22. Mengapa Harus Kita?

1.6K 279 207
                                    

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

EMPAT bulan berlalu, hidup Gatra jauh lebih baik daripada hari-hari sebelumnya yang jelas kelabu.

Berbekal move on seadanya, Gatra putuskan untuk tidak lagi menjadi pribadi yang masih terjebak dalam dilema. Toh, di satu sisi, hubungan Anda dan Arutala semakin mesra. Di sisi lain, Gatra memang harus perbaiki hidupnya. Sebab jika dipikir-pikir lagi, apa yang dikatakan Arutala dulu benar adanya. Jika semua orang memiliki masalah masing-masing. Bagaimana kita sebagai pribadi memilih jalan tanpa sesal adalah upaya agar bisa menjadikan hidup jauh lebih bernilai.

Gatra hanya tidak mau larut dalam kegalauan. Sehingga mencoba berdamai meski harus pelan-pelan menerima kenyataan. Ternyata, sisi positif yang didapatkan dari memilih fokus kuliah bisa memberikan kesibukan. Setidaknya ada distraksi dan manfaat daripada langsung pulang ke rumah. Apalagi sesampainya di kamar malah bingung hendak mengisi waktu luang, ujung-ujungnya Gatra berakhir gloomy dengan dibebani seabreg pikiran.

Ajaibnya, untuk mengatasi kekhawatiran tersebut dia sampai nekat melakukan kegiatan organisasi di luar jam kampus. Lebih ke mendalami minat dan hobi dalam dunia fotografi. Ternyata, setelah bergabung selama tiga bulan, hidup Gatra pun tidak terlalu suram.

Mommy Yuriana ikut senang melihat perubahan si anak semata wayang sampai memberikan reward berupa perpanjangan SIM agar Gatra tidak terus menerus menaiki kereta. Karena disadari atau tidak, mengandalkan transportasi umum untuk pulang-pergi terasa berbeda sekarang. Gatra tidak lagi merasa nyaman, bahkan mungkin jadi semakin malas karena selain dipadati oleh penumpang, tenaga pun menjadi terkuras. Secara, dia harus melewati banyak stasiun yang jaraknya berjauhan.

Tapi barangkali, kebenaran yang dipendam setengah mati sebetulnya karena dalam empat bulan itu sudah tidak pernah lagi bersinggungan dengan Arutala. Entah menghubungi via sosial media atau bertemu di Stasiun Pondok Ranji dan Stasiun Palmerah yang menjadi saksi kedekatan mereka. Seolah terlupakan sebagaimana waktu yang bergerak maju. Tanpa pandang bulu akan hati siapa yang harus dihargai, Gatra sudah bulat memutuskan untuk tidak lagi menyulitkan diri sendiri dalam perasaan rumit yang hanya menguras energi.

Karena dia percaya, tidak ada habisnya apabila masih terjebak dalam satu nama. Lentera Arutala sudah memiliki kehidupan dan orang yang jelas dia cinta. Begitupun Gatra yang masih setia menjadi bucin seorang Sembagi Grahita yang kini ada dalam dekapannya.

Hampir satu jam keduanya bergumul di kamar, berbagi desah maupun peluh sampai tubuh tumbang di ranjang. Gatra yang rebah sedangkan kekasih gembulnya memeluk dari atas menjelaskan jika permainan dewasa begitu penuh hasrat.

Lain di hati Gatra yang akhir-akhir ini berubah, lain pula di pikiran Grahita yang menganggap kekasihnya masihlah sama. Kesibukan keduanya ternyata memengaruhi hubungan yang hampir beranjak tiga tahun menjadi semakin hambar. Sewaktu dulu mungkin mereka masih bisa habiskan 24 jam. Entah bertemu, video call, atau chattingan. Sekarang untuk bisa habiskan waktu di kamar Grahita saja adalah hal yang sangat jarang.

[✔] Celah PeronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang