9. harapan

29 3 0
                                    

Hai-hai, apa kabar kalian?

Mulai bosen sama liburan yang kelewat lama gak? Aku ngerasa banget dan pengen buru-buru sekolah lagi.

Dan buat readers baru, selamat datang ya ke zona aku wkwk.

Enjoy aja ya ! Happy reading semuanya ! Jangan lupa tinggalin jejak !

***

Im Ro Ha membuka matanya yang terasa sangat berat. Matanya mulai menjelajahi segala sudut ruangan. Dia merintih pelan ketika mencoba mengerakkan tubuhnya. Ro Ha menghela nafas pelan, lalu mulai memejamkan matanya.

Aku yakin itu bukan mimpi.

Dia kembali membuka matanya lalu melihat sekitar. Dugaan dia salah, tidak ada orang sama sekali di sini. Dia memalingkan wajahnya ke arah jendela yang berada di samping kanannya.

Langit yang gelap dan tidak ada cahaya dari para bintang. Sekarang langit benar-benar sendiri tanpa ada yang menemani. Ro Ha tersenyum sayu, ketika melihat ke arah jendela.

Suara langkah terdengar jelas di telinga miliknya. Dia menatap ke arah pintu, seperti menanti kedatangan seseorang. Pintu terbuka dan menampilkan seorang perawat perempuan yang datang dengan seorang diri. Dia menghampiri Ro Ha.

"Heol! Ternyata kekuatannya mengalir juga, " katanya.

Ro Ha mengerutkan keningnya, seperti tidak paham. Kekuatan? Siapa yang berhasil memberikannya kekuatan padanya?

Perawat itu mulai memeriksa keadannya. Ro Ha masih menatap pintu, seperti sangat berharap seseorang datang padanya. Perawat itu sadar apa yang sedang dilihat Ro Ha.

"Dia sedang bertemu tamunya, saya harap anda menunggunya sambil membaca beberapa surat yang berada di atas nakas itu, " kata perawat tersebut sambil menjalankan tugasnya.

Ro Ha menoleh ke arah nakas yang berada di samping kirinya. Dia terkejut melihat betapa banyak surat yang tertumpuk disitu. Ro Ha mulai menebak-nebak siapa yang menulis semua surat ini.

"Siapa yang---"

"Dia tampan pokoknya. Dia selalu bolak-balik ke kamar anda hanya untuk menaruh surat itu sambil menatap anda tertidur lalu dia pergi. Kalo kata orang Indonesia mah, gabutnya kelewatan, " ucap perawat itu.

Ro Ha masih terdiam.

"Tidak usah dipikirkan, anda baru sadar dari koma selama seminggu. "

"Se--seminggu? " tanya Ro Ha tidak percaya.

Perawat itu mengangguk pelan sambil tersenyum.

Seminggu. Selama itu dia bermimpi indah yang dia tidak tahu apakah itu benar terjadi apa tidak, dia sangat berharap mimpi itu kenyataan.

"Kalau begitu, saya pamit dulu ya. Dan untuk luka tembak itu akan diperiksa besok oleh Dokter Jisang, saya permisi. " pamit perawat itu lalu pergi keluar kamar.

Ro Ha menatap langit atap yang berdominasi warna putih. Perlahan dia menutup matanya dan berkeinginan untuk melanjutkan mimpi indahnya. Dan perlahan dia kembali ke alam mimpinya.

Seseorang membuka pintu kamar milik Ro Ha. Nafasnya terlihat tersenggal-senggal, sepertinya berlari untuk menuju kemari. Dia menghampiri bangkar yang terdapat seorang perempuan sedang terbaring lemah dengan di sekitarnya terdapat alat-alat medis yang menempel di wajahnya bahkan di lengannya.

Dia mendekatinya lalu menatapnya dengan perasaan lega. Tatapannya teralihkan dengan surat yang terdapat di nakas, posisinya tidak berubah mungkin dia belum membacanya.

RUMITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang