Tenn yang sudah tak nyaman bersama orang-orang asing yang tentunya menurutnya pribadi, memilih meninggalkan ruangan itu. Ia ingin merebahkan dirinya dikamar saja sambil menunggu jam makan malam.
Namun entah pikiran darimana, terbesit keinginan yang menurutnya konyol. Tubuhnya berbelok ke kiri dan bersembunyi di lekukan tembok lorong. Ia mencoba mendengarkan apa yang mereka katakan saat ia pergi.
Timbul perasaan penasaran didalam hatinya, hal apakah yang akan diobrolkan mereka saat ia pergi tanpa kata seperti tadi. Lihat saja bila mereka membicarakan tentang dia dan Riku, maka-
"Hei... Apakah kalian merasakan bila ada 'sesuatu' diantara Riku dan si Kujou itu? "
Kedutan terasa di dahi pemuda berambut pink pucat itu. Disusul perempatan tak kasat mata. Ia meremas lekukan tembok sambil tersenyum lebar tapi penuh dengan hawa membunuh.
'Baru ditinggal sebentar lo, Nikaido Yamato' batin Tenn yang gemas ingin meremas wajah seseorang.Telinganya sedikit gatal, ia sedikit keluar dari persembunyiannya dengan mengeluarkan kepalanya kearah pintu ruangan yang terbuka agar lebih leluasa mendengar 'ghibahan' mereka lalu menentukan seberapa tinggi level untuk memberi pelajaran pada mereka.
Namun niatnya untuk lebih mendekat terhalang oleh suara langkah kaki terburu-buru, ia segera kembali menarik kepalanya. Suara pintu terkunci menggema dilorong itu.
Tenn yang mendengar suara pintu terkunci, melebarkan kedua bola matanya. Ia keluar dari persembunyiannya dan melihat pintu ruangan itu tertutup. Decakan lirih keluar dari mulutnya. Ia sedikit tersentak saat menyadari tingkah konyolnya yang menguping pembicaraan tak jelas.
Ia pun berlalu menuju kamarnya, memilih melupakan niat awalnya mendengarkan 'ghibahan' dari mereka. Toh bukan urusannya kan?
Langkahnya berhenti saat kalimat itu terlintas di pikirannya.
"Bukan urusanku, ya? " gumamnya entah kepada siapa.•••
Pintu berderit disusul seseorang pemuda memasuki ruangan itu. Ia merebahkan badannya ke ranjang. Pandangan matanya mengarah ke atas. Pikirannya mulai mengembara bersamaan dengan larutnya ia ke pikirannya.
"Tak kusangka bocah kurang ajar sepertimu bisa galau juga"
Tenn tersentak, ia bangkit dari posisi berbaringnya lalu duduk sambil melebarkan kedua bola matanya kearah asal suara asing itu.
Disana, berdirilah seorang pemuda dengan menyenderkan tubuhnya ke dinding. Rambut abunya terlihat berkilauan dibawah lampu kamar Tenn yang lumayan redup.
"Woah... Santai saja, bocah. Jangan menatapku seperti ingin memakanku seperti itu" ucap si orang asing sambil memasang wajah remeh. Tenn kembali berdecak. Ia bersedekap dengan menatap tajam orang yang dengan santainya berkeliling dikamarnya."Hm... Seleramu bagus juga, bocah. Kukira kau menghias kamarmu dengan barang-barang berbau merah muda seperti rambutmu itu" ucapnya kembali.
Tenn yang mendengar ejekan tak langsung dari pemuda itu melemparkan bantalnya kearahnya yang sibuk membuka buku setelah mengambilnya dari rak. Dan tentu mendarat manis di kepala abunya."Aduh- kenapa kau melemparkan bantalmu kearahku, bocah?! " teriaknya dengan geram.
Tenn menyempitkan matanya dengan tetap menatap tajam."Mau apa kau kemari? "
Si pemuda menghela nafas, ia lalu tersenyum miring dengan tetap membawa buku disebelah tangannya.
"Menurutmu? " tanyanya balik dengan nada main-main.
Tenn menipiskan bibirnya memilih bungkam."Heh? Jarang sekali kau tak menyahut" kata si pemuda dengan sebelah alis naik, ia lalu berjalan mendekati ranjang Tenn dan dengan santai duduk disampingnya. Si empu ranjang mendelik namun memilih menarik nafas pelan, mencoba menyabarkan diri. Ia menatap jendela kamarnya yang memperlihatkan suasana diluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. AFFECTiON
FanficDi saat aku terjatuh di lembah kesedihan yang begitu dalam, mereka menyelamatkan diriku dari semua kenangan buruk itu. Tapi aku juga berfikir... Apakah aku pantas bila menerima uluran tangan mereka? Apakah aku pantas mendapat kasih sayang yang b...