalu aku tempelkan Bunga yang pernah aku buat untuk nya 13 tahun silam. Aku berharap Salsa memaafkan dan memberikan ku kesempatan.
Tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu kamar ku, dan saat ku buka, itu salsa. Ia langsung menangis dan memeluk ku. aku membalas peluk nya, aku benar-benar merindukan nya.
Lalu saat ia mulai tenang, ia duduk di hadapan ku.
“Kamu apa kabar?” Tanya nya.
“Aku baik. Bagaimana dengan kamu?” Jawab ku.
“Aku tidak pernah lebih baik sejak aku pergi dari jakarta.” Kata nya.
“Jadi pertemuan dengan ku membuat mu menjadi lebih baik?” Tanya ku.
“Tidak usah bertanya, aku kesal dengan mu. Untuk apa kamu mengirim surat seperti itu? Ingat, kamu punya pacar.” Jawab Salsa.
“Kami sudah putus.” Kata ku.
“Kenapa? Kata nya ia kesayangan mu.” Tanya Salsa.
“Ya gitu deh, aku sedang tidak ingin menceritakan nya, menyebut nama nya saja aku muak.” Jawab ku.
“Kenapa waktu itu kamu pergi?” Tanya ku pada Salsa yang sedang diam menatap ku tajam.
“Itu salah kamu. Kamu sudah ada janji pergi dengan ku, tapi malah membatalkan nya.” Jawab Salsa.
“Tidak mungkin masalah sepele seperti itu membuat mu pergi.” Kata ku.
“Ya, sebenar nya, aku sudah membuat keputusan saat itu, namun aku bisa merubahnya kalau kamu lebih memilih tetap jalan bersama ku, tapi karena pilihan mu salah. Ya aku pergi saja.” Kata Salsa.
“Oh iya, kemana sekarang rambut panjang mu? Mengapa sekarang menjadi se bahu?” tanya ku.
“Ish, mengalihkan topik pembicaraan. Sudah, aku turun saja.” Katanya sambil berdiri lalu pergi keluar dari kamar ku.
Aku yang saat itu sedang ingin sendiri untuk merenung dan berfikir apa yang sedang terjadi, membiarkan nya keluar tanpa aku mengejar nya.
Aku benar-benar takjub dengan ketentuan Tuhan, kita memang bisa merencanakan, namun Tetap Tuhan yang menentukan.
Aku lalu merebahkan tubuh ku, tanpa aku sadar aku malah ketiduran dan lupa menutup pintu. Namun beberapa saat kemudian, aku merasa ada yang masuk, saat kucoba membuka sedikit mata ku, aku melihat Salsa sedang masuk dan menutup pintu, lalu menghampiri ku dan menutupi tubuh ku dengan selimut. Lalu aku menarik kerah baju nya dan memeluk nya.
“Apa yang kamu lakukan?” Tanya Salsa.
“Aku benar-benar meminta maaf pada mu, aku menyesal tidak pernah menyadari nya, andai sejak TK aku sudah mejadikan mu pacarku, mungkin tidak akan terjadi kejadian seperti kemarin. Aku sekarang benar-benar sudah yakin, kamu lah cinta sejati ku.” Kata ku.
Aku pun mengangkat kepala nya lalu mencium bibir nya dan menikmati setiap detik yang berlalu.
Ya, ini lah Takdir Tuhan.
Selamat Malam!

Cinta SejatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang