Kelopak mata yang semula tertutup akhirnya terbuka, ia merengangkan otot tubuhnya yang kaku. Setelah menarik nafas pelan, Riku beranjak menuju kamar mandi yang berada didalam kamarnya sambil membawa handuk mandi.
Sesaat kemudian pintu kamar mandi itu terbuka, menampilkan pemuda yang sudah berpakaian rapi dan terlihat lebih segar dari penampilannya tadi. Ia lalu duduk di tepi ranjangnya dan menatap jendela yang menampilkan pemandangan diluar sana. Pikirannya kembali berputar di kejadian malam tadi.
Sesak kembali ke rongga dadanya sebelum ia terlarut-larut dengan pikirannya, ia mengalihkan pikirannya agar melupakan kejadian malam tadi.
'Sudahlah Riku... Lupakan kejadian itu! Kau harus fokus dengan tujuanmu yang sebenarnya! Ayo semangat! ' batin Riku menyemangati diri sendiri sambil menepuk pelan kedua pipinya. Ia menguatkan tekad agar ia tidak bersedih lagi.Saat ia akan melangkahkan kaki bermaksud keluar dari kamarnya untuk mencari suasana baru, ia dikejutkan dengan suara ketukan pelan pintu kamarnya, segera ia melanjutkan langkah kakinya yang sempat terhenti sebentar dan membuka pintu.
Di balik pintu berdirilah seorang pria yang sedang tersenyum lebar. Riku mengedip-kedipkan sebentar matanya karena heran dengan pria didepannya yang tersenyum kelewat lebar.
'Tunggu... Disini tidak ada 'itu' kan?'
Batin Riku yang sedikit merinding, ia mundur satu langkah dari tempat berdirinya tadi untuk mengantisipasi bila ada bahaya yang berasal dari 'orang' ada didepannya. Atau mungkin bukan?"Riku! Selamat pagi! " kata 'orang' yang mirip salah satu orang yang dikenalnya dengan riang.
Riku tersentak kaget karena sebelah tangannya ditarik oleh 'orang' yang ada didepannya.
"Tung-Tunggu! Kau siapa? Kenapa kau mirip sekali dengan Tuan Banri?! Dan tolong lepaskan tanganmu, atau aku akan berteriak! TOLONG ADA-"
"Sttt! Tenanglah Riku. Ini saya, Oogami Banri! " katanya sambil menutup mulut Riku untuk menghentikan teriakannya.Riku masih menatap curiga pria yang ada didepannya.
"Kau yakin kau bukan 'itu'? "
Pria didepannya menepuk pelan dahinya. Lalu tangannya terangkat untuk menarik kedua pipi Riku.
"Sudah kubilang saya ini Oogami Banri! Kau ini masih mengigau ya! Rasakan cubitan pipi ini dan bangunlah dari mimpi anehmu itu! "
"Aduh! Aduh! Hentikan itu sakit! Iya aku paham tolong lepaskan-""Apa yang sedang kalian lakukan? "
Banri dan Riku segera menoleh menuju sumber suara. Tenn menatap aneh kedua orang yang ada di depannya. Banri melepaskan cubitan tangannya dari kedua pipi Riku. Entah kenapa ia merasakan aura tidak menyenangkan dari pemuda berambut pink muda yang masih menatap dirinya tanpa ekspresi. Ia juga merasa akan ada 'sesuatu' bila ia tidak segera menjauhkan tangannya dari kedua pipi Riku.Riku sibuk mengelus kedua pipinya yang berdenyut nyeri, niat sekali Tuan Banri mencubit pipinya batinnya sambil menatap kesal Banri yang ada dihadapannya. Banri meneguk pelan air liurnya, ia merasa merinding ditatap oleh dua orang pemuda yang sama tapi sebenarnya tidak sama (?). Ia berdehem singkat agar suasana diantara mereka sedikit ringan, lalu ia menoleh kearah Tenn sambil tersenyum kecil.
"Ahaha... Kami hanya bercanda tadi. Riku juga yang bicara tidak-tidak tadi, iyakan Riku? "
Mendengar tuduhan tidak mendasar dari Banri, Riku melototkan kedua bola matanya.
"Hei apa maksudmu? Tadi itu memang-"
Ucapan Riku segera dipotong oleh Tenn.
"Bisakah kalian sedikit menyingkir? Saya tidak bisa melewati lorong ini bila kalian berdua berada di tengah lorong ini dan tidak segera menyingkir. "Banri dan Riku menatap bingung kearah Tenn. Saat Riku ingin berkata lagi, ia lebih memilih mengurungkan niatnya karena ditatap dengan tatapan yang tajam. Ia lalu menundukkan kepalanya agar memutus pandangan mata dari Tenn.
Banri sedikit menyingkir dari jalan lorong itu. Tenn melanjutkan langkahnya dengan angkuh dan pergi meninggalkan kedua orang yang masih menatap dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. AFFECTiON
FanfictionDi saat aku terjatuh di lembah kesedihan yang begitu dalam, mereka menyelamatkan diriku dari semua kenangan buruk itu. Tapi aku juga berfikir... Apakah aku pantas bila menerima uluran tangan mereka? Apakah aku pantas mendapat kasih sayang yang b...