"Ibu! Ayah! Kalian mau kemana?"
"Riku... Ibu dan ayah akan pergi menjaga 'gerbang'. Kamu harus tetap dirumah dan jagalah kakakmu ya!
"Tapi... ""Lepaskan tanganmu! Ini semua bukan urusanmu!
"Tapi...kakak akan pergi kemana?! Diluar sangat berbahaya, bagaimana bila-"
"Aku tidak peduli! Dan sudah kubilang semua ini bukan urusanmu!
"Kakak! Kakak mau kemana?! Kakak!!""HAH! Hah... Hah.. Mimpi itu lagi? "
Mengatur nafasnya yang masih tak beraturan,pemuda itu menyenderkan tubuhnya ke sandaran tempat tidur.
Kembali ia termenung memikirkan mimpi yang di alaminya.
'padahal sudah enam tahun dari kejadian itu... Bagaimana keadaan kakak... Apakah ia baik-baik saja? '
Lamunannya terputus karena panggilan yang berasal dari luar pintu."Riku! Apakah kamu sudah bangun? " Suara itu terdengar di barengi dengan ketukan pelan di pintu ruangan itu.
"Iya nek. Riku sudah bangun sebentar ya! Aku mandi dulu!"
Bergegas ia turun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi untuk melakukan rutinitas wajibnya.Setelah mandi dan berpakaian rapi, ia keluar dari kamar dan menuruni tangga menuju dapur dan ruang makan.
Senyum ceria menghiasi paras wajah riku. Ia lalu berfikir untuk mengerjai nenek, mengendap-endap riku menghampiri sang nenek tanpa suara lalu memeluknya dari belakang."Riku! Kamu mengagetkan nenek saja!" nenek memukul pelan kepala si surai merah, sedangkan sang empunya mengaduh pelan sambil mengelus kepalanya yang menjadi korban 'pukulan' sang nenek
"Habis... Nenek sepertinya sibuk sekali, sampai riku yang sudah disini,nenek tidak mengetahuinya"
Riku memalingkan wajah sambil menyilangkan tangan, ekspresi kesal terlihat di wajahnya.Nenek mengenyitkan dahinya melihat riku yang berpose seperti itu
"Bukankah seharusnya nenek yang marah? Kenapa riku yang marah kepada nenek? "
Riku tetap memalingkan wajah dan tidak mau menatap nenek yang berdiri di depannya, nenek lalu menghela nafas sambil tangannya terlulur untuk mengelus rambut riku
"Baik... Baik... Ini salah nenek. Jadi riku mau memaafkan nenek kan? "Mendengar permintaan maaf dari nenek, riku akhirnya menolehkan kepalanya dan memasang ekspresi senang
"Kalau begitu sebagai syarat agar riku memaafkan nenek, Riku bolehkan membantu nenek?" kata riku dengan semangat
"Baiklah kalau riku memaksa"
Nenek berjalan menuju almari untuk mengambil keranjang dan daftar belanjaan
"Ini daftar belanjaan, riku nanti beli keperluan sesuai dengan daftar. Jangan membeli sesuatu yang tidak perlu "Nenek menyerahkan daftar belanjaan dan keranjang beserta uang kepada riku dan segera disimpan olehnya.
Riku berjalan menuju pintu depan rumah, tangannya telulur akan memegang haddle pintu.
"Riku!"Gerakan tangannya terhenti karena teriakan dari nenek, Lalu ia menoleh ke nenek, bingung dengan teriakannya yang tiba-tiba
"Iya nek, Ada apa? Apakah ada yang nenek butuhkan lagi?" ujar riku
Nenek seperti akan mengatakan sesuatu, tetapi ia tidak jadi membuka mulutnya.Menggeleng pelan, nenek kembali berucap
"Riku... Hati-hati di jalan ya! Nenek akan menunggu riku di rumah, jadi cepat pulang! Mengerti? "
Riku mengangguk patuh sambil memandang wanita tua di hadapannya.
"Baik Nenek! Riku berangkat dulu! "
Riku membuka pintu sambil melambaikan tangan, Nenek juga membalas dengan melambaikan tangan juga.
Pintu tertutup menimbulkan keheningan di ruangan itu, nenek menghela nafas sambil tersenyum pahit.
"Riku... Apapun yang terjadi, Kau tak boleh kehilangan rasa kasih sayang yang ada di hatimu"
.
.
.
.
.
.
.
.
"Uwah... Rasanya salju hari ini lebih banyak dari kemarin! " kata Riku sambil mengadahkan sebelah tangannya yang tidak memegang belanjaan yang tadi dibelinya. Uap tipis keluar dari mulutnya saat ia berbicara.Melirik jam besar yang ada disamping jalan yang dilaluinya, Riku berkata
"Sudah jam segini... Aku harus cepat-cepat pulang!"
Langkah kakinya ia percepat karena ia takut terlambat pulang kerumah sampai ia tidak melihat jalan yang dilewatinya, Tak sengaja riku menabrak orang yang berjalan berlainan arah dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. AFFECTiON
FanfictionDi saat aku terjatuh di lembah kesedihan yang begitu dalam, mereka menyelamatkan diriku dari semua kenangan buruk itu. Tapi aku juga berfikir... Apakah aku pantas bila menerima uluran tangan mereka? Apakah aku pantas mendapat kasih sayang yang b...