INTRODUCTION
AIDEN
"Crystal Princessa Leonidas, let's get married."
Crystal menoleh, menatap Aiden yang sedang menggenggam dan menatapnya hangat. Aiden begitu tinggi, terlihat kuat dan tak terkalahkan dalam balutan setelan jas yang dirancang khusus oleh desainer ternama. Tampan tidak cukup untuk menggambarkan Aiden. Rambut hitam pendek berkilau yang membingkai wajah Aiden, kontras dengan kulitnya yang pucat. Didukung struktur tulang wajah yang indah; bibir tegas, rahang kokoh, dan hidung mancung. Seakan lelaki itu adalah pahatan yang diukir para ahli tanpa cela.
Crystal belum sanggup mencerna, apalagi menjawab kalimat Aiden. Dia mengalihkan pandangan dari sudut matanya, merasakan bagaimana orang-orang di sekitar mereka melirik kagum lelaki berusia dua puluh sembilan ini. Aiden berhasil menarik semua perhatian orang lain, termasuk dirinya.
Lelaki ini pusat dunianya, miliknya.
Aiden Dovie Lucero adalah milik Crystal Princessa Leonidas. Mereka layaknya Adam dan Eve, Romeo dan Juliet. Mereka diciptakan untuk menjadi pasangan jiwa. Tidak ada tempat untuk orang lain.
"Crys...."
"A—apa?" Crystal bergerak mundur, hingga sikunya membentur pagar kapal. Panik makin menjalari tubuhnya ketika Aiden bersimpuh, lalu mengulurkan tangan dengan sebuah kotak beludru hitam terbuka dan menampakkan sepasang cincin berlian cantik.
"I want you to marry me," ulang Aiden dengan suara lebih rendah, lebih bertekad, penuh penekanan yang arogan. Membuat seluruh syaraf dan tulang di tubuh Crystal bergetar. Debar jantung Crystal berpacu, bibirnya terbuka untuk menarik napas lebih banyak.
Crystal tidak tahu apa yang tengah dia rasakan. Terkejut. Senang. Atau ... ragu? Anehnya, tidak ada bahagia. Padahal, Aiden Lucero, Prince Charming yang sangat mencintainya melamarnya. Mereka saling mencintai. Tapi, kenapa ia merasakan keraguan? Kenapa tiba-tiba saja ... ia ketakutan? Aiden Lucero, si pangeran es yang hanya hangat padanya. Hanya padanya.
"Crys...." Panggilan Aiden membuat Crystal keluar dari pikirannya sendiri.
Dia tidak boleh ragu. Yang berlutut di depannya Aiden!
Crystal menggigit bibirnya sebelum tersenyum dan menjawab, "Tentu saja aku mau. Kau membuatku terkejut, Eden."
"Jadi, jawabannya iya?"
"Ya. Ya. Ya. Hanya Iya. Apa jawabanku masih kurang, Mr. Lucero?"
Aiden tersenyum tidak lebih lama dari sebuah detak jantung, lalu berdiri dengan anggun dan meraih tangan Crystal. Mengunci tatapan Crystal, seolah menegaskan mulai detik ini ia tidak diizinkan melihat hal lain selain Aiden dan masa depan mereka.
*****
XANDER
"Jadi, Crystal Leonidas akhirnya datang?" Seluruh isi ruangan itu terdiam mematung, menyaksikan. Sementara Xander William mengangkat dagu Crystal dengan jemarinya yang dingin.
Mata Crystal bertatapan dengan mata Xander. Lelaki itu berdiri di depannya, begitu tinggi dan kuat. Tanpa pendar mata hangat. Tanpa cengirannya yang khas. Tanpa tatapan mengejeknya. Yang ada hanyalah sosok ketua Tygerwell-lelaki kejam, tidak tersentuh dan berbahaya. Tatapan Xander terasa sedingin es, sementara balutan setelan jas hitam elegan yang menggantikan jeans dan jaket denimnya, membuatnya seakan menelan cahaya.
Tidak ada tanda-tanda dia adalah lelaki yang menaiki truk karatan dengannya, tertawa bersamanya di atas rerumputan, atau yang melemparkan ejekan untuk ukiran nama di plat mobilnya.Semuanya lenyap. Hanya tersisa ketampanannya yang nyata, dalam balutan mimpi buruk. Auranya menakuti Crystal seperti seharusnya.
Menakuti semua orang di markas ini.
"Wah, wah. Aku tersanjung." Dengan masih menyentuh dagu Crystal, Xander memiringkan kepala dengan ganas-tersenyum samar dengan kilat di matanya. Semua bisa melihat bagaimana tatapannya itu tampak menginginkan Crystal. Bibir Xander melengkung ke atas. "You know ... when you decided to enter my world. You will have no way back, Princess," ucapnya serak.
Darah Cystal berdesir merasakan pengaruh Xander padanya. Sengatan begitu kulit mereka bersentuhan. Crystal tahu ini tidak benar, tapi ia juga tahu-ia tidak bisa menghindar.
"Suivez-moi, je vais vous y conduire." Xander bergumam dengan aksen Perancis yang kental, terdengar seksi. Kemudian, ia mulai menggandeng tangan Crystal, menuntunnya melewati pintu kayu hitam raksasa-terus menuju kursi kebesarannya yang terletak di meja rapat panjang.
Xander duduk, tersenyum samar memandangi tiap ruang pertemuan ini-markasnya-beserta semua orang-orang yang tidak akan bisa berkutik di bawah kuasanya.
Dengan satu tarikan di pinggang, Crystal terduduk di pangkuan Xander. Menjadi mainannya. Crystal terbelalak, nyaris memekik ketika jemari dingin Xander menyusuri belahan pahanya lewat belahan gaunnya yang panjang. Terus naik. Lalu, jemarinya mengelus pelan di sana.
Sialan. Rencananya memang seperti ini, tapi tidak sampai seperti ini.
"Duduklah. Mulai rapatnya." Xander berkata malas pada orang-orangnya yang masih berdiri kaku, menunggu perintah selanjutnya. "Aku ingin melakukannya dengan dia di pangkuanku." Xander berbisik, tapi Crystal tahu mereka semua bisa mendengarnya.
Mengalihkan pandangan, Crystal melihat orang-orang bersetelan itu menunduk hormat, lalu melakukan perintah Xander dengan sigap. Crystal berusaha keras tersenyum, memasang topeng sebaik yang dia bisa. Jantung Crystal berdegup keras ketika dia berkata manja, "apa kehadiranku tidak mengganggu kalian?"
"Tidak akan mengganggu." Napas Xander membelai telinganya. Crystal tidak tahu, apa itu alasan yang membuatnya meremang, atau tangan Xander yang semakin menaiki pahanya yang menjadi penyebabnya. Atau ... malah keduanya. "Kau sangat cantik. Semua lelaki di sini pasti ingin melihatmu, mengecap bibir manismu. Tapi, mereka pasti tahu-apa sangsinya jika berani melakukan itu," ucap Xander dingin, penuh bujuk rayu, juga peringatan keras.
Semua orang makin menunduk, membuat Crystal menyunggingkan senyum mengejek.
Namun, begitu Xander mengeluskan jemarinya ke balik lutut Crystal, napas Crystal tersekat. Sentuhan Xander menyentak tiap saraf Crystal, membuat tubuhnya goyah dan menegang. Terlebih ketika ia bisa mencium bau tubuh Xander; campuran antara bau kayu-kayuan yang menyenangkan. Seksi dan jantan.
Sial. Ini tidak benar.
Crystal benar-benar merasa menjadi jalang ketika tubuhnya malah bereaksi, mendekat lebih jauh, bahkan makin merapat begitu gigi Xander mulai menggigit telinganya pelan. Lalu, hidung Xander mulai menyentuh leher Crystal, diikuti bibirnya-sementara seorang bawahan Xander mulai membuka rapat. Rasa panas mulai memenuhi wajah Crystal ... darahnya.
Crystal mendongak, mencoba melihat raut Xander, untuk menemukan kedutan samar di ujung bibir lelaki itu.
Xander sialan. Terkutuklah dia.
Crystal tahu Xander menyadari perubahannya. Menganggap itu permainan. Tapi Crystal yakin Xander tidak tahu betapa Crystal merasa dikutuk. Ini kesalahan. ia tidak ada ubahnya dengan jalang. Pernikahannya dan Aiden hanya tinggal tiga hari lagi, tidak seharusnya ia malah ada di atas pangkuan Xander William.
_________________________________
©2020 | Falling for the BEAST
Written by : DAASA97
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLING for The BEAST
RomanceCrystal Leonidas yang akan segera menikah dengan Aiden Lucero; kekasihnya yang sempurna, mendadak meragukan keputusannya karena pertemuan dengan Xander William. *** Crystal Princessa Leonidas sudah menjalin hubungan kekasih dengan Aiden Lucero; pemi...
Wattpad Original
Ada 9 bab gratis lagi