Mawar Hitam

12 5 6
                                    

Happy Reading.

Keesokan harinya.

"Minggir ngapa?" bentak Azura pada adik kelasnya yang bergerombolan memenuhi koridor hingga dia kesulitan melanjutkan langkahnya. Pagi ini Azura berangkat cukup awal untuk menghindari macet, namun ketika sampai di sekolah dia malah bertemu dengan geng cabe-cabean yang menjadi most wanted di sekolah ini. Azura sebenarnya tidak perduli dengan mereka, namun jika berani mencari masalah dengannya dia juga tidak akan tinggal diam. Azura tipikal orang yang tidak akan mengganggu jika tidak diganggu.

Mereka memandang kearah Azura dengan berbagai ekspresi, ada yang ketakutan, ada yang cuek bebek, ada juga yang terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya pada Azura. Namun semua itu tidak diperdulikan oleh Azura. Gadis manis sahabat sedari kecil Theia ini melayangkan mata elangnya yang siap menerkam siapa saja yang membangkang.

"Kenapa lo, nggak suka sama gue?" tantang Azura pada gadis berbadan semok dengan seragam pasbody serta rok abu-abu pendek yang menggantung ditengah paha mulusnya. Dia Amoora anak kelas X Mipa sekaligus most wanted serta ketua geng cabe-cabean itu.

Amoora tersenyum meremehkan. Kancing bajunya yang terbuka pada bagian dada itu membuat Azura ingin mencabik-cabik isi didalamnya.

"Maaf kak," ucapnya. Dia menyungginggkan senyum yang dibuat-buat sambil memberi instruksi kepada teman-teman satu gengnya untuk memberi jalan.

Azura pun berlalu meninggalkan geng cabe-cabean yang kini mulai berbisik membicarakan tentang dirinya. Memang mereka tidak berani melawan kakak kelasnya apa lagi jika kakak kelas itu seperti Azura gadis manis yang cukup populer karena kehebatannya dalam bermain Volly. Agaknya mereka masih memiliki etika dan tatakrama terhadap orang yang lebih tua dari mereka.

Azura berjalan menuju ruang pembina olahraga, dia ingin bertemu dengan seseorang. Ada sesuatu yang harus mereka bicarakan.

###

Theia berangkat ke sekolah bersama mamanya. Hal ini sebenarnya ditolak oleh Theia karena dia sudah terbiasa berangkat dan pulang sekolah selalu menggunakan bus. Namun Bu Maya bersikukuh ingin mengantar karena dia masih mengkhawatirkan keadaan Theia. Mobil mewah milik Bu Maya berhenti didepan sebuah sekolah swasta yang tergolong elit. Bu Maya tersenyum singkat pada Theia yang kini sedang melepaskan sabuk pengamannya.

"Hati-hati ya Te. Nanti kalau pulang sekolah telepon mama aja ya, biar mama jemput," ucap Bu Maya memulai percakapan.

"Nggak usah jemput, Ma. Aku pulang sendiri. Lagian hape aku hilang," sahut Theia saraya menyalami Bu Maya.

"Kok bisa hilang sih Te," cerca Bu Maya. Ekspresi Bu Maya menunjukkan keheranan.

"Kayaknya jatoh waktu aku dijalan kemarin, Ma," Theia menebak-nebak jawabannya.

"Ya ampun. Ya sudah nanti sore kita beli ponsel baru ya." Bu Maya mengelus pundak Theia.

Theia hanya menggangguk sambil bersiap-siap keluar dari dalam mobil.

"Aku masuk dulu, Ma." Theia mengendong tas sekolahnya dan membuka pintu mobil.

"Iya, hati-hati ya," ucap Bu Maya lagi sebelum Theia menutup pintu kembali pintu mobilnya.

Theia tersenyum singkat seraya menaikkan tangan kanannya pada Bu Maya. Jari telunjuk dan induk jarinya ia bulatkan sementara tiga sisanya dia biarkan berdiri tegak. Lalu Theia menutup pintu mobil dan berjalan menuju gedung sekolahnya yang sudah mulai ramai.

Theia sudah tak sefrustasi semalam. Dia mulai bisa mengontrol emosinya pagi ini. Jika tadi malam dia uring-uringan memikirkan ponselnya yang hilang. Pagi ini dia sudah cukup tenang apalagi setelah mendengar perkataan Bu Maya yang akan membelikannya ponsel baru. Theia melangkah dengan khasnya memasuki area sekolah, dalam perjalanannya dia sering mendengar adik-adik kelas menyapanya dengan sopan. Theia juga lumayan populer di sekolah ini.

Theia membalas semua sapaan itu dengan senyum manisnya, pagi ini matahari bersinar dengan hangat dengan warna langit yang cerah. Sepertinya pagi ini merupakan pembalasan hujan kemarin.

Dinnnnndddd

Diiiiinnnddd

Suara klakson mobil itu mengagetkan Theia yang sedang berjalan, sekaligus mejadi pusat perhatian dari beberapa siswa-siswi yang sedang berada pada tempat yang sama dengan dirinya. Theia menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang dimana jaraknya dengan mobil berwarna merah itu tinggal satu meter. Theia memegang dadanya yang bergetar karena kaget sambil berjalan ke tepi agar memberi jalan pada mobil itu.

Dia menatap sang pengemudi yang berjalan meninggalkannya tanpa merasa bersalah. Mobil itu meluncur kearah parkiran mobil yang letaknya di basement sekolah. Theia tahu siapa pemilik mobil itu, siapa lagi kalau bukan siperempuan bermuka datar Rachel Ayunda yang terhormat. Theia menghentakkan kakinya kesal melampiaskan amarahnya yang menguap saat ini.

###

"Te," panggil Azura saat melihat sahabanya itu hendak masuk ke dalam kelas.

Theia yang mengenali pemilik suara itu lantas menghentikan langkahnya dan berbalik mendapati Azura tengah berjalan dengan terburu-buru menuju kearahnya.

"Nggak usah buru-buru, Azura, " ucap Theia mengingatkan. Perasaannya yang sedang badmood tidak bisa dia tutupi.

"Ya elah muka. Kusut amat," celoteh Azura setelah berdiri mensejajari Theia. Azura merapikan anak rambutnya yang melayang tak beraturan ketika dia berjalan tadi.

Theia menyunggingkan senyum dikulum untuk membalas ocehan Azura pagi ini. Setelahnya dia kembali  berjalan kedalam kelas yang sudah mulai ramai disusul Azura dibelakangnya.

# # #


Hatimu,Rumahku (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang