Sudah dua tahun berlalu pasca perang dengan bangsa Iblis. Awalnya semua memang tampak sangat kacau. Banyak sekali rumah warga yang hancur, pertanian yang hangus terbakar dan yang paling parah, banyak sekali prajurit yang gugur akibat perang itu. Raja Edward yang paling terpukul atas hal tersebut yang harusnya menjadi tanggung jawabnya. Ia sangat menyayangkan prajuritnya juga sebagian rakyatnya yang kini berkurang sekitar tiga puluh persen dari populasi sebelumnya.
Saat Inna masih terbaring kaku bagai mayat, Raja Edward mendirikan sebuah pemakaman khusus bagi orang-orang yang telah gugur dalam perang. Itu bukan pemakaman biasa. Tempat itu bahkan sampai dinamai 'Makam Para Pejuang' hanya demi menghormati setiap rakyatnya yang telah rela mengorbankan nyawa mereka demi mempertahankan Negeri Fanworld. Semua derajat mereka ia setarakan di pemakaman itu. Semua rakyat yang masih hidup diwajibkan untuk menghormati mereka layaknya pahlawan. Baik itu prajurit maupun rakyat biasa, semuanya tidak terkecuali mendapat penghormatan yang sama atas kematian mereka. Bahkan termasuk Perdana Menteri Lament dan Zack. Walaupun jasad mereka tidak ada, tapi Raja Edward tetap menyediakan dua nisan atas nama mereka di pemakaman itu.
Tidak hanya itu, Raja Edward bahkan sudah menyediakan nisan atas nama Inna. Syukurlah batu itu kini hanya menjadi tumpukan barang tak berharga yang ada di gudang istana. Sebenarnya Lios menawarkan diri untuk menghancurkan batu tersebut, tapi Inna menolak. Ia bilang, biarlah nisan dengan namanya itu tetap bertumpuk di gudang. Itu mungkin bisa menjadi salah satu pengingat baginya agar selalu berhati-hati dimana pun ia berada agar batu itu tidak pernah keluar dari gudang, lalu tertancap di atas rumput. Begitu pikirnya. Walaupun sebenarnya terlihat sangat mengerikan bagi Lios.
Syukurlah semuanya sudah menjadi lebih baik saat ini. Fanworld beruntung karena memiliki penghuni seperti elf di dalamnya. Mereka benar-benar sangat berperan penting dalam pembangunan alam yang baru. Sebagai pengendali tanaman, mereka telah berhasil membuat Fanworld terlihat jauh lebih hijau dibandingkan sebelum perang. Contohnya Dark Forest. Lihat saja, hutan itu kini tidak akan pernah kekurangan cahaya matahari lagi. Hutan itu tidak akan pernah menjadi segelap dulu lagi. Dark Forest sudah tiada. Bahkan seperti hilang di telan bumi. Sekarang, tempat suram itu sudah berubah menjadi perkebunan dan persawahan bagi penduduk perbatasan. Eh, tidak, tidak. Sudah tidak ada lagi penduduk perbatasan. Kini, dari barat ke timur, juga dari utara ke selatan, semua adalah wilayah Fanworld. Tidak ada lagi larangan untuk mengunjungi hutan. Semuanya tidak ada yang perlu di takuti.
Inna tersenyum menatap negeri tercintanya itu dari balkon kamarnya. Sudah cukup ia bernostalgia dengan masa kelamnya. Tidak ada yang perlu di cemaskan untuk saat ini. Bahkan hari ini adalah hari yang sangat sempurna karena akhirnya sebuah bangunan yang sudah di nanti-nantikan oleh semua orang pada hari ini akan segera dibuka untuk umum. Inna pun tidak bisa menahan senyumnya ketika menatap bangunan kokoh itu sudah di kelilingi oleh para remaja yang terlihat sangat antusias untuk segera memasukinya.
"Masih sibuk membanding-bandingkan Fanworld yang dulu dengan yang sekarang?" Sebuah suara lembut membangunkan Inna dari lamunannya.
Seorang gadis dengan gaun merah muda selutut berdiri tersenyum di samping Inna. Rambut hitamnya terikat rapih membentuk ekor kuda. Bola matanya coklat gelapnya tampak bersinar di bawah terpaan cahaya mentari.
"Ah, kebiasaan lama," jawab Inna tersenyum.
Gadis itu balas tersenyum sambil menatap Inna teduh. "Kau sebaiknya segera datang kesana. Panglima perang arogan itu pasti akan sangat tidak senang jika sang puteri mahkota terlambat hadir dalam upacara peresmian bangunan andalannya itu."
Inna tertawa mendengar itu. "Panglima Orin pasti akan memasang wajah galaknya jika ia mendengar ucapanmu, Isati."
"Biar saja. Toh saat ini dia tidak bisa mendengarku, kan? Biarkan aku mengejeknya dengan puas."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fire Princess 2 : The Portal Guard
FantasíaSudah dua tahun berlalu semenjak peperangan silam. Semua tampak baik-baik saja dalam dua tahun terakhir ini. Bahkan bisa dibilang sempurna. Namun, apakah keadaan yang sudah sempurna ini akan bertahan lama sesuai dengan apa yang di harapkan semua ora...