"ISTRI?!!! "
Suasana tegang menyelimuti rumah Doyoung. Pemilik rumah dikelilingi oleh orang-orang yang menjadi saksi atas kejadian hari ini yang menimpa Ro Ha. Untung saja hanya Mark dan Jeno yang mengetahuinya, kalau ditambah dengan Haechan dan Jungwoo mungkin kepala Doyoung sudah pecah berkeping-keping. Perkataan nyinyir Haechan digabung kata-kata mutiara Jungwoo sudah membuat Doyoung sakit kepala.
Ponsel Doyoung berdering, membuat suasana tegang sedikit melonggar. Doyoung pergi keluar rumah dan meninggalkan Mark, Jeno berserta Ro Ha di dalam. Ketiganya saling menghela nafas panjang.
"Aku sama sekali tidak habis pikir sama jalan pikiran dokter Lee. " ujar Jeno sambil melipat tangan di dada dan memasang wajah bingung.
Ro Ha masih setia menunduk, dia juga tidak tahu harus berbuat apa. Doyoung sudah baik kepadanya tapi sekarang Malah Doyoung harus kena masalah karnanya. Ro Ha mulai mengangkat kepalanya yang membuat Jeno dan Mark menoleh ke arah nya secara bersamaan.
"Aku mau pulang. "
"Hah?! " ucap keduanya.
Doyoung masuk kembali ke dalam. Lalu duduk di sebelah Ro Ha dengan posisi menghadap nya. Ro Ha sadar akan kehadiran Doyoung, tetapi dia memilih untuk memalingkan wajahnya.
"Kenapa? " tanya Doyoung.
Ro Ha langsung menoleh ke arah Doyoung.
"Kenapa apanya? "
Doyoung menatap Ro Ha dingin.
"Kenapa baru sekarang? Setelah semuanya sudah terjadi, kenapa kamu baru mau pulang sekarang? "
Ro Ha terdiam. Sepertinya Doyoung mulai memperlihatkan amarahnya kepada Ro Ha. Jeno dan Mark yang melihat Doyoung mulai berbicara dengan penuh penekanan hanya bisa memalingkan wajah.
Ro Ha tertunduk, "Maaf." lirih Ro ha.
Doyoung menghela nafas kasar sambil mengacak rambutnya. Dia sesekali tertawa samar. Ro Ha merasa sangat bersalah, sangat. Tetapi dia juga tidak tau harus berbuat apa.
"Awal saya ketemu kamu, saya sudah ada bayangan kalo kehadiran kamu di sini hanya bisa membuat masalah. " Amarah Doyoung mulai memuncak.
Ro Ha masih menunduk lalu terdapat beberapa tetesan air yang berjatuhan. Jeno melihat Ro Ha iba, lalu dia mendekat ke arah Ro Ha dan berakhir memeluknya. Ro Ha merasakan Jeno memeluknya dengan sangat hangat dan membuatnya semakin bersalah.
"Maaf, jeno-ah! "
Jeno menepuk pelan punggung Ro Ha. "Tidak apa noona. "
"Seharusnya dokter tidak terlalu keras terhadapnya. " Mark angkat bicara.
Doyoung langsung pergi ke arah halaman rumah, dengan suasana hati yang tidak menentu. Dia juga tidak tahu, kenapa dia begitu marah.
Doyoung duduk di sebuah kursi kayu, dengan Pikiran yang benar-benar kacau dan campur aduk. Dia juga bingung harus berbuat apa sekarang, ingin sekali dia pergi ke sebuah tempat yang sepi sehingga dia bisa sendiri, benar-benar sendiri.
Doyoung menatap langit yang sebentar lagi akan berubah menjadi gelap. Dia mulai menjernihkan pikirannya dan menenangkannya. Setelah sudah mulai tenang, Doyoung berjalan masuk ke dalam rumah.
Jeno masih memeluk hangat Ro Ha, dan Doyoung yang melihat Ro Ha mulai merasa bersalah karna terlalu keras terhadapnya.
"Sebaiknya, kalian berdua kembali bertugas. "
Jeno menatap Doyoung. "Tapi noona----"
"Biar saya yang urus. "
Jeno dan Mark saling tatap. Mark berdiri dan berjalan keluar rumah. Jeno melepas pelukannya secara perlahan. Jari-jari tangannya menghapus air mata Ro Ha dengan penuh kehangatan lalu mengakhirinya dengan senyuman manis yang ia miliki.
![](https://img.wattpad.com/cover/219205812-288-k39819.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMIT
RomanceIm Ro Ha, seorang wanita dengan segala kekayaannya yang membuatnya mudah melakukan apa yang dia inginkan. Tapi apa daya, jika dia harus tanpa hartanya dalam jangka waktu dua hari, tiga hari atau mungkin lebih. Awalnya memang terasa sulit, tetapi pa...