𝘍𝘪𝘥𝘦𝘭𝘦 𝘢𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢
"Kamu pilih aku atau sahabat kamu? Aku gak rela perhatian kamu ke aku dibagi ke perempuan lain!"
"Ara!"
"Haechan, sesusah itu ya buat fokus sama aku?"
Bukannya menjawab, Haechan malah menarik Ara ke parkiran. Haechan menyalakan mobilnya dan membawa Ara ke rumah sakit.
Haechan membawa mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Membuat Ara mulai takut.
“Haechan..” lirihnya.
“kALO SAKIT TUH DI RUMAH SAKIT AJA, ARA! BILANG KE AKU BIAR AKU TEMENIN KAMU SEHARIAN DI RUMAH SAKIT. PERSETANAN SAMA SEKOLAH, GAK PEDULI AKU.” teriak Haechan. Saat ini emosinya berada diluar batasnya.
Ara menatap Haechan dengan mata berkaca-kacanya, “Percuma. Kalo Lami minta kamu nemenin dia juga kamu cabut, kamu ninggalin aku kayak biasa!”
Haechan tiba-tiba memberhentikan mobilnya di pinggir jalan. Ia mengacak rambutnya dan berusaha menetralkan nafasnya.
Setelah merasa dirinya telah tenang, Haechan menatap Ara dalam, “Maaf.”
Haechan merengkuh Ara ke dalam pelukannya. Tangis Ara tumpah seketika dan membalas pelukan Haechan.
“Aku cuman pengen Haechan yang dulu kembali. Aku mau kamu selalu ada di sisi aku tanpa bimbang sama ajakan perempuan lain. Aku mau kamu cuman perhatiin aku doang. Aku mau kamu selalu siap sedia cuman buat aku. Maaf, untuk kali ini aku mau egois.” ucap Ara dengan bahu yang bergetar.
“Iya. Mulai sekarang Haechan punya Ara sepenuhnya. Maaf udah nyakitin perasaan kamu..” lirih Haechan.
Tiba-tiba Ara terbatuk. Tak henti.
“Ara.. tahan. Kita ke rumah sakit.” ucap Haechan.
Haechan melepas pelukannya dan menggenggam tangan Ara. Haechan kembali menjalankan mobilnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ceklek..
Dokter yang kemarin masuk ke kamar Ara.
“Tuh kan bandel. Saya bilang juga apa. Diem-diem aja disini.” dokter yang bermarga Lee itu memeriksa Ara.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Ini siapa? Pacarnya ya?” tanya Dokter Lee.
“Iya dok.”
“Oh jadi kamu keluar rumah sakit gara-gara mau ketemu dia? Dasar.” Dokter Lee menyentil kening Ara dengan lembut.
“Ishh dok!” pekik Ara.
“Saya kira pacar kamu yang kemarin loh. Yang tinggi putih siapa tuh namanya?”
“Jaehyun? Itu temen kakak saya ya ampun dok.”
“Dia khawatir banget tau sama kamu. Sampai kayak orang kesurupan di depan kamar kamu diem aja sambil nunduk kemarin.”
“Ekhem.” Haechan berdeham.
“Eh pacarnya cemburu nih.” ledek Dokter Lee.
“Yaudah kalo ada apa-apa panggil saya.” ucap Dokter Lee.
Ara tersenyum, “Terimakasih dok.”
“Bye!”
Ceklek. Bruk.
Setelah pintu ditutup, Haechan melipat kedua tangannya di depan dada.
“Kok bisa sama Kak Jaehyun?”
“Dia ngajak aku ke supermarket kemarin. Terus, aku kambuh di supermarket. Dia langsung bawa ke rumah..uhuk..sakit.” batuk Ara ternyata belum berhenti.
Tiba-tiba Haechan mengambil tangan kanan Ara. Haechan mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Haechan memasangkan cincin itu di jari manis Ara, “Ini tanda kalo kamu punya aku. Sampai kapanpun, selama kamu pakai cincin ini, berarti kamu masih punya aku.”
Ara tersenyum senang, “Aku baru nyadar kamu juga pakai cincin. Apatuh tulisannya?”
“Ara.” jawab Haechan.
Lagi-lagi Ara tersenyum.
“Ra. Aku mau minta tolong sesuatu.”
“Apa??”
“Mau ya dirawat disini? Aku mau kamu sembuh biar kita bisa lulus sekolah sama-sama. Sama Jaemin, Jeno, Renjun juga.”
“Haechan.. aku gak mungkin sembuh.”
“Aku bakal selalu berdoa biar kamu sembuh mulai detik ini. Siapa tau Tuhan denger, terus kamu sembuh.”
Ara mengangguk, “Tapi, dengan syarat. Kamu harus tetep sekolah. Gak boleh bolos.”
Haechan memasang muka melasnya, “Gak mau..”
“Katanya mau lulus sama-sama??”
“Hhh.. iya yaudah. Tapi, aku tidur disini ya?”
“Emang papa mama kamu gak marah?”
“Enggak, mereka pasti ngerti.”
Haechan bangkit dari duduknya dan mencium kening Ara.