Part 1

7 1 2
                                    

Nama saya Link. Link Brion. Bukan link dalam alamat situs web yang itu. Blasteran Indonesia-Inggris dan lebih senang dipanggil Bri daripada Link. Tentu juga bukan Bri nama bank di Indonesia.., dan Iyon khusus di keluarga, yang namanya mirip seperti dalam pelajaran kimia. Nama saya memang serba salah, tapi saya menyukainya saja karena pemberian dari orang tua.

Disinilah saya sekarang, tengah menjadi mahasiswa baru di tempat menara jam Big Ben berada.., dan memilih tidak mengikuti penyambutan mahasiswa baru di fakultas. Saya mengira hanya saya sendiri yang tidak ikut, ternyata ada seorang wanita yang lebih memilih menongkrong di sebuah resto kecil. Saya kenal wajahnya, karena belum lama ini bertemu.

Lalu, entah dari mana saya berpikiran kalau dia juga dari Indonesia, terlepas dari pakaian panjang dan kain yang membalut di kepalanya. Ah.. Kerudung. Saya tampak familiar terhadapnya. Mungkin saja saya pernah bertemu dengannya. Dengan niat yang terkumpul, saya memberanikan diri untuk berkenalan dengannya.

Yah, hanya dengan kata hai sebagai ucapan pertama. Dia membalas serupa dengan lebih ramah. Benar dugaanku, ia berasal dari bumi pertiwi.., dan lebih mengejutkan lagi ia tahu saya.

"Link? Teman dari Melvin?"

Yah, tau dari teman saya. Saya mengangguk dan seketika teringat sesuatu. Nama wanita di hadapan saya, Leila Shelby. Dia bilang, lebih senang dipanggil Shel.

"Kamu alumni dari SMAN 10 juga?"

Shel mengangguk cepat. Saya tertawa setelahnya. Pantas saja, ia tidak asing. Saya kurang menyukai bincang formal seperti ini.

"Kamu banyak berubah, Link."

Saya tersenyum kecil, menyentuh anting dan melihat rambut yang sedikit di ombre. Mungkin saya terlihat berandalan jika berada di tanah air. Saya juga ingin mencoba penampilan baru, lebih tepatnya.

"Panggil aja Bri. Lagian kita seumuran, bicara santai aja."

Shel menutup laptop miliknya, "Link lebih unik.., dan aku-kamu udah bicara santai buatku. Kalau kamu mau pake lo-gue juga gapapa."

Napas saya tercekat sebentar. Daripada ucapannya barusan, saya baru sadar senyumnya manis sekali. Saya menggeleng pelan, ya tidak terlalu masalah buat saya.

Jauh dari ekspetasi saya sebelumnya, dia seru dan tidak berhasil membuat suasana menjadi canggung. Saya dan Shel banyak berbincang dari fakultas yang sama hingga topik tak berguna. Saya bersyukur pada Tuhan, karena memilih tidak mengikuti acara fakultas dan bisa bertemu dengan wanita lembut seperti Shel.

•••

(not) PLATONICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang