4. Kucing

70 6 0
                                    

Semuanya sudah berkumpul di sebuah gubuk kecil. Mereka sibuk mengupas beberapa buah, ada yang mencuci sayuran dan ada yang tidak berbuat apa, siapa lagi kalau bukan Haechan.

"Selamat bekerja. Aku hanya bertugas untuk makan saja. " Haechan melipatkan tangannya di dada dengan wajah sombong.

Haechan melihat ke arah Jeno yang sedang mengupas kulit apel merah. Haechan mengerutkan keningnya, Jeno tidak membuang biji apel tersebut dan langsung memakannya. Haechan langsung mengambil apel yang berada di tangan Jeno lalu ia buang di kantong plastik yang ada di dekatnya. Jeno langsung menatap Haechan kesal.

"Ya! Kalau kau selalu makan apel bersama bijinya, kau bisa mati besok. " Haechan berkata dengan penuh tekanan. Semuanya langsung menatap ke arah Jeno.

"Emang kenapa dengan bijinya? " tanya Jeno polos.

Haechan mendecak. "Bijinya beracun bodoh! "

"Kenapa kau baru memberitahu sekarang? Sedangkan belakangan ini aku sering memakan apel bersama bijinya. " ucap tegas Jeno sambil menatap Haechan.

Mark memasang muka sedih. "Jeno, jika emang kau akan pergi secepat ini. Aku akan selalu berdoa untuk mu. Tenang saja, masalah pacarmu akan ku urus, akan ku bahagia kan untukmu. " Jeno langsung menatap tajam Mark.

"Kau mendoakan ku mati besok? Seperti Haechan? " Jeno terlihat sangat kesal.

"Biasanya kalau kamu marah seperti ini reaksi racun nya bakal cepat, betulkan dokter Lee? " Jungwoo menunjuk Doyoung dan dibalas dengan anggukan.

Jeno mulai mengatur nafasnya lalu tidak melanjutkan kerjaan nya.

"Terserah kalian dah. Aku mau pergi ke depan dulu, " Dia pergi dari gubuk menuju halaman depan rumah.

Semuanya menatap punggung Jeno yang perlahan menjauh. Ro Ha langsung menatap Haechan tajam.

"Apa perkataan mu benar? "

Haechan menatap balik Ro Ha. "Tentulah benar, mana mungkin seorang dokter berbohong tentang itu. "

Ro Ha langsung memasang wajah khawatir. "Tidak usah terlalu khawatir, tubuh Jeno sangat kuat. Dengan latihan bersenjata dia bisa membunuh racun itu karna Jeno banyak mengeluarkan keringat. " jelas Doyoung seperti bisa membaca pikiran Ro Ha. Ro Ha langsung menghela nafas lega. Ro Ha pergi dari gubuk lalu menyusul Jeno.

"Halah, hati seorang wanita memang terlalu lemah gampang sekali tersentuh. "

Ro Ha melihat Jeno sedang mengelus seekor kucing abu-abu. Dengan kelembutan dia mengelus kepala binatang lucu itu, dia mengambil sesuatu dari saku celana khas tentaranya lalu memberikan kepada kucing tersebut. Ro Ha yang melihatnya tersenyum lalu menghampirinya.

Jeno menyadari kehadiran Ro Ha, dia langsung berdiri dan menghadapnya. Jeno tersenyum, kesekian kalinya senyuman Jeno membuat Ro Ha sangat nyaman. Ro Ha sama sekali tidak pernah melihat senyuman senyaman ini.

"Pasti noona ingin bertanya kenapa aku ke sini? " Jeno seperti Doyoung yang bisa membaca pikirannya. Ro Ha mengangguk.

"Aku hanya ingin bertemu dengan Vinka. "

Ro Ha mengerutkan keningnya seperti tidak mengerti atas perkataan Jeno. Jeno yang menyadarinya langsung tertawa kecil lalu mengambil kucing yang ia beri nama Vinka itu.

"Noona, kenalin ini Vinka. " Jeno mengambil satu tangan kucing itu lalu ia ulurkan mendekati Ro Ha. Kucing itu seperti tidak mengamuk mungkin sudah terbiasa. Ro Ha baru mengerti sekarang, lalu mengulurkan tangannya ke tangan Vinka dan bersalaman.

"Aku Ro Ha. Senang berkenalan dengan kamu, Vinka. " Ro Ha tersenyum. Di ikuti Jeno yang tersenyum.

Vinka berbunyi seperti menjawab Ro Ha. Mereka berdua tertawa melihat tingkah lucu Vinka. Jeno menurunkan Vinka dan membiarkannya bermain di sekitar rumah Doyoung.

RUMITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang