14. Melewati Sendu

10 0 0
                                    

Dan pada saat itulah babak tersenduku dalam hal jatuh cinta padanya. Pengumuman kulusan sudah di umumkan. Ya... Saatnya aku meninggalkan SMA. Dan saat dimana aku tak akan berjumpa dengan Rai, bisa saja aku berjumpa dengannya jika semesta mengizinkan. Namun hingga kini semesta belum mengizinkan.

Tak mudah memang untuk melupakannya. Setiap hari mengkhayal dia mengirimiku pesan, berharap aku berjumpa dengannya, berharap terus menerus sampai aku benar-benar tak bisa melepaskan bayangannya.

Aku tak tahu apa yang ada dipikirannya tentangku jika tahu bahwa setiap hari pada saat itu aku memikirkannya, mungkin dia berpikir aku ini bodoh telah mengharapkan seseorang yang memang tidak pernah mengharapkan aku sekalipun, tapi mungkin hal itu benar.

Kini aku sudah kuliah di Universitas Negeri tingkat tiga, kesibukan kuliah yang aku lalui selalu ditemani bayangannya, hari-hari menjadi sering sendu, rindu rasanya candu, rintik hujan selalu menarikku kemasa saat pertama kali aku bertemu dengan Rai.

Mau sampai kapan aku selalu memikirkannya, mengharapkannya?! Aish... Rasanya cukup empat tahun perasaan ini aku rawat. Kini tidak.  Sungguh menyiksa.

Semakin beranjak dewasa aku sadar ada beberapa hal yang lebih penting untuk aku pikirkan, memikirkan orang yang tidak pernah sama sekali membuatmu tumbuh adalah hal sia-sia. Melupakan bukanlah cara tepat untuk melepaskan perasaan ini, dengan ikhlas dan pasrah lambat laun pasti bisa.

***

Melewati SenduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang