Pukul 3.30 sore. Inna, Fillia, Sai serta Lios yang dibopong oleh ketiganya mendarat di ruang kesehatan istana yang saat ini tampak dipadati oleh orang-orang yang cedera akibat hujan meteor yang berlangsung selama satu jam penuh. Semua orang yang berada di ruangan itu mendadak terkejut akan kehadiran mereka yang muncul secara tiba-tiba. Ditambah lagi dengan melihat keadaan Lios yang kini terlihat sangat lemas. Ya, kondisinya tiba-tiba saja kembali memburuk karena es yang ada di sayapnya yang rusak perlahan-lahan mencair. Wajah Lios semakin memucat, napasnya semakin menderu tidak karuan.
Inna mengedarkan pandangannya ke segala arah. Penuh. Tidak ada ranjang tersisa untuk membaringkan tubuh Lios. Wajahnya yang panik kembali menatap kekasihnya itu dengan perasaan campur aduk. Ia lalu menatap Fillia dan Sai bergantian.
“Lantai tiga, kamar tamu. Bisakah kalian membawanya kesana? Aku akan mencari tabib kepercayaan raja. Kuharap dia bisa membantu,” kata Inna dengan nada panik serta cemas yang bercampur menjadi satu.
Sai menatap Fillia meminta jawaban. Sebenarnya keadaan gadis itu juga tidak baik-baik saja saat ini. Luka bakar di lengan kanannya semakin lama terlihat semakin mengerikan. Memerah dan bernyenyeh. Bahkan terlihat menghitam di beberapa titik. Namun Fillia tetap menganggukkan kepalanya seolah tidak peduli dengan keadaan dirinya sendiri. Memang sih, jika dibandingkan dengan kondisi Lios saat ini, luka bakarnya sama sekali tidak ada apa-apanya.
Inna segera berlari ke segala arah di ruangan kesehatan istana yang cukup luas ini untuk mencari sang tabib kerajaan yang paling di percaya oleh raja. Bisa dibilang, kemampuan dan pengetahuannya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tabib yang lain. Biasanya, dia ditugaskan khusus untuk merawat kesehatan keluarga kerajaan. Jika dia tidak ada di ruangan ini, mungkin saja dia ada di kamar ayahnya, Raja Edward. Inna pun segera berlari keluar dari ruang kesehatan dan berlari cepat menuju kamar ayahnya di lantai dua.
Sementara itu, Fillia dan Sai segera meminta bantuan penjaga yang melintas untuk membantu mereka membawa Lios ke kamar tamu di lantai tiga. Sepanjang jalan semua orang yang dilewatinya tampak terkejut bukan main. Es Fillia pada sayap Lios sudah mencair sempurna saat ini. Menampakkan dengan jelas pemandangan terkoyaknya sayap biru transparan milik Lios.
Isati, yang kebetulan sedang berjalan turun di tangga menuju lantai bawah, matanya langsung melotot sempurna saat ia berpapasan dengan mereka. Mulutnya bahkan menganga tertahan selama beberapa detik.
“Oh, Tuhan ...,” gumamnya tercekat. “Apa yang telah terjadi? Kenapa bisa seperti ini?”
“Ceritanya nanti saja, Isati,” jawab Sai singkat. Ia terus melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga menuju lantai tiga. Isati mengikuti mereka di belakang.
Setelah sampai, mereka segera membaringkan tubuh Lios di atas dipan berseprai putih. Kondisinya sudah benar-benar buruk saat ini. Warna kulitnya bahkan hampir menyamai warna seprai itu. Suhu tubuhnya juga semakin terasa dingin.
Fillia menatapnya cemas. Ia bahkan terlihat hampir menangis.
“Lios?” panggilnya memastikan. Namun tidak ada jawaban dari pemuda peri yang tengah terbaring kaku itu.
“Oh, tidak, dimana Inna?” kata Fillia lagi semakin gusar. Ia menyentuh pipi Lios dengan punggung tangannya. Benar-benar terasa dingin. “Lakukan sesuatu, Sai!”
Sai yang tak kalah panik dengan kondisi sahabat karibnya itu, ia bergerak-gerak gusar untuk sesaat. Ia lalu meraih saku celananya dan mengambil empat buah kalung pendulum elemen yang satu jam sebelumnya bercahaya terang dan menyebabkan kekuatan mereka tidak terkendali. Ia lalu menyerahkannya kepada Isati.
“Tolong jaga ini,” katanya. “Untuk sementara kami tidak akan memakainya dulu sampai kondisi stabil.”
Isati tertegun. Ia mengambilnya dari tangan Sai dengan sedikit ragu. Pandangannya seolah berbicara, apa tidak apa-apa kalau aku yang menyimpan ini? Sai menganggukkan kepalanya meyakinkan. Isati pun menerimanya. Sejujurnya, ia sedikit merasa senang saat ini. Ia memang sedang mengincar keempat benda ini untuk menjalankan rencananya dengan Lord Dunkelheit. Ia tidak menyangka akan mendapatkannya dengan sangat mudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fire Princess 2 : The Portal Guard
FantasiaSudah dua tahun berlalu semenjak peperangan silam. Semua tampak baik-baik saja dalam dua tahun terakhir ini. Bahkan bisa dibilang sempurna. Namun, apakah keadaan yang sudah sempurna ini akan bertahan lama sesuai dengan apa yang di harapkan semua ora...