Menuntut Balas

25 7 1
                                    

       Hari ini seharusnya aku pulang jam 5 sore seperti biasanya, tapi karena atasanku menyuruhku untuk lembur di kantor hari ini juga, apa boleh buat?. Melewatkan malam ini di kantor sendirian.

       "Saat yang lain pulang ke rumah untuk istirahat, kenapa hanya aku yang di suruh lembur? Ini tidak adil!" Gerutuku sambil berjalan menuju lift.

       Tadinya aku sudah hendak pulang, bahkan aku sudah sampai di parkiran kantor. Kemudian handphone-ku bergetar, aku lalu membaca pesan dari atasanku menyuruhku untuk lembur hari ini.

       Ya memang akhir-akhir ini banyak pekerjaanku di kantor yang belum selesai, karena aku punya masalah yang selalu menganggu pikiranku akhir-akhir ini.

       Aku lantas langsung menuju lantai 3 tempat aku biasa bekerja. Saat itu langit masih terang dan masih ada beberapa teman kantorku yang belum pulang.

       "Eh kok balik lagi sih?" Tanya Linda, teman kantorku.

       "Iya nih, gak tau si pak Putra nyuruh aku lembur." Jawabku.

       "Eh bukannya nggak ada jadwal lembur hari ini?" Tanyanya lagi.

        "Memang nggak ada, tapi kata pak Putra banyak pekerjaanku yang masih belum selesai, besok sudah harus di serahkan." Jawabku lagi.

       "Oh gitu, yaudah sabar ya. Dia emang jadi agak gimana gitu, setelah kejadian Iren." Katanya dengan sedikit berbisik.

       Aku yang mendengar perkataan itu langsung melihatnya dengan tatapan agak tajam.

        "Hus .. Lin, jangan di bahas lagi itu. Yaudah aku mau kerjain ini dulu biar cepet pulang." Kataku sedikit pelan.

        "Iya maaf, yaudah aku duluan" Jawabnya dengan singkat, lalu segera pergi.

       Iren dia adalah sekretaris di kantor ini, banyak yang bilang dia punya hubungan khusus dengan atasan kami, pak Putra. Tapi sayang dia sudah tiada dan dia mati dengan cara yang menggemparkan seluruh pekerja kantor dengan loncat dari lantai 3 kantor.

       Setelah beberapa waktu berlalu, satu persatu teman-teman kantorku mulai pulang dan hanya menyisakan aku seorang diri. Malam pun datang.

       Awalanya aku mengerjakan pekerjaanku dengan lancar tanpa ada kendala sedikitpun, tapi di tengah- tengah mengerjakan aku merasa lelah. Aku memutuskan untuk istirahat sebentar sambil memejamkan mata di tengah ruang kantorku yang gelap ini.

       Di tengah istirahat aku mendengar seperti ada suara bisikan yang tidak jelas berasal dari mana, aku terbangun dengan terkejut dan memperhatikan sekelilingku dengan tatapan tajam.

       "Hei siapa itu? Jangan main-main denganku!" Teriakku untuk menutupi rasa takutku.

        Tapi sepertinya memang tidak ada siapa-siapa di sini, selain aku. Aku yang tadinya biasa saja, tViba-tiba merinding dengan sendirinya.

        Tepat di seberangku, kulihat  perempuan sedang berjalan menuju jendela kaca besar dan berhenti di situ. Tidak jelas siapa itu, tapi aku yakin itu pasti arwah Iren yang loncat dari situ.
gtv
        Tanpa pikir panjang aku segera membereskan pekerjaanku dan segera pergi karena takut. Belum selesai aku berkemas, ada yang menepuk pundakku dengan keras.

        Aku segera membalikkan badanku dan langsung bertatapan dengan wajah iren yang rusak karena jatuh dari lantai 3 dengan posisi kepala dibawah.
Aku berteriak sejadi-jadinya dan langsung lari menuju lift untuk turun.

       "Hah ayo cepet." Kataku sambil menekan tombol lift.

        Begitu pintu lift terbuka aku langsung masuk dan segera menekan tombol untuk menutup pintu lift.

       Setelah pintu lift tertutup, handphone-ku berbunyi panggilan masuk dari pak Putra.

        "Halo pak?" Sapaku lewat handphone.

        "Kamu mau kemana?" Jawabnya dengan singkat.

         Belum sempat aku menjawab, pintu lift terbuka dan aku melihat pak Putra berdiri didepan lift sambil membawa balok kayu. Pak Putra memukulku dengan balik kayu itu tepat di kepala dan membuatku pingsan.

        Aku terbangun di lantai 3, tepat di jendela kaca besar di mana aku melihat arwah Iren tadi, bedanya kaca itu sudah pecah. Dan di depanku ada pak Putra.

       "Bagaimana sakit?" Tanyanya dengan tertawa.

       "Tapi lebih sakit, karena kamu yang membunuh Iren." Lanjutnya.

       "Bagaimana bapak tau?" Tanyaku sambil perlahan berdiri.

       "Iren sendiri yang bilang! Kamu mungkin bisa menipu polisi tapi tidak denganku." Teriaknya.

       "Ini untuk Iren!!!" Teriaknya lagi sambil memukulku dengan balok kayu.

       Aku yang dipukulnya mundur dan terjatuh dari jendela kaca besar di lantai 3, tempat di mana malam itu aku mendorong Iren karena aku ketahuan menggunakan uang kantor untuk kebutuhan pribadiku.

       Aku jatuh dengan keadaan kepala mendarat dulu ke tanah. Aku mati seketika.
     

        

      

MerindingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang