O8. Jiwa Rapuh dan Bebas

2K 338 166
                                    

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

JAM makan siang tak pernah bercanda urusan ramai dan padat.

Terutama foodcourt di lantai dasar salah satu gedung kantor bergengsi yang tak pernah absen dipenuhi karyawan saat waktu istirahat. Lihat saja antrean yang begitu panjang bahkan sampai mengular, Joanda Semesta bersama rekan satu divisi bernama Junior Adirama menatap ngeri situasi yang jauh dari kondusif dan aman sentosa.

Rasanya terlalu membuang waktu apabila memaksa makan dengan kemungkinan mengantre bisa habiskan setengah waktu break. Sehingga gelengan kepala Anda terpaksa Junior iyakan dengan jalan mencari tempat lain yang lebih sepi. Kali ini mereka ada di lantai 1 yang mana beberapa resto mahal melambai-lambai, sebetulnya Anda tidak masalah jika harus makan siang di sana, namun bagi Junior yang pasca gajian habiskan sisa harta dengan bayar cicilan, tidak ada jatah untuk berhedon ria.

Prinsip saat ini; bagaimanapun caranya Junior harus mencoba hidup prihatin. Bahkan jika ada penjual yang di menu hanya menjajakan nasi dan garam pun tidak masalah. Sebisa mungkin Junior yang pernah menjadi orang kaya ketika gajian menyapa akan menjaga segenap jiwa-raga sisa uang cash di dompetnya. Jika nominal seratus ribu rupiah bisa dipakai untuk 3 hari ke depan, kenapa harus melakukan pemborosan? Logikanya begitu, bukan?

“Mau makan di mana, Jun? Jujur gue gak sreg sama menu yang ada di sini. Tapi di bawah rame banget.”

“Warung nasi padang gang senggol aja deh yuk. Dompet gue menjerit nih liat harga menunya.”

“Belum juga tanggal tua udah kering aja.”

“Namanye juga hidup, Nda. Lo sih enak ada bisnis sampingan. Aslinya gue nyesel banget pas awal kerja ambil banyak tawaran cicilan, pas di tengah jalan gini malah bengek. Takut kagak kebayar.”

“Gak mungkin lah, lo kan selalu punya visi dan misi ke depan. Bagus lo udah mikir dari sekarang nyicil rumah buat nikah, jangan kayak gue masih numpang sama sodara.”

Junior terkekeh melihat Anda yang juga tertawa. “Ya udahlah, intinya lo dan gue sama aja nasibnya. Cuma beda di cara bertahan menghadapi kenyataan aja.”

“Apa tuh bedanya?”

“Tentu saja seorang Joanda Semesta mending hidup sederhana asal kagak berhutang, sedangkan gue gengsi doang digedein tapi hutang tercecer di mana-mana. Udah ah, bentar lagi jam break abis, gak papa kan makan di warnaspad gangseng?”

“Gak papa lah, udah lama gue gak nyicip rendang. Gila kangen banget.”

“Cus mariiiii, kita jadi Uda-uda siang hari ini.”

Akhirnya dua jejaka tampan dengan setelan rapi khas orang kantoran ini memutuskan keluar gedung untuk berburu makanan yang ramah pengeluaran. Sebenarnya tidak perlu bingung jika ingin hidup sederhana dan super hemat. Solusinya bisa dengan berkeliling sekitaran kantor sebab ada banyak pilihan kedai pinggir jalan dan pedagang kaki lima yang menjajakan menu murah mengenyangkan.

[✔] Celah PeronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang