Epilog

874 101 30
                                    

Pasal 44 ayat (2) KUHP berbunyi:

Jika nyata perbuatan itu tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya sebab kurang sempurna akalnya atau sakit berubah akal, maka dapatlah hakim memerintahkan memasukkan dia ke rumah sakit jiwa selama-lamanya satu tahun untuk diperiksa.

_____________________________________

Sudah seminggu lamanya Yeonjun berada di tempat ini, ditemani beberapa pasien lain beserta dokter dan perawat yang begitu ramah. Ia menikmati semuanya, juga bersyukur karena Namjoon melakukan tugasnya dengan baik. Dirinya tidak salah memilih pengacara.

"Dor haha!!!" Gelak tawa riang membawa lamunan Yeonjun ke alam sadar.

Di bawah teduh pohon rindang ini ia sendirian sejak tadi. Memandangi langit cerah dan beralaskan hamparan rerumputan taman rumah sakit yang selalu menjadi temannya setiap pagi.

Pemuda itu ikut terbahak saat menyadari siapa yang ada di depannya saat ini.

Sosok remaja yang setiap hari menelfonnya menanyakan kabar, yang dalam diamnya selalu peduli apapun tentang sang abang. Yeonjun bersyukur punya Taehyun. Adiknya yang ia besarkan sejak kecil.

Taehyun masih tertawa gemas, hidungnya mengerut serta mata bulat yang menyipit. "Kaget ya bang?" lalu menyengir.

Tak lantas menjawab, Yeonjun menepuk sampingnya menginstruksikan Taehyun untuk duduk. Tentu saja langsung dipatuhi.

"Ke sini sama siapa?"

"Sendiri.. Tadinya mau rame-rame tapi yang lain kelamaan dandan, jadi aku duluan aja pake taxi. Kangen banget soalnya hehe"

Yeonjun tersenyum, kepalanya disandarkan pada bahu sang adik.

"Makasih karena gak benci abang"

"Kenapa harus benci?"

"Karena abang........"

"Itu bukan salah abang, ayah udah cerita kok. Jangan ngerasa bersalah ya bang, bunda meninggal karena emang ajal"

Yang lebih tua tidak menjawab. Memilih memejamkan mata rapat-rapat sambil menikmati udara segar.

"By the way... Hasilnya positif bang"

"Huh? Kamu hamil?"

Lantas Taehyun merengek. "Abang..."

"Oh, positif korona?"

Wajar saja jika adiknya tambah cemberut dengan bibir yang ikut mengerucut. "Abang mah... Lagi bahas tes DNA tau"

Sontak Yeonjun duduk tegak, menatap manik sang adik dalam-dalam. "Serius? Jadi kamu beneran anaknya pak Yoongi?"

"Hu'um... Pak Yoongi nya juga udah dihubungin ayah"

"Terus responnya gimana?"

Taehyun menghela nafas. "Beliau pengen ngambil aku, tapi kata ayah harus diomongin sama abang dulu. Keputusan ada di abang"

"Emang kamu mau ngikut sama pak Yoongi?"

Menggeleng pelan, Taehyun memilin ujung bajunya. "Gak mau pisah sama abang. Mau tinggal sama kalian aja"

"Yaudah, bilangin pak Yoongi kalo abang nolak"

Mata remaja itu berbinar. "Beneran?"

"Iya beneran. Kalo pun kamunya yang pengen tinggal bareng beliau, gak bakal abang ijinin. Kalo perlu abang iket kamu di rumah biar gak kemana-mana haha"

Keduanya terbahak. Rasanya sudah lama sekali tidak tertawa bersama. Apalagi Yeonjun lebih banyak menghabiskan waktunya di apartemen. Sedangkan Taehyun lebih banyak diam kalau di rumah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ma Little BroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang