8. takdir

27 4 0
                                    

Matahari perlahan bersembunyi hingga membuat menjadi gelap. Doyoung baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Dia sengaja berjalan menuju rumahnya, hanya untuk sekedar melihat keadaan desa yang sudah ia tempatin selama 3 tahun terakhir ini.

Matanya dengan lincahnya menjelajah segala penjuru rumah-rumah. Senyuman nya yang terus terukir, dikala banyak penduduk situ yang menyapanya. Dan lebih banyak dari kalangan wanita, mungkin karna wajah tampan Doyoung yang selalu membuat salah fokus.

Ponselnya berdering, hingga membuat pandangannya terfokus kepada layar ponsel. Dia tampak melihat beberapa detik layar itu. Ibu jarinya mulai mengangkat tombol yang sedari tadi meloncat-loncat.

"Iya, ada apa Jungwoo? " tanya Doyoung sambil kembali berjaan dengan tempo pelan.

"Maaf dok, kalo aku menganggu. Tapi tuan pembimbing dokter Jeong jaeul ingin bertemu, " jawab Jungwoo di sebrang sana.

Langkah Doyoung berhenti seketika lalu segera membalikkan tubuhnya dan berjalan dengan tempo cepat.

"Baik, aku segera ke sana. Makasih Jungwoo, " Doyoung mematikan telponnya lalu kembali menaruh ponselnya di saku jasnya dan mulai berlari.

Waktu yang ia pakai hanya 5 menit saja untuk sampai ke rumah sakit yang sudah menjadi tempat bekerjanya. Dia langsung berlari menuju ruangan dokter Jeong Jaeul, dia yakin pasti ini sangat penting.

Di jalan, dia bertemu Haechan yang sedang mengobrol dengan seorang suster di situ. Haechan melihatnya, lalu melambaikan tangan tapi nyatanya dia dicampakkan.

"Aish!, lagi-lagi aku dicampakkan. "

Haechan melipatkan dadanya lalu memanyunkan bibirnya.

"Dokter Lee sepertinya terburu-buru. Tapi dia tetap terlihat keren walau seperti itu, " ucap suster itu, Chaeyan.

"Apa kau tak liat Chaeyan-ssi? Di mana-mana aku lah yang paling keren, " ucap sombong Haechan sambil sedikit merapihkan jas dokternya.

Chaeyan langsung memasang wajah malasnya lalu berniat pergi.

"Seterah kau, Choi Haechan! " Chaeyan membalikkan lalu berjalan menjauh.

"Ya!, kau bahkan tidak berpamitan dengan ku. Chaeyan-ssi! Tunggu aku! " teriak Haechan yang Melihat Chaeyan sudah jauh darinya.

"Kenapa orang di sekitar ku sering sekali mencampakkan ku? " tanya Haechan pada dirinya.

"KARNA KAU PANTAS UNTUK DICAMPAKKAN, HAECHAN-SSI! " teriak Chaeyan dari kejauhan, seolah tau apa yang sedang Haechan pikirkan.

Haechan ingin mengambil sepatunya lalu berniat melempar ke arah Chaeyan, tapi seseorang mencegahnya.

"Apa kau tega melempar sepatu mu kepada Chaeyan? "

Haechan membalikkan tubuhnya lalu melihat Jungwoo yang entah sudah berapa lama dia bertahan pada posisinya.

"Jungwoo? Sedang apa kau----engga----" Haechan menggelengkan kepalanya. "Sejak kapan kau di---"
Jungwoo menaruh jari telunjuknya ke arah mulut Haechan agar berhenti melanjutkan kalimatnya.

"Nanya nya nanti aja. Sekarang kita harus pergi ke ruangan tuan Jeong Jaeul, " ucap Jungwoo.

Haechan membulatkan kedua matanya lalu menampilkan ekspresi terkejut.

"KOK BISA?! " teriak Haechan yang membuat Jungwoo bergerak cepat membungkam mulut Haechan.

Orang-orang yang ada di sekitar langsung memandang kedua dokter tersebut dengan tatapan heran. Jungwoo hanya tertawa kecil lalu tersenyum sambil mengucapkan permintaan maaf.

RUMITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang