Brakk!
"Selamat malam, Bibi!! "
Teriakan nyaring dengan suara hantaman pintu yang dibuka dengan cara tak beretika hampir saja membuat sang bibi melepaskan jantungnya. Tangannya mengelus pelan dadanya sambil menatap segerombolan pemuda yang menampakkan cengiran lebarnya, walaupun hanya sebagian yang memunculkan cengiran tanpa rasa bersalah diwajahnya."Aduh... Kalian mengagetkan bibi saja" ucap bibi lalu geleng-geleng kepala, ia kembali berkutat dengan masakan yang hampir ia selesaikan.
Mitsuki dan Tamaki mendekati bibi sambil menatap penasaran apa yang sedang dimasak oleh wanita berumur itu."Bibi sedang memasak apa? " tanya Tamaki dengan mata berkilauan. Bibi tertawa kecil saat melihat raut kekanakan dan binar bahagia di mata Tamaki.
"Bibi sedang memasak sup daging untuk makan malam kali ini" ujar bibi dengan tetap mengaduk-aduk isi kuali yang dipakainya untuk memasak.
"Uwah! Bibi, bolehkah aku mencobanya sedikit? " tanya Nagi dengan tangan terangkat. Mitsuki yang berada disamping bibi berkacak pinggang, ia menatap kesal pemuda berambut kuning bermata biru itu."Tidak boleh! Yang boleh mencicipinya hanya bibi! Kita juga akan merasakannya nanti saat makan malam! "
Mendengar teguran dari temannya berambut jingga, Nagi mencebikkan bibirnya.
"Aku meminta kepada bibi, Mitsuki... " ucap Nagi sedikit memelas dengan tetap mencebikkan bibirnya.
"Pokoknya tetap tidak boleh! Iya kan bibi?! "
Tawa kembali lepas dari bibi, dengan jarinya ia menyapu bulir air mata yang muncul di ujung matanya."Nak Nagi tenang saja, nanti akan bibi tambah porsi makan untukmu nanti malam"
Binar bahagia muncul di wajah pemuda berambut matahari itu, segera ia memeluk erat tubuh bibi sambil menggoyangkan kekiri dan kanan. Bibi tertawa sambil menepuk-nepuk punggung Nagi.
"Terima kasih, bibi! Sayang bibi banyak-banyak! "
"Bibi! Tamaki juga ingin banyak sup dimakan malam nanti! "
Bibi pun melepaskan pelukan Nagi dan mengacungkan jempolnya pada Tamaki."Tentu. Karena hari ini cuacanya semakin dingin, akan bibi beri kalian semua sup daging hangat yang banyak! "
Teriakan dan sorakan senang terdengar di dapur itu. Nagi dan Tamaki kembali memeluk bibi dengan senyuman lebar tersemat diwajah mereka. Mitsuki hanya geleng-geleng sambil memasang senyum maklum diwajahnya, Yamato hanya mendengus geli melihat tingkah kedua temannya itu. Sougo tertawa kecil sambil menutupi mulutnya dengan sebelah tangannya.
"Iorin! Ayo kita beri pelukan hangat pada bibi! "
Iori tergagap mendengar ajakan yang terdengar memalukan olehnya.Sebelum ia menolak, tangannya sudah tertarik oleh Tamaki. Ia pun ikut memeluk sang bibi walau ia agak ragu dan sedikit malu."Wah... Nak Iori manis sekali. Kalau begitu akan bibi beri bonus daging di makan malammu nanti! "
Iori tersentak karena ucapan bibi, karena terlampau malu ia hanya menggangguk kecil sambil mengumamkan terima kasih.
"Te-terima kasih... Bibi... "
"Iorin lihat wajahmu! Merah sekali! Wahaha-"
"Be-berisik! "
Melihat sikap malu-malu adiknya, Mitsuki berjongkok sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Teriakan tertahan terdengar darinya.
"Astaga... Adikku gemas sekali sih T-T" batin Mitsuki yang jarang melihat sikap malu-malu adiknya.Yamato menatap datar Mitsuki yang sibuk berteriak dengan gaya tertahan, ia benahi kacamatanya sambil menyenggol Sougo yang menatap senang interaksi bibi dan ketiga temannya. Sougo menoleh kearah Yamato dengan memasang raut bertanya.
"Sou tidak ingin bergabung dengan klubnya Mitsuki? "
"Eh? "
"Lupakan saja"•••
"Hm... Begitu ya" ucap bibi sambil angguk-angguk pelan setelah mendengar alasan keenam pemuda itu tiba-tiba datang berbondong-bondong ke dapur saat ia memasak.
"Kalau begitu, bibi akan membantu kalian" ucap bibi kembali sambil tersenyum tipis.Mitsuki mengoyangkan kedua telapak tangannya kekiri dan kekanan memberi gestur menolak.
"Jangan bibi. Kami ingin membuat sesuatu yang istimewa untuk Riku dengan tangan kami sendiri"
Ucap Mitsuki. Tamaki pun mengangguk dengan semangat.
"Hum! Bibi istirahat saja. Boleh ya bibi, kita pinjam dapurnya sebentar saja... Ya ya? " ucapnya dengan nada memohon."Baiklah. Tapi berhati-hati dengan benda tajam juga mudah pecah ya! " ucap bibi.
"Baik! " balas Tamaki dengan pose hormat.
Sang bibi pun melepas apronnya, lalu melangkah meninggalkan keenam pemuda di dalam dapur.Mitsuki membuka rak bawah dapur dan mengeluarkan beberapa apron dari dalamnya. Ia pun membagikan apron itu ke seluruh temannya. Mereka segera memakainya. Mitsuki menatap seluruh temannya dengan pandangan bangga.
"Baiklah... Mari kita buat sesuatu yang istimewa untuk Riku! Kalian siap?! " teriak Mitsuki.
"Siap! " jawab teman-temannya serempak.Sougo mengacungkan tangan kanannya, Mitsuki menatap bingung teman berambut unggu pucatnya itu.
"Ada apa Sou ? " tanya Yamato mewakili Mitsuki. Sougo menurunkan tangan kanannya. Ia menggaruk pipinya kanan dengan satu jarinya.
"Anu... Itu... Kita akan membuat apa ya? "Pertanyaan sederhana dari Sougo membuat seluruh pemuda di dapur itu memantung. Mitsuki menumpukan sikunya ke meja dapur dan menguarkan aura gelap. Iori berusaha menenangkan kakaknya yang seperti akan meninggalkan dunia.
"Kakak... Tenanglah... " ucap Iori yang khawatir. Ia menoleh ke teman-temannya yang lain yang masih memantung.
"Apakah ada diantara kalian yang tahu makanan yang disukai Kak Riku? " tanyanya mencoba mencari solusi.Yamato membenahi kacamatanya sambil tersenyum masam.
"Tapi Iorin... Kita kan baru kenal Rikkun sehari yang lalu" ujar Tamaki yang berjongkok di samping Sougo yang menatap polos teman-temannya yang sedang depresi.
Iori berjengit mengetahui fakta bahwa mereka baru mengenal Riku sehari yang lalu. Aura tak mengenakkan dari Mitsuki semakin membesar. Disusul gumaman tak jelas.
"Tidak! Kita harus membuat apa?! " teriak Nagi mewakili jerit hati teman-temannya.Tbc
______________________________________
*Enthor butuh asupan gula-gula UwU diwattpad :(Ayok mau diberi apa Riku nya~
Masukan menu makanan sangat diperlukan bagi keenam cogan depresot diatas lo~
Kalo gak ada yang memberi masukan gak papa kok :")Cuman mungkin Enthor ikut depresot juga :"""")
Jangan lupa jaga kesehatan dan jangan lupa juga untuk tersenyum...
See you next chapter...
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. AFFECTiON
FanfictionDi saat aku terjatuh di lembah kesedihan yang begitu dalam, mereka menyelamatkan diriku dari semua kenangan buruk itu. Tapi aku juga berfikir... Apakah aku pantas bila menerima uluran tangan mereka? Apakah aku pantas mendapat kasih sayang yang b...