𝘍𝘪𝘥𝘦𝘭𝘦 𝘢𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢
"Kamu pilih aku atau sahabat kamu? Aku gak rela perhatian kamu ke aku dibagi ke perempuan lain!"
"Ara!"
"Haechan, sesusah itu ya buat fokus sama aku?"
“Adek udah pul—Loh?! Kok nangis?!” Doyoung dengan paniknya menghampiri adiknya dan tanpa ragu memeluknya.
“Hei.. Kim Ara?” panggil Doyoung lembut.
Ara mendongak menatap Doyoung dengan mata berkaca-kacanya, “Ara mau putus!”
“Hadeh kamu tuh.. udah berapa kali bilang begitu sama kakak?? Tapi gak putus putus tuh?”
“Kali ini Ara bakal putus! Hwaaaaa Kak Doyoung...” Ara kembali menundukkan kepalanya dan lanjut menangis.
“Hush, Ara, malu ih udah gede masa nangisnya sampe begitu.. kasian itu kakak kamu bajunya kena ingus ih jorok.” ucap mama dari dapur.
Doyoung berdecak, “Aduh Ara.. ini baju kakak baru beli..”
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tengah malam..
Ara tidak bisa tidur. Bahkan kini ia tengah berada di suatu tempat. Tentu tanpa sepengetahuan kakaknya dan mamanya. Ara menatap batu nisan yang tertera nama papanya dengan mata sembabnya.
“Pah.. inget gak sih? Si buluk yang waktu itu papa kenalin ke Ara? Sekarang Ara udah pacaran sama dia. Hari ini, eh kemarin deh. Ara pacaran sama Haechan udah setahun. Harusnya kita rayain bareng-bareng kan ya pah..” Ara meremat ujung bajunya sambil menahan air matanya yang kembali berjatuhan.
“T-tapi dia malah..hiks..dia malah nganterin sahabat perempuannya ke rumah sakit. Tau gak gara-gara apa?! Cuman gara-gara perut sahabatnya keram, pah! Kan ahhhhh ahdjsndjsksiryeu..” Ara kembali merengek di hadapan makam si papa.
Ya, papa Ara telah meninggal 5 tahun yang lalu karena sakit. Saat Ara pertama kalinya menginjakkan kakinya di jenjang SMP. Sebelum itu, papanya mengenalkan Haechan kepada Ara. Karena ternyata Haechan akan memasuki sekolah yang sama dengan Ara. Sayang, papanya tidak sempat melihat kebersamaan Haechan dan Ara. Sebenarnya, Ara lebih dekat dengan papanya dibandingkan mamanya. Maka karena itu, saat papanya pergi untuk selama-lamanya, Ara sampai mogok makan seminggu. Hanya mau minum air putih.
Ara mengusap air matanya, “Ara pengen putusin Haechan aja, pah! Ara udah gak tahan!”
Tak lama Ara kembali menjatuhkan air matanya, “Tapi Ara masih sayang paahh.. Ara harus gimana dong??”
“Ya kalo gitu jangan diputusin.”
Ara membulatkan matanya menghadap ke arah suara barusan. Hampir saja ia pingsan di tempat jika tidak melihat wujud seseorang yang ia rindukan dan yang masih ia sayang. Lee Haechan.
“Yaampun jelek banget pacar aku..” Haechan ikut jongkok dan mengelap air mata Ara.
“Maaf ya om, bikin anak gadisnya nangis tengah malem gini..” ucap Haechan kepada makam papanya Ara.
“Kamu ngapain disini jam segini?!” tanya Ara dengan ekspresi kagetnya.
“Jemput pacar aku.”
Ara bertolak pinggang, “Gak perlu!”
“Gak ada larangannya.” Haechan menarik Ara pergi dari sana.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ternyata Haechan membawa Ara ke taman tempat mereka seharusnya bertemu tadi. Taman yang cenderung sepi karena tak jauh dari makam.
Haechan menggenggam kedua tangan Ara sambil menatapnya, “Aku nyari kamu ke rumah. Tapi yang ada malah kakak sama mama kamu panik gara-gara kamu gak ada. Untung aku udah bisa nebak kamu pergi kemana.”
“Haechan, aku mau putus.” ucap Ara.
“Mau putus atau mau peluk, hm??” goda Haechan.
Ara membuang mukanya. Berusaha menghindari tatapan Haechan.
“Jadi Ara mau putus sama Haechan?” tanya Haechan yang lebih mengarah ke meledek.
Ara kembali menjatuhkan air matanya di depan Haechan.
Tiba-tiba Haechan mengangkat tubuh Ara sehingga membuat Ara reflek melingkarkan kakinya pada pinggang Haechan dan melingkarkan tangannya pada leher Haechan.
“Jangan putus ya? Aku sayang sama kamu tau.” ucap Haechan.
Ara menenggelamkan mukanya pada tengkuk leher Haechan dan mengangguk pelan.