BAB IX : Antara Kamu dan Dia

40 3 0
                                    

Satu Tahun berlalu, begitu banyak peristiwa dan pengalaman baru terjadi, seperti Fani yang mengetahui kalau aku duduk bersama Salsa di sekolah. Jadi, saat itu hari Jum’at, biasa nya sekolah ku pulang sehabis Shalat Dzuhur, namun karena kelasku ada praktek Bahasa Arab yang sangat memakan waktu, akhirnya di adakan saat sudah tidak ada Mata Pelajaran lain lagi. Saat semua kelas dan jurusan sudah pulang, hanya tinggal kelas kami yang tersisa.
Saat sedang menunggu giliran maju ke depan, aku yang biasa nya dengan Salsa duduk di bangku paling belakang saat itu kami pindah ke depan agar lebih bisa mendengar teman-teman yang lain berdialog dengan bahasa Arab.
Tiba-tiba perasaan ku tidak enak, seperti ada sosok yang memperhatikan dari pintu sejak tadi. Memang, sekolah ku terkenal angker dan pernah ada yang bunuh diri di sekolah ini, bahkan cerita nya pernah di buatkan sebuah Film pada tahun 2006 silam. Namun, perasaan ku lebih dari takut dan merinding, tapi juga membuat hati gelisah tak karuan.
“Sal, perasaan ku kurang enak nih.” Kata ku pada Salsa.
“Kenapa? Deg-degan? Takut kan mau maju ke depan?” Jawab Salsa.
“Nggak, ada juga kamu yang begitu. Tapi perasaan aku dari tadi kayak ada yang memperhatikan.” Kata ku.
Salsa langsung celingukan melihat sekitar, dan tiba-tiba ia menghela nafas panjang.
“Sal, liat apa? Liat apa?” tanya ku panik.
“Ini sih lebih seram dari Hantu, Fa. Bismillah dulu ya sebelum lihat ke arah pintu.” Kata Salsa sambil menundukan kepala nya.
“Bismillahirrahmanirrahim!” Deg! Jantung ku hampir lepas! Saat aku menoleh memang bukan hantu! Namun efek nya lebih parah dari pada bertemu hantu! Itu Fani!
Dan selesai Praktek aku pun menjelaskan pada Fani bahwa itu hanya sekali selama aku di sekolah, karena saat itu tidak ada teman cowok lain yang belum memiliki pasangan untuk Praktek. Lagi-lagi berbohong. Lalu kami pulang bersama, karena hari itu aku berencana menginap di rumah Togar.
Dan banyak peristiwa lain nya yang membuat hidup ku tidak hanya Hitam dan Putih.
Seperti aku yang pernah tidak sengaja mencium Salsa.
Jadi begini cerita nya. Suatu hari, di UKS sekolah, aku sedang menemani Salsa yang pingsan saat upacara bendera yang rutin di laksanakan setiap hari Senin.
Tiba-tiba ia pingsan saat Pembina Upacara sedang memberikan beberapa patah Kata.
Aku langsung menggendong nya sendiri menuju ruang UKS. Saat tiba di UKS ada beberapa anggota PMR yang sedang berjaga, tadinya mereka ingin mengurus Salsa, namun kata ku tidak usah, biarkan ia dulu, karena kalau ia terbangun dari pingsan nya secara paksa tanpa kesadaran ia sendiri, kepala nya akan sakit luar biasa dalam waktu yang lama.
Jadi aku menemani nya dan menutup tirai, karena sebenarnya aku juga ingin tidur. Tapi saat ku lihat di kepala nya banyak pasir dan sedikit luka kecil, mungkin menempel saat ia terjatuh tadi. Maka aku berniat membersihkan nya lalu mengambil kapas dan aku basahkan dengan Akohol pembersih luka. Saat aku sedang membersihkan kotoran dan luka nya, tiba-tiba saja ia bangun dengan cepat. Ia langsung bangun begitu saja tanpa aku tahu kalau ia sudah sadar.
Posisi wajah ku yang saat itu sedang lumayan dekat dengan wajah nya, otomatis saat ia bangun dan tanpa di sengaja, bibir kami saling bersentuhan untuk beberapa detik. Karena, aku pun benar-benar tidak menyangka dan mengapa aku tidak langsung menjauh karena sedang mencerna apa yang terjadi. Hehe.
Akhirnya, aku akan melanjutkan naik ke kelas berikut nya. Hari ini adalah hari pembagian Rapot kenaikan kelas, aku bersama Ibu ke sekolah dengan motor kesayangan ku yang semakin hari, semakin aku sayangi. Haha.
Aku bingung, akhir-akhir ini Salsa terlihat berbeda pada ku, ia jadi lebih perhatian, mudah marah, dan selalu terlihat tidak suka saat aku akan pergi dengan Fani, dan penampilan nya sekarang berbeda, ia lebih sering menggunakan Make up walau hanya akan pergi ke rumah ku. Apa mungkin ia menyukai ku? Entah lah.
Hari ini, hari Jum’at, aku berencana menginap di rumah Togar, sudah dua pekan aku tidak ke sana, karena ibu dan aku baru pulang dari Jogja menjenguk kakak, sebenar nya aku belum libur saat ke Jogja, tapi memang sudah tidak ada kegiatan di sekolah, hanya lomba-lomba dan juga absen sudah tidak berjalan.
Saat sedang menunggu pembagian rapot, sebagian murid menemani orang tua nya di dalam, sedangkan aku memilih menunggu di luar dengan Salsa sambil melihat ke bawah.
“Fa, hari ini jadi kan?” Tanya Salsa.
“Hah? Jadi apa?” jawab ku.
“Kamu gimana sih? Kan sudah janji mau jalan-jalan sama aku hari ini.” Kata Salsa dengan nada yang agak kesal.
“Oh iya, ya ampun. Aku lupa Sal, serius. Aku sudah buat janji lagi dengan Fani untuk Jalan hari ini.”  Aku memang pernah berjanji akan mengajak nya keliling Ibu Kota dan menonton Film di bioskop, dan aku pernah berkata bahwa kita akan pergi se pulang nya pembagian rapot. Namun aku benar-benar lupa dan malah membuat janji dengan Fani.
“Oh, gitu. Ya sudah, aku pergi ya.” Kata salsa, namun senyum nya ada yang beda kali ini. Dan ia langsung pergi ke lantai bawah entah kemana
Aku hanya diam dan mencerna apa maksud nya, namun tiba-tiba ibu mengejutkan aku. Ternyata acara nya sudah selesai. Haha, akhirnya ada sosok yang menemani ku saat ada acara sekolah.
“Salsa kemana, Fa?” tanya ibu.
“Nggak tahu bu, tadi turun, nggak tahu mau kemana.” Jawab ku
Akhirnya aku mengantar ibu pulang terlebih dahulu, baru aku pergi dengan Fani dan akan menginap di rumah nya. Sungguh aku benar-benar rindu.
Sesampai nya dirumah, ku lihat rumah Salsa di kunci dengan gembok, yang berarti tidak ada orang dirumah nya.
“Bu, aku lanjut pergi ya, sudah ada janji sama Fani.” Kata ku sambil mencium tangan Ibu.
“Hati-hati, Fa. Nggak mau bawa mobil aja?” Tanya Ibu.
“Nggak bu, enak pakai motor. Hehe.” Jawab ku.
“Dasar, kamu. Kalau sama perempuan senang nya pakai motor.” Kata Ibu.
Aku langsung tancap gas menuju rumah Fani, rencana nya kami mau Nonton Film hari ini. Tapi sesampai nya aku dirumah sana, ternyata banyak mobil terparkir di dalam. Fani juga ternyata sudah menunggu ku di luar.
“Loh, kok di luar Fan?” Tanya ku sambil mematikan Motor.
“Fa, maaf. Kayanya kita nggak bisa pergi deh. Di dalam banyak Saudara sama ada nenek dan kakek. Kamu juga di suruh masuk, Fa.” Jawab Fani dengan wajah panik nya.
“Oh ada apa memang nya, Fan?” Tanya ku.
“Nggak tahu, ayo masuk dulu.” Jawab Fani sambil menggandeng tangan ku dan berjalan masuk ke dalam.
Saat di dalam, suasana nya sangat serius, tidak ada yang tertawa atau pun berbicara, dan saat aku masuk, semua mata memandang ku. di sana ada Nenek, kakek, Om, tante, Togar, dan banyak saudara dari Fani, namun mata ku langsung tertuju pada sesosok pria yang katanya akan di jodoh kan dengan Fani.
Saat aku sedang menyalami Om dan Tante, tiba-tiba kakek Fani berbicara, walaupun sudah lanjut usia ia masih terlihat muda dan gagah.
“Langsung duduk saja, langsung duduk.” Kata Kakek nya.
Aku pun duduk dengan posisi Fani di sebelah kiri ku, Togar di sebelah kanan ku dan di hadapan ku ada kakek, nenek dan sepertinya ada paman dan bibi nya Fani juga. Sedangkan Pria yang akan di jodohkan dengan Fani ada di serong depan kiri ku.
“Jadi kau yang nama nya Salfa?” Tanya Kakek.
“Betul, pak.” Kata ku, aku takut untuk memanggilnya Kakek.
“Awak dengar, kau ini pacaran dengan Fani?” tanya nya lagi.
“Iya, betul.” Wah ada apa ini? Jantung ku berdegup cepat, aku grogi dan takut.
“Sudah, kau tenang saja, mengapa tiba-tiba terlihat panik begitu?” Tanya Kakek.
“Hehe, ii.. iya, aku hanya bingung sebenarnya apa yang terjadi.” Kata ku.
“Jadi begini, nak Salfa. Saya mau tanya, apa nak Salfa serius dengan Fani?” Tanya Nenek.
“Insya ALLAH, saya serius bu.” Jawab ku.
“Hmm, sebetul nya tidak bisa, bagaimana pun kalian berbeda, dan sampai kapan pun tidak bisa bersatu.” Kata nenek nya lagi.
“Maaf, bu. Tapi apa alasan kami tidak bisa bersatu? Apakah agama menjadi alasan? Maaf kalau pertanyaan saya lancang.” Aku langsung mendapat suntikan penyemangat saat ku lihat Fani mengeluarkan air mata.
“Adat kami sangat menolak pernikahan lintas agama, ini hal yang sangat tabu dalam Masyarakat Batak.” Jawab kakek.
“Maaf, tapi Kami bisa bersatu dan menikah” Jawab ku.
“Bagaimana bisa?! Kau ini masih muda?! Tahu apa soal agama dan adat istiadat leluhur kami?!” tiba-tiba saja Paman nya Fani naik pitam dan membentak ku, namun ini lah hal yang aku tunggu.
“Bagaimana? Apa salah nya kami menikah walau dengan keyakinan yang berbeda? Atau salah satu nya bisa berkorban.” Jawab ku dengan menatap tajam ke arah paman itu.
“Tulang! Tolong jangan bentak dia!” Tiba-tiba saja Fani membela ku.
Seperti nya Togar yang melihat ku kebingungan mengerti apa yang aku pikirkan.
“Tulang itu artinya paman, brother.” Bisik Togar pada ku.
“Hei! Kamu pikir kami akan rela membiarkan ia pindah agama? Sampai kapan pun kami takkan pernah sudi!” Teriak paman.
“Lalu, apa kalian rela dan sudi melihat nya tidak bahagia karena tidak lagi bersamaku?” saat ku jawab itu, seketika saja semua diam dan hening beberapa saat.
“Nak, aku lihat kau pria yang berani, pendirian mu kuat, dan kamu juga penyayang. Namun bagaimana pun, kami tidak akan pernah setuju kalau suatu saat kalian menikah, apa kamu juga tega kalau nanti Fani akan di jauhkan dan di asingkan oleh keluarga nya sendiri? Coba kalian berdua pikirkan lagi baik-baik, bagaimana dan apa efek nya yang akan terjadi kalau kalian sampai menikah, apa kalian tidak memikirkan nasib anak kalian nanti? Ia akan bingung memilih mana yang benar, dan nanti kalian akan saling berebut akan ikut kemana anak itu nanti.” Nenek memecahkan keheningan dengan menjelaskan pada kami bagaimana kalau nanti kami sampai menikah.
“Aku yang akan pindah agama.” Aku terkejut, tiba-tiba saja Fani berkata begitu.
Semua diam seketika. Bingung harus memberi tanggapan apa.
“Kalau kalian tidak memberi ku izin, kalau kalian akan mengasingkan aku nanti, aku tidak perduli, aku akan tetap bersama nya sampai kami menikah, aku tidak perduli walau nanti tidak ada satu pun yang hadir. Bukan kalian yang menentukan hidup ku, tapi diri ku sendiri. Maaf kalau aku lancang. Perbedaan takkan pernah bisa memisahkan kami.” Fani langsung menarik tangan ku keluar. Ia berlari sambil memegang tangan ku. aku lihat nya dari belakang, begitu luar biasa sosok ini, ucap ku dalam hati.
Kami langsung pergi meninggalkan rumah Fani dengan motor ku. ia terus saja menangis sepanjang jalan.
Aku pun membawa nya ke pantai yang ada di daerah kepulauan seribu. Saat ku lihat jam tangan ku menunjukkan pukul 13:00. Aih! Aku lupa shalat Jum’at!
Sesampai nya di sana aku langsung Shalat Dzuhur untuk menggantikan shalat Jum’at ku. sungguh, aku benar-benar lupa ini hari Jum’at.
Selesai aku Shalat, kami memilih untuk makan terlebih dahulu.
Sejak tadi, tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulut Fani.
“Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah meninggalkan mu.” Aku memecah keheningan di tengah makan siang kami.
Namun ia malah meneteskan air mata dan langsung keluar meninggalkan makan nya. Hehe, sepertinya aku salah bicara.
Aku pun membayar makanan ini dan menyusul nya keluar.
Saat di luar aku sangat terkejut ia tidak lagi marah dan mulai tersenyum,
“Sudah, kita lupakan hari ini dan meneruskan hidup kita. Ini hidup ku, ini hubungan ku, tidak ada satu pun yang bisa menggangu nya.” Ucap fani sambil tersenyum ke arah ku.
Kami pun akhirnya pergi ke pantai dan bermain air di sana, lalu kami menaiki Banana Boat dan menaiki Kapal untuk menyebrangi pulau. Karena baju kami berdua basah, aku membeli baju dan celana agar kami tidak sakit. Aku membeli baju yang sama dengan nya yang bertuliskan “1000 day” aku tidak mengerti arti nya, namun karena bagus jadi aku memilih nya.
Tak terasa hari mulai gelap, kami memang sengaja menunggu gelap karena ingin melihat matahari terbenam.
Kami pun berjalan mendekati pantai lagi, bergandengan berdua, seolah dunia hanya milik kami.
Perlahan Matahari pun mulai turun untuk pindah ke waktu lain karena ada yang membutuhkan nya. Saat mulai gelap, aku melihat sekitar ternyata tidak ada orang, walaupun ada mereka sangat jauh. Lalu aku menoleh menatap Fani, lama ku pandangi wajah yang sudah lama aku rindukan. Perlahan ku dekatkan wajah ku, dan kami pun berciuman di hadapan Matahari terbenam, di hadapan lautan, dan di hadapan langit. Tentu saja mereka siap menjadi saksi saat aku melakukan ini.
Kami berdua pun pulang, aku yang tadi nya berencana menginap memilih untuk membatalkan nya karena kejadian hari ini.
Saat tiba di depan rumah Fani, sudah tak ada satu pun mobil keluarga nya Fani, hanya tersisa mobil ayah Togar.
“Aku nggak mau turun.” Katanya sambil terus memeluk ku dari belakang.
“Turun sayang, Ayah sama ibu khawatir loh.” Kata ku.
“Tapi aku takut, Fa.” Jawab Fani.
“Nggak akan kenapa-kenapa, percaya sama aku. Nanti kalau ada yang menyakiti mu, biar aku yang menghadapi nya.” Kata ku berusaha menenang kan nya.
Ia pun akhirnya turun dari motor dan membuka helm nya.
“Peluk dulu.” Kata Fani.
Aku lalu memeluk dan mencium kening nya. Lalu ia tersenyum dan berjalan masuk.
Aku melanjutkan perjalanan ku menuju rumah. Sambil mendengarkan musik dari ponsel ku melalui Earphone aku menikmati jalan yang sepi dan tenang.
Aku pun tiba di rumah pukul 22:00, dan ku lihat ibu tertidur di ruang tamu dengan laptop yang masih menyala. Ku matikan laptop nya dan membangun kan ibu agar pindah ke kamar. Ibu akhirnya bangun dan tersenyum melihat ku.
“Kamu nggak jadi menginap, Fa? Beruntung belum ibu kunci pintu nya.” Kata ibu.
“Nggak jadi bu, ada sedikit kendala tadi makanya aku nggak jadi.” Jawab ku.
“Oh, iya. Kamu kok nggak bilang ibu kalau Salsa mau pindah sekolah ke bandung?” tanya ibu.
“Hah? Pindah bu? Maksud ibu?” aku benar-benar bingung dan terkejut.
“Iya, jangan-jangan kamu juga baru tahu?” Kata ibu.
Aku hanya diam karena bingung apa yang sebenar  nya terjadi.
“Oh iya, ini dia nitip surat buat kamu. Tadi dia menitipkan ke ibu, dan kata nya dia mau sekolah di bandung, tinggal sama eyang nya. Tapi ayah dan ibu nya tetap di sini.” Kata ibu sambil memberikan ku amplop putih yang berisi surat dari salsa.
Aku langsung pergi ke kamar dengan membawa surat itu.
Saat aku buka, isi nya adalah surat ku 11 tahun lalu. Yang berisikan kertas berwarna berbentuk bunga dan secarik kertas bertuliskan “Selamat jalan, Salsa. Semoga kita bertemu lagi. Terima kasih.” Namun ia mencoret nama Salsa dan mengganti nya dengan nama ku.
Saat itu juga, musik yang masih ku dengar sedang memutar lagu yang berudul Without You yang di nyanyikan oleh Air Supply.
Entah mengapa aku sangat merasa sedih dan terus memikirkan nya, aku sangat merasa bersalah telah membatalkan janji ku hari ini, aku tidak tahu mengapa ia pergi tanpa berkata apa pun pada ku. aku benar-benar merasa sedih saat itu. Ku mencoba menghubungi ponsel nya namun Nomor nya sudah tidak terdaftar. Ah, perasaan apa ini? Aku benar-benar gelisah.
No I can't forget this evening or your face as you were leaving
But I guess that's just the way the story goes
You always smile, but in your eyes
Your sorrow shows
Yes, it shows
No I can't forget tomorrow
When I think of all my sorrow
When I had you there but then I let you go
And now it's only fair that I should let you know
What you should know
I can't live
If living is without you
I can't live
I can't give anymore
I can't live
If living is without you
I can't give
I can't give anymore.
Selamat Malam, Fani, Salsa.

Cinta SejatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang