Belasan tahun yang lalu, Kei merasa hidupnya sempurna. Meskipun dia harus berjuang untuk tetap bernafas tapi di masa itu kebahagiaan begitu terasa utuh. Hingga di suatu ketika kesempurnaan itu menjadi hancur bak kaca yang pecah berantakan. Membuat hidupnya berubah drastis. Membuat hatinya seringkali berontak pada logika. Bahkan, sederas apapun air mata tidak akan pernah bisa menjelaskan patah yang mendalam. Sekarang, hanya berdamai dengan waktulah yang dapat mengobatinya.
"Kei, kenapa?" Tanya seorang wanita berparas cantik dengan mata sipit khas Negeri Sakura.
"Eh... Yara? Sejak kapan kamu di sini?"
"Sejak kamu diam dengan lamunanmu. Kenapa?"
"Ah, gak apa-apa."
"Are you ok?"
Kei hanya mengangguk dan tersenyum sebagai jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan Yara.
"Really?"
"I think... I will be fine, Ra."
"Tapi kalau mau cerita, kamu bilang aja ya! Aku siap menjadi pendengar setiamu."
"Makasih, Ra."Kei segera beranjak dari tempat duduknya. Angin sore menyapanya penuh kedamaian. Semburat senja pun telah menyeruak dibatas cakrawala.
"Ah, iya aku lupa."
"Kenapa, Ra?"
"Sekarang tuh ada les piano. Aku harus segera pergi."
"Ya udah kamu pergi aja. Ntar terlambat loh."
"Gak apa-apa kamu ditinggal sendiri?"
"Iya. Gak apa-apa ko."
"Serius? Maaf, Kei."
"Serius, Yara. Cepat sana! Nanti terlambat."
"Oke, thanks."
Kei hanya tersenyum dan melambaikan tangan kearahnya. Yara berlari menuju mobilnya. Dalam hitungan detik, ia tenggelam di ujung jalan.Kei melangkah untuk pulang. Sepanjang perjalanan pikirannya masih tak tentu arah. Terlalu banyak hal yang tiba-tiba datang begitu saja. Kali ini, pikirannya benar-benar terasa penuh. Rasanya ingin pecah. Memori lama itu membuatnya kembali kacau. Merambat dengan begitu cepat. Mungkin, hampir sama dengan kecepatan cahaya.
Teeeeettttttttttt.............
Suara klakson menyadarkannya. Hampir saja Kei tertabrak mobil. Dia tidak sadar sejak kapan dia berada dijalur yang salah.
"Sumimasen." Ucap Kei, meminta maaf atas kecerobohannya.
Untung saja, si pengendara tidak marah. Ia hanya meminta Kei untuk lebih berhati-hati.Kei menatap langit yang mulai berubah warna, ia berusaha memandang dari sudut lain. Ternyata, memori lama tak selalu menyakitkan. Ada bagian kecil kebahagiaan di sana. Kei kembali tersenyum dan melangkah penuh semangat.
"Semua akan lekas membaik." Ucapnya dalam hati.
![](https://img.wattpad.com/cover/222107081-288-k666483.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakura Terakhir
General FictionWaktu membawa pemiliknya kepada hal-hal tak terduga. Membuatnya terpana bahkan tertatih. Begitupun perihal juang. Selalu ada air mata yang tak pernah terlewat. Selalu ada luka yang seringkali menganga. Bahkan ada pula tawa yang mengikis sepi. Semua...