5. Pencarian

46 6 1
                                    

"Bagaimana? ada kabar tentangnya? "

Lelaki gagah berjas menggelengkan kepalanya. Beberapa orang terlihat berjalan tak tentu arah, banyak dari mereka sedang menekan nomor-nomor yang terdapat di alat telpon. Semuanya memasang muka khawatir, termasuk seorang lelaki tinggi yang mengenakan kemeja putih dengan lengan yang ia gulung. Kaca mata bulatnya yang masih setia membuat dia melihat dengan jelas sesuatu yang ada di layar ponselnya. Mukanya terlihat sangat cemas, berkali-kali dia menelpon seseorang tetapi nihil, orang itu tak menjawab panggilannya.

Dia mulai memasuki ruangan yang di duga miliknya, lalu melempar kasar ponsel nya ke arah sofa panjang. Dia melepaskan kaca mata nya lalu melipatnya dan menaruh di meja kerjanya. Dia menatap jendela kaca ruangan nya. Dia memejamkan matanya dan menghela nafas pelan lalu mulai membukanya. Terlihat matahari sudah mulai berjalan untuk berpindah tempat, hawanya sudah mulai panas tetapi tidak merubah suhu di sini.

Seseorang mengetuk pintu ruangan. Pemilik ruangan menoleh lalu berjalan menuju kursi miliknya. Dia mengambil kembali kaca matanya lalu memakai nya.

"Masuk. "

Seorang wanita berpakaian sopan mulai membuka pintu lalu berjalan mendekati meja utama. Dan menyerahkan beberapa berkas kepada yang bersangkutan.

"Maaf Tuan, saya membawa beberapa berkas yang belum di tandatangani oleh Ny Ro Ha. "
Wanita tersebut membungkuk terhadapnya.

Lelaki itu mulai membuka berkas-berkas tersebut dengan teliti. Sinar matahari yang menyerang nya membuat nya terlihat bersinar. Wajahnya memang selalu membuat salah fokus beberapa karyawan wanita di sini. Terkadang, ketika dia melewati kerumunan karyawan wanita selalu saja ada yang memberi tawaran untuk bergabung, tetapi dia menolaknya karna dia tidak punya waktu untuk hal seperti itu.

Dia mulai melepas kaca matanya lalu menutup berkas itu dan mengasih kembali kepada orang yang memberinya.

"Nanti saya urus. Lebih baik kamu kerjakan yang lain dulu. "

"Baik Tuan. "

Wanita tersebut membungkuk kepada nya lalu berjalan keluar ruangan. Lelaki itu menghela nafas pelan lalu mulai bersandar di kursinya dan melihat atap yang menampilkan warna putih khas sebuah ruangan kerja.

"Tolong, mengurusi mu selama 5 tahun ini sudah membuatku stress, apalagi ketika mengetahui kalau kau hilang, bisa-bisa aku mati saat ini juga. "

Di lamunan nya, ponselnya berdering. Di layarnya menampilkan panggilan dari seseorang. Dia langsung merubah posisinya dan mengambil ponselnya. Dia melihat sebentar layar ponselnya hingga pada saat nya ibu jarinya mulai menarik sebuah tanda di sana.

"Halo, pak Junghyun? "

"Tuan Jin Ho, apa ada acara saat makan siang nanti? "

Yang di tanya langsung melihat arloji yang melingkar sempurna di lengan kanannya.

"Sepertinya tidak ada pak. "

"Pergi ke gedung saya dan bertemu di ruangan rapat utama. "

"Baik pak, saya akan tiba dalam 15 menit. "

Jin Ho menutup telpon lalu mengambil jas hitam nya di kursinya dan menaruh ponselnya di saku dalam jasnya. Dia berjalan keluar ruangan, ketika membuka pintu dia sudah di sambut oleh beberapa karyawan.

"Apa sudah ada tanda-tanda nya? "

"Maaf Tuan. Kami sudah berusaha mencari informasi tetapi semuanya tidak ada yang tau keberadaan Ny Ro Ha. "

Jin Ho menghela nafas kasar lalu mengangguk pelan. "Baiklah, berusahalah kalian mencari informasi tentang keberadaan Ro Ha. Aku yakin kalian bisa. "

RUMITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang