Bab 3 - Bencana

472 54 8
                                    

Langit biru nan cerah mendadak gelap tertutup awan badai. Alih-alih tetesan air yang tumpah ruah dari atas sana, kini bukan lagi. Jutaan bola api meluncur begitu cepat bak hujan badai yang berkali-kali lipat lebih menyeramkan. Sebagian besar hanya seukuran kepalan tangan. Tapi beberapa di antaranya juga ada yang diameternya mencapai lima puluh senti.

Seluruh warga mulai berhamburan. Suara teriakan ketakutan mengisi setiap sudut wilayah di Negeri Fanworld. Gemeretak bebatuan yang menimpa genting-genting bangunan membuat setiap orang yang mendengarnya refleks menutupi kepala mereka dengan kedua tangan. Atap-atap rumah mulai rusak dan terbakar, apinya perlahan merambat kemana-mana. Tidak ada perlindungan. Semua orang benar-benar histeris saat ini. Tidak tahu apa yang harus mereka lakukan.

Raja Edward beserta keroco-keroco istana berlarian keluar untuk menyaksikan apa yang sedang terjadi. Semua begitu terkejut melihat pemandangan mengerikan yang ada di hadapan mereka. Api dimana-mana. Para peri yang tidak sempat melindungi sayap mereka dari hujan bola api langsung tumbang, tewas mengenaskan.

“Rog!” seru Raja Edward lantang. “Pimpin pasukan untuk mengevakuasi rakyat terutama para peri. Mereka harus cepat-cepat di selamatkan sebelum populasi mereka benar-benar punah”

Rog langsung menuruti perintah sang raja dengan cepat. Ia mengarahkan pasukan penjaga yang sudah mengenakan baju zirah mereka ke lapangan, mengevakuasi orang-orang yang berlarian mencari tempat berlindung. Ia menuntun mereka untuk masuk ke dalam wilayah istana. Setidaknya disini aman. Sejak pascaperang kemarin, ada sihir pelindung abadi yang telah di pasang di seluruh wilayah istana untuk mencegah kehancuran. Hujan meteor itu tidak akan mampu menembus pelindungnya. Alam tidak cukup kuat untuk melawan sihir.

“Hasya, beri pesan darurat pada Panglima Orin agar membuka gerbang Akademi dan segera mengevakuasi warga terdekat! Setelah itu kumpulkan seluruh penyihir yang ada di sekitar! Suruh mereka ke tengah kota sekarang juga! Kita akan membuat sihir pelindung sementara untuk melindungi seluruh Negeri Fanworld!” seru Raja Edward lagi. Hasya mengangguk patuh dan langsung berlari menjalankan perintah. Ya, selain gedung istana yang diberi sihir pelindung, gedung Akademi juga sama.

“Tapi yang mulia, itu tidak mungkin,” sahut seorang anggota dewan istana. “Membutuhkan waktu sangat lama untuk membuat pelindung sebesar itu.”

“Aku tahu!” jawab Raja Edward. “Mangkanya kita sangat membutuhkan banyak sekali penyihir sekarang. Kalau bisa semuanya ikut berpartisipasi. Aku punya firasat kalau ini tidak akan hanya terjadi satu kali.”

Isati yang berada di belakang Raja Edward terbelalak tak percaya dengan pemandangan yang dilihatnya. Matanya mulai berkaca-kaca, merasa bersalah. Isati tahu betul kalau ini harusnya hanya menjadi hukuman untuknya saja, bukan satu negeri bahkan satu dimensi seperti ini.

Ia mulai melangkah maju. Tangannya terangkat ke atas untuk mengendalikan api-api yang sudah menyebar luas agar menjadi padam. Ia juga berusaha keras untuk mengendalikan seluruh bola api yang tengah terjun bebas menghantam daratan.

Usahanya cukup berhasil. Api yang masih terjun bebas di udara mendadak mati seketika. Tapi sayangnya ia tidak bisa mengendalikan batu-batu sisanya yang masih terus berjatuhan. Dan lagi, hal ini membuat energinya lebih cepat terkuras berkali-kali lipat.

“Cepat maju ke tengah kota untuk buat pelindungnya!” katanya sambil menggeram menahan energinya yang benar-benar hampir terkuras habis. “Aku tidak bisa terlalu lama mengendalikan ini.

Raja Edward segera memimpin pasukan penyihirnya untuk bergerak maju. Di tengah kota, ia segera mengerahkan energinya untuk membuat mantra sihir pelindung. Yang lain mengikuti. Sebagian warga penyihir yang melintas juga ikut membantu.

Perlahan-lahan, sebuah selaput tipis transparan mulai mengisi udara. Selaput itu perlahan semakin menyebar dan menyebar menutupi seluruh wilayah Negeri Fanworld mulai dari tengah. Prosesnya memang menggunakan waktu yang sangat lama. Isati mulai tersengal karena energinya yang mulai habis. Rog terus memimpin pasukan untuk mengevakuasi warga terutama peri. Mereka lah yang paling membutuhkan perlindungan saat ini.

The Fire Princess 2 : The Portal GuardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang