Alasanku Meninggalkanmu

57 4 0
                                    

BRAAAKK!!!

Seluruh orang yang ada disana hanya mampu menatap tak percaya pada apa yang menimpa bocah kecil itu.

Beberapa orang buru-buru membantu si kecil dan memeriksa keadaannya. Mereka menghembuskan nafas lega ketika mengetahui sang bocah masih bernyawa.

Satu bocah lain yang masih berdiri di trotoar menangis kencang. Menangis tertegun melihat nasib temannya. Hingga beberapa orang mencoba menenangkan gadis kecil itu.

"Panggil ambulance!" seru seorang bapak yang pertama kali menolong bocah itu.

Seorang remaja dibelakangnya mengangguk. Ia berkutat dengan telepon pintarnya lalu menahannya di telinga, berbicara dengan seseorang di seberang sana.

Tak lama kemudian, sirine ambulance semakin mengaburkan pikiran si gadis kecil. Ia semakin menangis sejadi-jadinya. Ia berusaha ikut mengantar temannya ke rumah sakit. Namun orang-orang dewasa disana terus menghalanginya. Si gadis pun pasrah saat seorang wanita paruh baya mengantarnya pulang ke rumah. Ia hanya bisa berharap dan berdoa temannya baik-baik saja. Ia berjanji pada dirinya sendiri akan menjenguk temannya itu nanti. Walau tak sekarang.

***

"Aaaaarggh!" erang si bocah kecil ketika ayahnya membawanya menuju trotoar, tepat disamping jalan raya.

"Dirga, kamu kenapa?" tanya pria muda itu, ayah Dirga.

Namun bukannya menjawab, sang bocah malah menangis keras sambil menunjuk-nunjuk jalan raya.

Bocah itu bisa membayangkan ada darahnya disana, mengalir di jalan raya. Dan ada truk pelabuhan itu. Juga seseorang dibalik jubah hitam yang selalu mengintainya sejak kejadian itu.

"Dirga?" sang ayah kembali dibuat kebingungan.

"Aaargh!" si bocah malah kembali mengerang. Ia tak berhenti meneteskan air matanya. Erangan-erangan itupun tak berhenti keluar dari mulutnya.

"Dirga?" sang ayah masih kebingungan.

"Ayah..." Dirga kecil memeluk ayahnya, kepalanya Hanya mencapai pinggang sang ayah.

"Kamu kenapa, Nak?" tanya sang ayah khawatir.

Sang anak malah tetap menangis keras. Mau tak mau, pria muda itu membawa anaknya pergi dari sana.

***

"Bagaimana keadaan anak kami, Dok?" tanya pria muda itu kepada pria berjas putih yang baru saja keluar dari ruang steril di tempat ini.

Sang dokter hanya menghela nafas panjang, sementara wanita disamping pria muda meremas lengan suaminya.

"Luka-lukanya sudah sembuh semua. Secara fisik, tak ada yang salah dengannya," cetus dokter itu.

"Lalu mengapa dia bisa setakut itu kemarin?" tanya seorang wanita yang juga tengah harap-harap cemas akan keadaan putranya.

Sang dokter kembali menghela nafas panjang,

"Jawab dokter!" seru sang wanita histeris. Suaminya meremas bahunya, menenangkannya.

"Anak anda mengalami trauma psikis yang cukup berat. Keadaan yang wajar untuk seorang korban kecelakaan hebat pada usia sekecil ini. Jika anda menanyakan pendapat saya, saya tidak pasti...."

Rahasia di Balik Senja [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang