Ada Apa?

71 36 36
                                    

Happy Reading.

Theia menatap lekat ke arah Afnan yang juga menatapnya dengan wajah memohon. Ia merasa tidak asing dengan mimik, dan juga tatapan teduh Afnan. Sejenak ia meragu untuk melanjutkan langkahnya, tapi disisi lain ia juga merasa risih dengan kehadiran Afnan. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Karena dua sisi hatinya menyuarakan dua hal yang bertolak belakang.

Theia merasakan pergerakan tubuhnya yang seolah ditarik oleh magnet untuk tetap tinggal. Ia melirik ke arah lain untuk mengatur pergerakannya. Sungguh Theia membenci dirinya yang kini menjadi penurut di depan Afnan.

Cowok berusia kurang lebih 22 Tahun itu tersenyum senang karena Theia akhirnya kembali duduk.

Waitress kembali datang dengan membawa nampan berisikan dua minuman yang berwarna senada dengan minuman Theia tadi. Pelayan itu meletakkan satu minuman untuk Afnan dan satunya lagi untuk Theia.

"Saya nggak pesen lagi loh mba," ucap Theia protes pada pelayan itu.

"Saya yang pesan Te." Deg. Theia merasakan hatinya berdebar ketika mendengar Afnan memanggilnya dengan panggilan Te. Tapi seketika itu juga ia membenci panggilan itu karena diucapkan oleh seorang Afnan.

Theia bingung dengan kondisi batinnya yang selalu berubah setiap kali melihat Afnan.

Ada apa?
Mengapa?

"Lo siapa sih sebenarnya?" Theia akhirnya tak bisa mengehentikan mulutnya untuk tidak bertanya.

Afnan hanya tersenyum tipis menyimak kalimat tanya Theia yang terdengar menyudutkannya.

Afnan menyeruput minumannya sebelum berniat menjawab pertanyaan Theia barusan.
Setelah itu Afnan kembali membalas tatapan Theia, dengan tatapan yang sulit di artikan. Seolah memberi pengertian lewat tatapan itu.

"Saya Afnan lengkapnya Afnan Faid. Anak bungsu dari dua bersaudara, sekarang berpisah dengan keluarga karena pekerjaan saya. Satu lagi saya anak yatim. Dan saya sedang jomblo," Afnan menjawab persis seperti jawaban yang ada di novel roman, ia bersukur karena sempat membaca novel itu kemarin.

Theia mencebik mendengar penjasan panjang lebar dari Afnan yang sebetulnya tidak menjawab rasa penasaraan Theia pada dirinya.

Melihat rekasi dari lawan bicara yang seolah tak perduli dengan dirinya, Afnan hanya terseyum dan kembali menyeruput minumannya.

"Silahkan diminum Te." Tangan Afnan menunjuk kearah minuman yang ada didepan Theia.

Tanpa pikir panjang Theia langsung menyeruput minuman yang Afnan tawarkan. Ia sangat ingin cepat pergi dari sana. Ia benci Afnan. Ia tidak mau melihat Afnan.

"Boleh minta nomor handphone kamu?" tanya Afnan setelah melihat Theia hanya diam saja.

"Nggak," sahut Theia dengan cepat tanpa menoleh kearah Afnan.

"Tidak apa-apa. Nanti saya bisa cari sendiri," kata Afnan dengan entengnya.

Theia melihat dengan seksama makhluk ciptaan Tuhan yang satu ini. Theia sampai kebingungan harus menjawab apa pada saat itu.

"Gue mau pulang. Makasih buat minumannya. Dan jangan muncul lagi dihadapan gue." Theia beranjak dari tempat duduknya dengan memberi perintah kepada Afnan. Afnan hanya tersenyum tanpa niat menjawab perkataan Theia tadi. Mata Afnan menatap lekat pada setiap langkah kaki Theia yang pergi meninggalkannya sendiri. Hingga Theia benar-benar hilang dari pandangannya.

Theia berjalan dengan kesal melintasi trotoar dan jalanan yang masih ramai. Ia sungguh tak mengerti dirinya yang sangat sensitif bila berhadapan dengan Afnan.

Hatimu,Rumahku (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang