Bab 6 - Diskusi

200 23 2
                                    

Inna, Fillia, Lios dan Sai pergi bersama-sama untuk menelusuri setiap sudut Negeri Fanworld yang kini sudah seperti mimpi buruk bagi setiap penghuninya. Puluhan lingkaran api setinggi orang dewasa tergantung di tengah udara. Dan yang terburuk, lingkaran yang begitu besar membentang di atas langit, menampakkan dunia merah Abilos yang kini tengah dikerumuni oleh penghuninya yang mengantri untuk keluar dari sana, lalu masuk ke dimensi Negeri Fanworld. Langit dini hari yang gelap tak berbintang seolah mendukung situasi pada saat ini untuk menjadi lebih suram lagi.

Keempatnya menatap ngeri pemandangan menyeramkan itu. Tidak hanya itu, keadaan para warga juga terlihat sangat memprihatinkan. Jika biasanya pada waktu ini semua orang tengah tertidur dengan lelapnya di rumah masing-masing, kali ini tidak. Semua orang yang tadinya sudah kembali pulang ke kediaman mereka masing-masing setelah peristiwa hujan meteor itu sudah mereda, kini mereka terlihat keluar dari rumah dengan kecemasan serta ketakutan yang amat kentara. Bahkan ada yang sampai meringkuk frustasi ketika melihat para iblis satu-persatu mulai bergabung dengan mereka.

Inna menghentikan langkahnya ketika tiba persis di bawah portal api yang menggantung di atasnya. Tangannya terulur ke atas, berusaha menyalurkan energinya untuk bisa menutup portal itu. Setelah satu menit berkonsentrasi, akhirnya ia berhasil melakukan itu. Ia kembali melangkah ke arah portal berikutnya yang kira-kira jaraknya sekitar dua ratus meter di depan sana.

Ketika tiba disana, ia kembali menyalurkan energinya untuk menutup portal itu. Portal itu pun berhasil tertutup lalu menghilang. Ia terus melakukan itu sampai ada sekitar sepuluh lebih portal yang berhasil ditutupnya. Tapi lama kelamaan energinya semakin terkuras. Wajahnya sudah terlihat pucat karena kelelahan. Teman-temannya menatapnya khawatir.

"Kau tidak bisa melakukan ini seorang diri, Inna." Lios menghadang langkah Inna yang sedikit lagi sampai di titik portal berikutnya. "Kau sudah kelelahan. Istirahatlah dulu."

Inna menggeleng sambil menyingkirkan tubuh Lios lalu kembali berjalan menuju arah portal. Ia berkata, "Aku tidak sendiri, Lios. Isati juga sedang melakukan ini disisi lain."

"Tapi setidaknya kau juga jangan terlalu memaksakan diri." Fillia menimpali.

"Itu benar. Di saat seperti ini kita harus benar-benar mempertahankan energi kita sebaik mungkin. Kita tidak tau 'kan apa yang akan terjadi nanti. Setidaknya kita harus bersiap," tutur Sai memberi nasihat.

Inna tidak menghiraukan ucapan mereka. Ia malah berjalan semakin cepat mendekati portal berikutnya, lalu kembali mengerahkan energinya untuk menutup portal itu. Baginya yang terpenting saat ini adalah menutup semua portal yang terbuka untuk mencegah iblis-iblis yang keluar dari lubang-lubang mengambang itu agar tidak bisa membuat onar di Negeri Fanworld.

Tapi kemudian, belum genap portal yang tengah ditutupnya itu tertutup sempurna, tubuhnya mendadak oleng lalu tumbang. Untungnya Lios cukup sigap untuk segera menangkap tubuhnya sebelum terantuk pohon yang berada di dekatnya.

"Sudah cukup!" Lios berseru pelan. Namun jelas sekali kalau ia terlihat kesal pada Inna saat ini. "Kau kelelahan, Inna. Jangan di teruskan lagi!"

"Tapi Lios, aku harus bergerak cepat untuk menutup semua portalnya sebelum semakin banyak iblis yang keluar dari sana."

"Kau jangan bodoh," kata Sai ketus. "Memangnya kalau kau bisa menutup semua portal mengapung itu, semua masalah akan langsung beres begitu saja?

Inna tertunduk sedih. Fillia dan Lios hanya diam sambil memegang lengan Inna untuk menguatkannya. Mereka tahu, ucapan Sai memang benar.

"Sekarang lihat ke atas," kata Sai lagi. Inna menurutinya begitu juga Fillia dan Lios. Mereka memandang langit berlubang itu dengan ngeri. "Itulah sumber masalahnya, Inna. Percuma saja kau sia-sia menghabiskan energimu hanya untuk menutup puluhan portal kecil itu. Masih ada portal sebesar itu di atas langit yang tentunya lebih berpengaruh dibanding semua portal kecil itu. Jika kau ingin menutup portalnya, tutuplah yang di atas langit itu. Tapi apa kau bisa? Tidak bisa 'kan. Mangkanya jangan gegabah dalam mengambil tindakan. Jangan jadi sepertiku yang akan menyesali tindakan gegabahmu di kemudian hari."

The Fire Princess 2 : The Portal GuardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang