Seperti yang telah Bella janjikan tadi, Bella pun menepati janjinya tersebut. Dan disinilah mereka. Dikamar serba merah muda yang hampir mendominasi diseluruh sudut itu, siapa lagi pemiliknya kalau bukan Ziva.
"Anjir lo Zi, sakit perut gue jadinya" ucap Bella, sambil menahan perutnya, tanda kesakitan.
Sedari tadi Ia hanya tertawa mendegar cerita Ziva tentang Bu Can. Sesekali Ziva mempraktekan gaya bicara Bu Can, bagaimana Bu Can memperkenalkan dirinya, sampai kakak kelas yang memanggilnya Bu Watik itu.
"Halah lu, receh amat. Jadi gimana tadi, dapet jurusan apa?" tanya Ziva.
"Nah ini nih, gue excited banget kalo ngebahas ini. Gue masuk kelas IPA 2 tau ngga!"
"Lah, berarti sebelahan dong kita?"
"Iya lah bego, masa atas bawahan"
"Nggak nyangka banget sumpah! Padahal nih ya pas test waktu itu. Gue jawab asal-asalan. Manusia, hewan, dan tumbuhan termasuk makhluk apa aja gue jawab makhluk halus. Kan jauh banget. Ter-" kalimat Bella terpotong ketika tawa Ziva menggelegar diseluruh ruangan.
"Kocak banget jawaban lo, tololnya murni. Haha" tutur Ziva dengan tawa khasnya.
"Ih itu sengaja Zi. Kan nggak mau masuk IPA."
"Terus nih ya mau tau nggak gue duduk sama siapa? sama laki-laki anjir! Asli canggung banget. Tapi dianya keliatan biasa aja sih. Dia punya dua sahabat. Sahabatnya duduk dibelakang bangku kita. Kalo liat dari mukanya sahabat dia yang satu itu keliatannya fakboi. Yang satunya lagi muka salju, dingin. Tapi gue heran, karna pas ngomong sama gue waktu itu dia nggak dingin. Malah kaya humble banget. Lain hal pas ngeladenin yang ada dikelas, dingin! Ketus lagi. Ya, kecuali sama dua sahabatnya itu dan mungkin---gue?" cerita Bella panjang lebar, sedikit meragukan kalimat guenya itu.
"Suka sama lo kali dia. Emang namanya siapa?" tanya Ziva.
"Ngarang! Nggak mungkin lah Zeevanya" seru Bella meyakini Ziva bahwa itu tidak mungkin.
"Keliatan lagi nih dari raut wajahnya itu kaya ada sesuatu yang tersirat. Nggak tau deh gue apa, susah ditebak. Yang duduk sama gue itu namanya Arvin, satu lagi Daffa yang kaya fakboi. Terus si antartika itu namanya Lano, eh bukan. Jano apa ya, anjir lupa." Bella berfikir sejenak untuk mengingat. "Oh iya Fano! Iya-iya bener, Fano"
Tak lama Bella menyebut nama Fano, tiba-tiba kedua ponsel gadis itu berdering. Setelah Ziva cek ternyata ada seseorang yang telah menambahkannya disebuah grup whatsapp?
Mata Ziva seketika membesar saat melihat banyak sekali pesan yang belum dibaca, ada sekitar 745 pesan.
"+628643788778*** telah membuat grup SMA Levanter Akt 43"
"Keshana Putri telah menambahkan Anda"
+62883809383*** : "holla pren pren ku yang baru"
+64376279218*** : "eh apasi lu bacot amat"
+62823834874*** : "save no gue ya gais jangan lupa loh"
+62897658451*** : "iya save no gue juga ya gais gosah sombong sombong amat, amat aja ngga sombong ehe"
+6285643789*** : "grup apaan dah ini, gapenting amat"
Dan banyak pesan lainnya yang belum Ziva baca, gadis itu tak kuasa. Ternyata Bella pun sama telah dimasukkan ke grup tersebut, oleh Arvin.
"Zi lo dimasukin juga?" ujar Bella sambil memegang ponselnya.
"Iya nih, pengen keluar aja. Nggak jelas banget grupnya" ujar Ziva sambil me-scroll grup tersebut, namun tak ia baca.
"Aelah jangan lah. Mana tau karna adanya grup itu kita bisa akrab kan, sesama angkatan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Belated Love
Teen FictionTuhan menciptakan dua keping hati dan dua buah tulang rusuk untuk disatukan. Tetapi, ketika seseorang menerbangkan kita begitu tinggi lalu berujung pada keretakan karena dihempas. Apakah semua itu dapat kita peroleh? Apa kita seberuntung itu? Tidak...