Chapter 8

473 63 37
                                    

"Ada yang tahu Riku dan Kak Banri pergi kemana? "
Pertanyaan yang dilontarkan oleh Mitsuki itu memecah keheningan yang menyelimuti ruangan luas itu. Sangat kebetulan semua penghuni mansion berkumpul di ruang santai, selain Riku dan Banri tentunya.

Pemuda berambut hijau menggedikkan kedua pundaknya dan memilih melanjutkan bacaannya yang sempat tertunda. Mitsuki menghela nafasnya dan bangkit berdiri. Ia melangkahkan kakinya menuju jendela besar yang ada diruang berkumpul mereka. Ia menyentuh pelan kaca jendela itu. Rasa dingin dari kaca merembet menuju tangannya.

Iori memandang sendu punggung kakaknya. Ia merasakan bahwa ada yang mengganggu pikiran kakaknya itu. Entah apakah itu.
Tenn yang sejak tadi diam tiba-tiba berdiri dari duduknya dan meninggalkan ruangan itu tanpa sepatah katapun.

Yang lainnya hanya menatap punggungnya yang semakin menjauhi ruangan itu.
"Hei... Apakah kalian merasakan bila ada 'sesuatu' diantara Riku dan si Kujou itu? " bisik Yamato dengan hati-hati setelah Tenn menghilang dari pandangannya. Telinga para pemuda di ruangan itu berdenyut sebentar, lalu Tamaki, Nagi, dan Mitsuki bergerak mendekat kearah Yamato lalu duduk mengelilinginya. Mitsuki menoleh ke kiri dan kanan lalu bangkit berdiri. Ia berjalan menuju pintu ruangan itu dan menutup pintunya dengan rapat. Tak lupa ia mengunci pintunya agar tak ada sembarang orang mendengar pembicaraan mereka. Mitsuki segera kembali duduk ditengah Yamato dan Nagi. Tamaki yang merasa sedikit tersisih mendekatkan duduknya kearah Nagi agar semakin mendengar ucapan Yamato.

"Jadi... Yang kau maksud Kujou itu, si Tenn kan? "
Yamato menatap malas Mitsuki lalu memukul pelan dahi pemuda berambut senja itu.
"Tentu saja! Kau kira siapa lagi yang bernama Kujou disini?! "
Mitsuki mengucutkan bibirnya sambil mengelus dahinya yang sedikit memerah. Nagi mengedipkan kedua matanya beberapa kali lalu membuka mulutnya.
"Kau tahu dari mana? "
Yamato menaikkan kacamatanya dengan kedua jari tangannya dengan angkuh. Senyum bangga terbit di kedua sisi bibirnya.

"Aku tahu karena aku adalah orang yang peka! "
Mendengar jawaban penuh percaya diri dari Yamato, seluruh pemuda yang berada di ruangan itu memasang wajah kesal. Mitsuki mengambil buku tebal yang tergeletak di meja samping sofa yang ia duduki bersama ketiga orang yang lain dan mengangkatnya tepat di samping kepalanya.

"Dengar Yamato... Bila buku ini terlempar dikepalamu itu, niscaya kau akan merasakan bagaimana rasanya dijemput malaikat maut"
Yamato mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya membentuk salam peace mendengar kalimat ancaman dari Mitsuki.
"Baik-baik... Aku hanya bercanda. Jadi cepat turunkan buku itu. Tidak lucu kan bila apa yang kau katakan jadi kenyataan? "

Mitsuki mendengus kesal lalu meletakkan kembali buku tebal itu ketempat semula. Nagi menaruh kedua jari tangan dibawah wajahnya memperagakan pose berpikir, dahinya sedikit berkerut.
"Bila dipikirkan lagi... Benar kata Yamato. Aku juga merasakan ada sesuatu di antara Riku dan Kujou... "
Yamato segera menolehkan kepalanya setelah mendengar gumaman Nagi.
"Iyakan?! Kalian juga merasakannya juga kan? " katanya dengan semangat 'ghibah' yang membara.

Mitsuki hanya diam sambil mengadah kepalanya menatap lampu yang terpasang diatas  mereka.
"Eh?! Atau jangan-jangan Rikkun dan dia itu memiliki hubungan gelap?! " kata Tamaki dengan entengnya. Seluruh penghuni ruangan itu secara bersamaan menolehkan kepalanya kearah pemuda yang memasang raut tak bersalah setelah mengatakan kata yang 'sedikit' atau mungkin sangat memalukan.

"Hm? Ada apa? Ada yang salah dengan ucapanku? " tanya Tamaki sambil memiringkan kepalanya ke sebelah kiri.
Iori memijit pelan pelipisnya yang berdenyut lalu menghela nafas.
"Yotsuba... Kau sebaiknya tak mengatakan kata seperti itu dengan sembarangan, orang akan berpikir tidak-tidak bila mendengar kata yang kau keluarkan tanpa kau pikirkan itu. "
"Hah?! Apa maksudmu dengan mengatakan aku tak memikirkan apa yang aku katakan, Iorin?! " kata Tamaki dengan ekspresi marah yang terlihat jelas diwajahnya. Sougo yang ingin menghentikan adu mulut yang terjadi diantara dua anggota termuda itu harus mengatupkan mulutnya kembali setelah ucapannya dipotong oleh Tamaki.

Mr. AFFECTiON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang