Pak Budi?

49 30 64
                                    


Happy Reading.

Tok tok tok

Theia berdiri terpaku didepan kelas bertuliskan XII MIPA 1.

Keadaan kelas yang hening membuatnya takut untuk masuk kesana.

"Permisi Bu, Pak," lirihnya seraya kembali mengetuk pintu kelas itu.
Tidak ada sahutan dari dalam, biasanya guru akan mempersilahkan siswa siswinya masuk untuk mengikuti proses belajar mengajar, lagi pula dia merasa tidak terlambat begitu lama.

Selang beberapa waktu akhirnya pintu kelas terbuka. Theia menghela nafas lega dengan senyum manis terbingkai diwajahnya.

Tapi, bukan guru yang membuka pintu kelas tersebut melainkan Azura. Kemana perginya guru yang mengajar pikirnya. Tapi ada untungnya jugakan kelas sedang kosong. Jadi Theia tidak perlu mendapatkan hukuman atas keterlambatannya

"Bengong aja. Buruan." Azura menarik lengan baju Theia dan menutup kembali pintu itu seperti sedia kala.

Theia menatap kesekeliling yang memperlihatkan keadaan kelasnya saat ini, ada yang sedang terang-terangan menoleh kearahnya, ada yang sedang tidur, ada yang sedang menulis, melukis, menonton drakor, dan sebangsanya.

"Guru gak masuk?" tanyanya kemudian. Dia masih berdiri didepan pintu dengan lengan baju yang masih ditarik oleh Azura.

Azura menggeleng seraya melepaskan tangannya yang masih setia menarik Theia.

"Guru lagi rapat," sambung Azura. Dia berjalan ke arah meja kepunyaan dirinya dan Theia.

Theia hanya ber-oh ria. Dia pun berjalan mengikuti Azura dari belakang. Matanya kini berpindah ke meja yang ditempati Rachel. Rachel sepertinya sedang menulis atau mengerjakan sesuatu dibuku tugasnya.

"Kerjakan tugas bahasa Indonesia 50 nomor, nih." Azura menyodorkan buku tugas kepada Theia yang baru mendaratkan bokongnya diatas kursi disamping dirinya.

Theia memajukan bibir sementara tangannya mengeluarkan buku-buku bahasa Indonesia dari dalam tas.

"Tugasnya halaman berapa?" Theia membuka buku yang Azura berikan tadi tanpa menoleh kearah Azura.

"11,27,40, 51 sama 63. Totalnya ada 50 soal esai. Selamat mengerjakan," sahut Azura.

Mata Theia melotot mendengar ucapan Azura barusan. Ia membolak balikkan buku tersebut dengan tergesa-gesa.

"Ya ampun, ini sih nulis novel bukan tugas," lirih Theia dengan wajah yang sulit diartikan.

"Udah. Kerjain aja semampu lo, nanti gue bantu kok," lontar Azura. Dia tahu bahwa sahabatnya ini sangat tidak bisa menulis dengan cepat.

Theia tak menghiraukan ucapan Azura tadi. Dia melirik ke arah Rachel yang terlihat sangat menikmati semua tugas yang sedang dikerjakannya.

Theia mendengus lesu. Mampukah dia menyaingi Rachel sang bintang di kelasnya ini? Pada saat-saat seperti inilah muncul rasa irinya pada Rachel yang punya segalanya, kekayaan, kecantikkan, pintar, terkenal pula.

Jika disandingkan dengan dirinya, dia merasa bagaikan butiran debu.

Theia sangat sedih sekali.

"Tumben lo telat," tutur Azura tiba-tiba.

"Gue tadi ketinggalan bis," akunya sambil mulai menuliskan namanya di atas lembar jawaban.

"Oh," sahut Azura nyaris tak terdengar.

Tidak ada keributan yang berarti dikelas ini karena setengah dari murid-murid sedang fokus dengan tugasnya masing-masing, sementara mereka yang tertidur tidak menimbulkan keributan yang berarti selain dengkur-dengkur halus.

Hatimu,Rumahku (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang