Gerimis di pagi hari membuat Yeonjun malas beranjak dari duduknya. Selimut tebal melilit tubuh, mata menatap lurus pada layar tv yang sedang menayangkan kartun upin ipin dan segelas susu hangat buatan sang mama belum tersentuh sama sekali. Mata Yeonjun memang menatap tv, namun pikirannya tidak di sana.
Adik-adiknya sudah berangkat sekolah sejak tadi, tentu saja dengan uang jajan yang telah terpotong karena dipalak si begal ini.
Ngomong-ngomong, hari ini Yeonjun tidak punya jadwal kuliah. Maka dari itu dirinya kemarin sore memilih pulang ke rumah dan meninggalkan apartemen.
"Kalo papa jadi tv-nya, pasti udah ngambek dianggurin" suara itu, Seokjin berada tepat di sampingnya.
"Kok papa tau?"
"Tau dong.... Keliatan tau dari tatapan mata kamu, kosong"
Lantas sang anak tersenyum samar.
"Kenapa? Ada yang ganggu pikiran kamu?"
Menghelah napas sejenak, Yeonjun menatap mata sang papa. "Papa tau ini hari apa?"
"Kamis?"
"Iya"
"Jadi?" Seokjin sungguh tak mengerti.
"Itu tandanya apa? Peringatan apa?"
Maka sejenak pria paruh baya tersebut menerawang, siapa yang ulang tahun? Istrinya? Bukan. Anak-anaknya? Sepertinya bukan juga.
Lalu....
"Papa gak tau?" dan dijawab dengan sebuah gelengan.
Sekali lagi Yeonjun menghelah napas.
"Udah dua taun pa. Dua taun"
Sampai di sini Seokjin paham. Ia tahu maksud Yeonjun.
"Astaga maaf. Papa gak maksud" jujur saja Seokjin merasa tidak enak.
"Gakpapa... Akunya yang bego masih mikirin. Tau-tau di sana Soobin gak inget aku sama sekali"
Yang lebih tua makin mendekatkan diri, mengusap puncak kepala Yeonjun dengan lembut. "Ikhlasin ya"
"Gak bisa pa.... Aku yakin Soobin gak mati. Papa harus percaya sama kontak batin seorang anak kembar"
"Kalo gitu kenapa dia gak pulang? Gak mungkin kalo nyasar"
Ini juga yang masih menjadi pertanyaan bagi Yeonjun. Adik kembarnya kemana? Kenapa tiba-tiba menghilang tanpa ada kabar sama sekali. Tanpa jejak dan tidak bisa diselidiki.
Sudah dua tahun berlalu dan tidak ada tanda-tanda Soobin akan pulang ke rumah. Padahal terakhir ketemu mereka baik-baik saja, tidak ada pertengkaran, tidak ada selisi paham, Yeonjun bahkan tidak pernah memalak uang jajan sang adik kembar.
"Atau jangan-jangan hari itu dia ketemu sama ayah, terus ngikut ayah tanpa pamit biar gak dicega?" Yeonjun masih mencoba berpikir positif.
"Bukannya kamu bilang kalo ayah dipenjara seumur hidup?"
Maka mata Yeonjun menerawang.
Benar.
Pikiran positifnya terpatahkan.
Sang ayah dicebloskan ke dalam penjara atas tuduhan pembunuhan. Membunuh istri sendiri, yang mana adalah bunda kandung dari si kembar beserta kedua adiknya.
Mereka tidak punya siapa-siapa lagi selain keluarga ini, keluarga Kim Seokjin yang dengan baik hati mengulurkan tangan baginya. Marga Choi milik mereka berubah menjadi Kim setelah hak asuh dimenangkan oleh Seokjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ma Little Bro
FanfictionYeonjun tidak tahu harus berbuat apa ketika seorang balita tiba-tiba berdiri di depan pintu apartemennya. menangis tersedu dan meminta dogendong saat Yeonjun membuka pintu. saat itu juga dirinya memilih mengurus balita tersebut dalam diam, tanpa sep...