Chapter 3

810 90 20
                                    

Salju terus turun dari langit menghujani pemuda  berambut merah yang berjalan sendiri tak tentu arah, mata merahnya masih berkaca-kaca, sesekali kristal bening turun darinya tetapi segera dihapus dengan cepat dengan lengan mantel yang dipakainya.

"Tidak! Aku tidak boleh menangis lagi. Nenek akan bersedih bila aku terus meneteskan air mata ini"
Senyum getir terbit di wajahnya, ia kembali mengingat kenangan bersama nenek. Potongan-potongan memori berputar di kepalanya seperti film.

Setelah pemakaman neneknya yang sederhana, ia berfikir untuk berjalan-jalan agar perasaannya lebih baik, nyatanya itu tidak merubah perasaannya sama sekali.
Riku menghentikan langkahnya dan mengadahkan wajahnya membiarkan salju melayang dan jatuh ke wajahnya menghasilkan sensasi dingin.
'Terima kasih nek, atas semua kasih sayang dan perhatianmu, semoga nenek tenang di sana. ' batinnya sambil menutup mata.

Tepukan ringan mampir di pundaknya, Riku terkejut dan menoleh ke orang yang menepuk pundaknya, matanya bertemu dengan seorang pria yang memasang senyum lembut di wajahnya.
"Anda...yang kemarinkan? " ujar Riku menatap pria di depannya.
Pria didepannya menatap sendu dirinya, dan berkata
"Ya... Benar sekali. Seperti yang saya katakan kemarin, kita bertemu lagi Nanase riku"

Riku melebarkan matanya mendengar perkataan yang keluar dari pria yang ada di depannya, raut terkejut terpasang di wajahnya.
"Ba-bagaimana anda bisa mengetahui
Nama itu" ujar Riku tergagap karena lidahnya kelu.
"Sebelum saya menceritakan mengapa saya bisa mengetahui nama itu, perkenalkan nama saya Oogami banri, salam kenal Sang 'penjaga gerbang' " kata pria yang bernama Banri dan menunduk hormat kepada Riku.

Riku terdiam tak bisa berkata-kata, ia kebingungan dengan pria yang ada di depannya yang mengetahui rahasia terbesar yang selalu ia sembunyikan rapat-rapat. Keringat dingin menetes di dahinya walaupun udara di luar sangat dingin. Riku mengeratkan mantelnya dan mundur satu langkah, matanya menatap takut banri yang tetap berdiri di posisinya.

Berdehem singkat, Banri merapikan mantel yang dikenakannya.
"Bagaimana bila kita pindah ke tempat yang lebih nyaman? " tanya banri.
Riku yang menunduk mengadahkan wajahnya dan menatap netra di depannya. Ia tidak merasakan niat terselubung dari Banri lalu menganggukkan kepala menyetujui usulan Banri. Lagipula udara di luar semakin dingin karena salju yang terus turun.

Mereka memilih restoran di seberang jalan, setelah duduk di kursi dan memesan makanan, Banri kembali melanjutkan topik pembicaraan yang tadi terpotong.
"Pasti anda bingung mengapa saya bisa mengetahui nama anda yang sebenarnya. Itu karena saya di beri amanat dari kedua orang tua anda, untuk menjaga anda dari bayang-bayang. Juga mencari para 'suara gerbang' dan akhirnya saya menemukan enam orang yang dapat dipercayai untuk membantu anda, sang 'penjaga gerbang' " jelas Banri dengan wajahnya yang serius.

Banri menatap Riku menunggu balasan dari kata-katanya. Riku mengeratkan genggaman tangannya pada pahanya. Ia menatap ragu Banri.
"Apakah ada yang anda tanyakan? " tanya Banri mengetahui gelagat Riku.
"Apakah... Anda tahu kemana perginya kakak saya? " ujar Riku lalu menatap Banri, dari bola matanya tercermin harapan yang besar. Banri menolehkan kepalanya menuju jendela, ia menatap jalanan yang di lalui banyak orang.
"Soal itu... Sebentar lagi anda akan bertemu dengannya"

Riku melebarkan matanya, terkejut dengan perkataan Banri. Sebelum ia mengatakan sesuatu, datanglah pelayan yang membawakan makanan yang mereka pesan tadi. Mau tak mau Riku harus menghentikan niatannya untuk bertanya kepada Banri.
"Kita lanjutkan nanti. Mari kita makan dulu" kata Banri mempersilakan Riku untuk makan dulu. Riku menganggukkan kepala sebagai jawaban.

Disamping meja mereka ada beberapa gadis yang duduk disana. Riuh percakapan mereka terdengar nyaring.
"Hei, Kau ingat hari ini. Katanya sang 'penjaga gerbang' akan kembali lagi" kata salah satu gadis berambut pendek dengan semangat.
"Eh! Benarkah? Kau tahu dari mana?"
Timpal gadis yang berambut panjang dengan raut penasaran.
"Aku kemarin mendengar seseorang membicarakan hal ini. Katanya dia dibimbing oleh Tuan Kujou!" ujar gadis rambut pendek dengan bangga.
"Penyihir terkenal itu? Wah keren sekali " jawab gadis berambut panjang terkejut. Gadis berambut pendek mengiyakan pertanyaan gadis itu.
"Dan katanya, dia akan berkeliling kota ini pada hari ini! "

Mr. AFFECTiON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang