𝘍𝘪𝘥𝘦𝘭𝘦 𝘢𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢
"Kamu pilih aku atau sahabat kamu? Aku gak rela perhatian kamu ke aku dibagi ke perempuan lain!"
"Ara!"
"Haechan, sesusah itu ya buat fokus sama aku?"
Pemakaman Ara dihadiri oleh banyak orang. Mamanya, Doyoung, Haechan, Jaehyun, seluruh teman-teman angkatannya, guru-guru hingga kepala sekolah, dan Lami.
Tunggu, tidak ada maksud lain Lami datang. Ia hanya ingin meminta maaf dan pamit. Lami akan kembali ke Amsterdam hari ini.
Pemakaman Ara penuh dengan kesedihan. Terutama bagi keluarganya, Haechan, dan Jung Jaehyun. Para tokoh yang membutuhkan waktu yang lama untuk merelakan kepergian Ara.
Tak sedikit teman-teman seangkatan Ara yang menangis. Mengingat betapa baiknya sosok Ara di lingkungan manapun.
Mama Ara sudah tak bisa lagi mengeluarkan air matanya. Ia hanya bisa mengucapkan beberapa kalimat yang ia tak sempat sampaikan, “Ara, anak mama.. kamu yang tenang disana ya.. Ada papa yang bakal jagain kamu disana. Jangan khawatirin mama sama kakakmu disini ya? Ara harus bahagia disana. Soalnya Ara udah gak sakit lagi. Mama bakal sering kesini bawain makanan kesukaan Ara. Maaf kalo mama ada salah sama Ara. Maaf kalo mama bawel sama Ara atau suka ngomelin Ara. Terimakasih ya nak sudah menjadi putri mama.”
Doyoung mengusap batu nisan yang tertera nama Ara, “Kakak bakal kangen sama kamu, ra.”
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Acara pemakaman selesai. Semua sudah pulang. Terkecuali Haechan yang masih setia duduk di samping makam Ara.
Haechan tertawa kecil, “Aku sampai bingung mau ngomong apa lagi ra.”
“Kamu inget gak waktu aku nembak kamu di tengah lapangan? Oh! Di depan pak kepala sekolah juga. Kalo bisa pingsan, kamu udah pingsan kali ya? Hehehe..”
“Terus terus, waktu kita nonton film horror di bioskop, pulang-pulang kamu demam. Ya ampun aku gak berhenti ketawa kalo inget itu.”
Haechan menunduk, “Pada akhirnya, Lami ninggalin aku lagi ra. Harusnya aku dengerin kata Kak Doyoung waktu itu. Yah, aku gak bisa berhenti nyalahin diri aku sendiri karena lebih prioritasin Lami daripada kamu.”
“Ah. Aku sebenernya gak pengen kasih tau kamu sih. Soalnya kamu gak bakal senang dengernya. Tapi, aku kan pernah janji gak mau nutupin apa-apa dari kamu. Aku—
—udah gak ada niat buat buka hati aku lagi ra. Selama sisa hidup aku, aku cuman mau ngenang masa-masa aku sama kamu. Aku cuman mau mencintai satu perempuan aja seumur hidup. Kim Ara.”
Haechan tersenyum, “Hari udah mulai gelap. Aku pamit ya ra? Aku bakal sering ngunjungin kamu.”
Haechan mencium batu nisan tersebut seiring mengalirnya air matanya.
