Chapter 1

1.1K 121 4
                                    

Kehangatan membangunkan anak itu dari kegelapan, mengenyitkan dahi ia menatap sekeliling ruangan.
'Aku sedang dimana? ' batinnya bertanya-tanya sebab merasa asing dengan tempat tersebut.
Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka dan berdirilah seorang wanita tua, senyum lembut terpatri di wajah tuanya.

"Anak manis... ternyata kau sudah bangun, ini nenek membawakan sup dan susu hangat untukmu"
Nenek itu berjalan mendekat menuju ranjang, ditangannya ia membawa sebuah mapan, mangkuk dan gelas tampak masih mengeluarkan asap tipis.

"Makanlah sup ini agar badanmu menjadi hangat"
nenek itu menyodorkan mangkuk sup kepada anak berambut merah, ia hanya memandang mangkuk sup yang disodorkan kepadanya lalu menatap nenek yang menyodorkan mangkuk itu. Sementara sang nenek menganggukkan kepalanya meyakinkan anak itu untuk memakan sup.

Merasa bahwa nenek itu bermaksud baik dan tidak akan menyakiti dirinya, akhirnya ia mau memakan sup yang ada di pangkuannya, si nenek yang melihat sang anak memakan sup buatannya dengan lahap tersenyum sambil mengelus lembut surai kemerahan anak itu.

Setelah anak berambut merah menghabiskan isi mangkuk di pangkuannya, nenek itu membereskan sisa makanan dan menyisihkannya ke meja didekatnya sedangkan si anak hanya diam tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.

"Nak... Nenek mau bertanya, mengapa kamu berada di luar sedangkan di luar sana sedang terjadi badai salju, itu sangat berbahaya."
Raut khawatir jelas di perlihatkan sang nenek ketika menanyakan hal itu, tetapi yang ditanyai sama sekali tidak menjawab pertanyaannya,seolah anak berambut merah itu tak mendengarkan orang yang di sampingnya.

Melihat bahwa anak berambut merah tidak mau menjawab pertanyaannya, sang nenek melanjutkan kata-katanya
"Baiklah bila memang kamu tidak ingin menjawabnya, itu tidak apa-apa, tapi bolehkah nenek mengetahui siapa namamu? "
Nenek menunggu jawaban dari anak berambut merah yang tak kunjung menyahuti.
"Nak-"
"Riku... Namaku Riku"

Nenek kembali tersenyum mendengar jawaban lirih dari anak berambut merah yang ternyata bernama Riku.
"Jadi namamu riku. Nama yang indah! "
Sambil tersenyum, nenek mengangkat tangannya lalu mengelus rambut Riku dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Riku yang mendapat elusan di kepalanya memandang nenek dengan tatapan berkaca-kaca, nyaris air matanya turun dari manik yang senada dengan rambutnya. Ia merasakan bahwa nenek itu benar-benar tulus menyayanginya, sudah lama ia tidak merasakan elusan yang penuh dengan kasih sayang seperti ini. Agar tak terlihat bila ia sedang menahan haru, Riku menunduk menyembunyikan wajahnya.
"Nenek di sini sendiri dan tidak ada yang menemani "
Nenek menyentuh tangan Riku lalu menggenggam tangannya
"Riku mau kan tinggal disini menemani sisa umur nenek ini? "

Riku segera mendogakkan kepalanya disusul air matanya mulai mengalir dengan deras, nenek terkejut melihat Riku menangis tapi ekspresi itu segera berganti dengan senyumannya yang menenangkan, tangannya sigap menghapus air mata Riku yang terus mengalir membasahi wajahnya.
Riku menjawab dengan lirih sambil sesengukan
"Apakah aku hiks... boleh mendapatkan kasih sayang lagi, Apakah aku pantas hiks... mendapatkannya?"
"Nak Riku... Nenek tidak mengerti mengapa dirimu mengatakan hal seperti itu, tapi ingatlah ini Riku... Semua makhluk dimuka bumi ini pantas mendapatkan kasih sayang, jangan pernah berfikir atau mengatakan bila kamu tidak pantas mendapatkannya"

Riku termenung, memikirkan apa yang di katakan nenek.
"Lalu bila Riku sanggup, kamu bisa memberikan kasih sayang kepada orang lain seperti kasih sayang yang pernah kamu terima"
Nenek merengkuh tubuh kecil Riku setelahnya, menepuk-nepuk punggung untuk menenangkan tangisan Riku yang masih terdengar lirih.

"Jadi... Apakah Riku mau berbagi kasih sayang kepada nenek dan orang lain diluar sana? "
Senyum tulus akhirnya terbit di wajah sembab Riku, mengeratkan pelukannya ke nenek, ia menjawab
"Hm! Tentu saja Riku mau! "

TBC...

Teruntuk teman-teman yang sudah vote dan komen, aku sangat berterima kasih! Semoga perasaan yang kucurahkan dibagian ini sampai di hati para pembaca
Nantikan chapter selanjutnya...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mr. AFFECTiON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang