Ara terbangun dari pingsannya. Yang pertama kali ia lihat adalah Jeno yang tengah duduk di sampingnya sambil memainkan hpnya.
“Jeno..” panggilnya.
“Eh? Ra? Udah bangun toh.” Jeno memasukkan hpnya ke dalam saku celananya.
“Haechan mana, jen?”
“H-haechan..” Jeno terlihat tidak enak ingin memberitahu Ara.
Ara tersenyum penuh arti, “Gak apa-apa, bilang aja..”
“Haechan lagi nemenin Lami makan di kantin ra. Tadi katanya mau kesini, tapi tiba-tiba Lami ngajak dia makan di kantin.”
Ara mengangguk. Pedih. Padahal Ara jauh lebih membutuhkan Haechan dibandingkan Lami.
Ara menatap Haechan dengan mata yang berbinar-binar. Haechan menghampirinya dan langsung memeluk Ara.
“Katanya tadi pingsan? Kenapa? Sakit? Yang mana yang sakit? Telat makan? Masuk angin? Darah rendah?” tanya Haechan bertubi-tubi.
Ara tersenyum kecil, “Enggak, tadi sesek aja nafasnya.”
“Ohh.. Yaudah yuk aku anter balik.” Haechan menggenggam tangan Ara ke mobilnya.
Tentu Ara senang. Saat ini sedang hujan, dan Haechan menaruh telapak tangannya di atas kepala Ara agar tidak terkena air hujan.
Saat ingin masuk ke dalam mobil, senyum Ara luntur saat melihat Lami sudah duduk manis di samping kursi pengemudi.
“Ra, ayo masuk.”
Ara menatap Haechan sinis, “Gak usah. Aku pulang sendiri.”
“Ara! Cepetan masuk, hujan ini!”
Ara menghentakkan tangannya hingga terlepas dari tangan Haechan, “Anterin aja sahabat kamu pulang!”
Ara berlari begitu aja meninggalkan Haechan yang panik memanggil-manggil namanya.
Dengan baju yang sudah sepenuhnya basah, Ara berjalan di pinggir jalan raya sambil menangis.
Ia merasa malu, kesal, kecewa dan sedih di waktu yang sama. Ia malu karena kalah cepat sama Lami, ia kesal karena Haechan mau mengantar Lami pulang, ia kecewa karena Haechan masih gak bisa memilih antara Lami dan Ara. Dan juga, Ara sedih. Ara pacarnya. Tapi kenapa? Kenapa rasanya kasih sayang yang Haechan berikan kepada Lami sama besarnya dengan kasih sayang yang Ara dapat?
Tin! Tin!!
Ara menolehkan wajahnya ke arah klakson mobil barusan. Ia dapat melihat wajah khawatir Jaehyun yang sudah membuka kaca mobilnya.
Gak lama, Jaehyun turun dari mobilnya dengan jaket panjangnya. Segera Jaehyun selimuti tubuh Ara dengan jaket panjangnya. Jaehyun membuka pintu mobilnya dan menyuruh Ara masuk. Setelah Ara masuk, Jaehyun nyusul masuk ke dalam mobil.
“Ra! Kok kamu hujan-hujanan gitu?!” tanya Jaehyun sambil mematikan ac mobilnya dan menatap Ara khawatir.
Ara malah semakin menangis.
“Loh? Ra? Kamu kenapa sih?” tanya Jaehyun lembut sambil mengusap ujung kepala Ara.
“Sakit kak..” lirih Ara.
“Mana yang sakit, hm?”
“Hati Ara..hiks..”
Jaehyun memeluk Ara. Merelakan kaosnya basah karena air mata Ara.
“Ara.. buat aku, kamu terlalu berharga untuk disakitin. Bilang sama aku, siapa yang bikin kamu begini? Haechan ya?”
Ara mengangguk dalam dekapan Jaehyun.
“Yaudah nanti aku hajar.”
“hiks.. Ya jangan kak..”
“Kalo gak mau aku hajar Haechannya, jangan nangis lagi. Bisa?”
Ara mengangguk pelan sambil meredakan tangisannya.
Akhirnya Jaehyun melepaskan pelukannya dan mulai menjalankan mobilnya. Sambil fokus menyetir, Jaehyun menelpon seseorang.
“Halo? Napa?”
“Gua anter pulang Ara. Ketemu di jalan kayak gembel nih anak.”
Ara menatap tajam Jaehyun.
“Loh, si Haechan gak nganter?”
“Tau dah. Gak ngerti lagi. Yaudah ya.”
“Ok, Gua pulang deh.”
Bip
KAMU SEDANG MEMBACA
Fidèle
Short Story𝘍𝘪𝘥𝘦𝘭𝘦 𝘢𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢 "Kamu pilih aku atau sahabat kamu? Aku gak rela perhatian kamu ke aku dibagi ke perempuan lain!" "Ara!" "Haechan, sesusah itu ya buat fokus sama aku?"