Malaikat Penyelamat

5 2 0
                                    

Bugh!

"Masih berani lo muncul depan gue, hah?" Dirga mendaratkan satu pukulan pada wajah Faro.

Faro tak tampak ingin melawan, ia hanya menerima pukulan bertubi-tubi itu dan merasakan sakitnya yang menjalar ke seluruh tubuh.

"Apalagi yang lo mau? Apa? Kita benar-benar hancur?" lanjut Dirga, masih bersungut-sungut.

"Gue nggak mau apa-apa, tapi dengan sikap lo yang kayak gini, itu semakin menghancurkan apa yang masih bisa diperbaiki"

"Nggak ada yang bisa diperbaiki. Satu-satunya cara adalah lo pergi sejauh-jauhnya dari kita. Itu satu-satunya solusi"

"Dirga..."

"Cukup! Gue nggak mau denger apa-apa dari mulut busuk lo lagi. Mendingan lo pergi sekarang juga"

Dirga berbalik memunggungi Faro, sementara Faro yang telah babak belur melangkah tertatih-tatih pergi dari sana.

Tak ada satu niatpun melawan, ia hanya berharap semua bisa kembali seperti semula. Namun apa masih bisa? Kata orang, gelas yang retak tak akan utuh lagi. Begitulah keadaan mereka sekarang?

Kalau memang begitu, kalau Faro memang harus pergi, lalu pada siapa lagi ia akan menghibur diri? Ayahnya hancur, Risya pergi, apakah kini ia juga harus kehilangan sahabat-sahabatnya juga? Lalu bagaimana cara Faro bisa bahagia?

Aaaargh!

Faro meninju dinding koridor yang ia lewati hingga cairan merah mengalir pelan dari kepalan tangannya.

Apa jalan keluar dari semua ini? Apa?

Aaaargh!

Faro mengulangi hal yang sama, lagi, lagi, dan lagi. Hingga tangannya mati rasa karena terlalu banyak terluka.

***

Faro berjalan sempoyongan di trotoar-trotoar yang lengang. Sekarang sedang hujan, aliran air deras dari langit berhasil menyamarkan tangis yang mendesak keluar dari pelupuk mata Faro.

Ia tahu ia lemah. Ia tahu ia bodoh. Ia tahu ia payah. Dan, ia tak tahu lagi harus bagaimana.

Matanya merah, begitu juga wajahnya yang lebam-lebam. Dirga kembali menghajarnya siang tadi, menambahkan luka fisik dan batin pada Faro.

Kenapa Dirga terlihat begitu benci padanya? Setidaknya, Dirga tak terlibat langsung pada masalah yang terjadi. Bahkan Edo malah merasa bersalah padanya, lalu kenapa Dirga yang sangat murka? Faro benar-benar tak habis pikir.

"Hei!" sapa seseorang.

Faro menoleh, mendapati Abrar yang tengah bertengger gagah di atas motornya.

"Mau apa lo?" tanya Faro dengan suara yang agak bergetar.

"Tenang, gue disini bukan mau cari ribut sama lo. Justru, gue mau nawarin solusi buat lo"

"Solusi? Sorry, gue nggak butuh solusi dari orang kayak lo yang nggak tau apa-apa soal masalah gue"

"Lo yakin? Bahkan lo belum tahu gue mau bicara apa. Dan, gue tahu lo juga udah nggak punya siapa-siapa lagi buat dijadiin temen curhat"

"Dan lo pikir lo bakal gue pilih jadi temen curhat? Sorry, tapi gue nggak sebodoh itu"

"Ya... terserah. Niat gue baik"

Rahasia di Balik Senja [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang