Sinar matahari yang menembus cela-cela jendela menerpa wajah gadis mungil yang tengah terlelap itu.Matanya mulai mengerjap menyesuaikan cahaya matahari yang masuk ke retina matanya.
Sambil menguap kecil, Beby bangkit dari tidurnya. Tapi, kenapa tubuhnya terasa berat sekarang?
Beby membuka lebar mata sayunya, kemudian melirik ke arah perutnya yang ia yakini jika yang ia rasakan berat tadi asalnya dari sana.
Benar saja, sebuah lengan tengah menimpa perutnya. Beby segera menelusuri lengan itu guna menilik siapa pemiliknya.
Dan sekarang Beby sedang berhadapan dengan wajah pemilik lengan yang memeluknya, kening Beby mengernyit, siapa? Pikirnya.
Otak Beby segera memutar ingatannya tentang kejadian kemarin. Ah ya, cowok yang sedang memeluknya inikan abangnya.
Karena sibuk dengan pikirannya, Beby tidak sadar jika Nio sudah membuka matanya yang tadi terpejam, merasa terganggu dengan sebuah gerakan yang berada dipelukannya.
"Kamu sudah bangun Baby?" Suara serak itu mengalihkan perhatian Beby, dan dia merasa ada nada yang aneh ketika abangnya mengucapkan namanya.
Beby hanya mengangguk membalas pertanyaan Nio. Membuat abangnya itu semakin mengeratkan pelukannya dan membawa kepala Beby menempel dadanya.
"Em.. Bang?" Panggil Beby pelan. Nio berdehem.
"Udah siang, ayo bangun nanti dimarahin mama" ucap Beby, membuat mata Nio membelalak ketiaka mendengar kata siang. Nio segera melepaskan adiknya dan beranjak dari ranjang.
"Beby mandi dan langsung turun ke bawah ya," kata Nio sebelum meninggalkan Beby dengan tanda tanya besar di otak cantiknya, karena abangnya yang terburu-buru.
Beby mengendikan bahunya, namun ia segera menuruti perkataan Nio. Beby menoleh melihat jam dinding yang menunjukkan angka 6.20, ah masih pagi ternyata. Beby turun dari ranjang dan masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah selesai mandi tanpa memerlukan waktu yang lama, Beby memasuki ruangan kecil yang ditunjukkan oleh Nio jika ruangan itu terdapat baju-baju yang dapat Beby kenakan, tapi Beby lupa nama ruangan itu padahal Nio sudah memberitahu.
Karena bingung dengan banyaknya baju disana, Beby memilih asal dress yang menggantung. Dan pilihannya jatuh pada dress rumahan selutut tanpa lengan yang berwarna pink.
Selesai dengan urusannya didalam kamar, Beby segera keluar dari sana. Tujuannya sekarang adalah ruang makan.
Saat akan melewati ruangan yang ternyata juga kamar berada disamping kamarnya, Beby berhenti. Penasaran siapa pemilik ruangan itu, apalagi pintunya setengah terbuka.
Beby berjalan mendekati pintu, dapat ia lihat jika kamar itu gelap tanpa penerangan. Mungkin juga dikarenakan dinding tembok kamar itu yang berwarna abu-abu? Ia juga dapat menghirup bau harum asing yang menyapa indera penciumannya.
"Ngapain kamu?"
Suara berat yang berasal dari arah ruangan itu membuat Beby terperanjat kaget. Beby mencari asal suara. Dan tepat matanya bertubrukan dengan mata tajam dan dingin milik seorang pria yang baru keluar dari kamar mandi?
Lama mereka bertatapan sehingga, "ngapain kamu?" Suara itu terdengar kembali ditelinga Beby. Membuat Beby sedikit takut karena nada suara yang datar diikuti mata yang masih menatap dingin kearahnya.
Tanpa menjawab apapun, Beby segera meninggalkan kamar itu dan melanjutkan tujuannya dengan berlari kecil.
***
Senyum Beby kian merekah ketika sampai diruang makan.
"Pagi semua!"
Sapaan ceria itu membuat beberapa orang yang berada diruang makan melihatnya. Ada yang menjawab dan ada juga yang diam saja.
"Duduk sini, Beb!" Nio menarik pergelangan tangan Beby untuk duduk dikursi sampingnya.
Beby menatap satu persatu orang yang berada dimeja makan. Ada papa, mama, bang Dion, bang Nio, dan seorang cowok asing yang mungkin seumuran dengan bang Nio.
Apa itu abangnya juga? Beby kembali menatap cowok asing itu yang ternyata juga menatapnya dengan tatapan sinis kah?
"Oh ya, Beby. Itu Azka abangnya Beby juga." Kata Tori mengalihkan pandangan Beby. Tori menunjuk cowok asing tepat di seberang Beby.
Beby mengangguk sambil tersenyum kearah Azka, tapi yang diberi senyuman hanya menatap sinis kearahnya membuat Beby menunduk tapi tetap mempertahankan senyumannya.
Nio yang melihat itu segera menggenggam tangan Beby yang berada dibawah meja makan, tak lupa memberi senyum manis yang juga dibalas Beby.
Dan mereka memakan makanan yang disajikan dengan keheningan yang menemani mereka.
"Aku selesai"
"Dion juga akan berangkat sekarang,"
Azka berdiri dari duduknya dan menyampirkan tas dibahunya. Diikuti Dion.
"Kalo gitu bang Nio juga akan berangkat sekarang," Nio beranjak dari tempatnya tak lupa memberi kecupan dipipi Beby dan menyalami kedua orang tuanya. Kemudian berlalu meninggalkan ruang makan.
"Beby," panggil Tori membuat Beby menoleh.
Tori tersenyum dan bangkit dari duduknya lalu menghampiri Beby, "bang Azka sama bang Dion sifatnya emang gitu, tapi mereka baik kok, sayang sama Beby, jadi jangan diambil hati ya." Tori mengelus kepala Beby sayang.
Beby mengangguk.
"Kalo Beby dinakalin bilang aja sama mama biar nanti mama hajar mereka," Ayu tersenyum lembut kearah putrinya.
"Ah iya, Beby belum ketemu sama bang Dami kan? Bang Dami baru pulang tadi pagi mungkin sekarang lagi dikamar. Beby coba anterin sarapan, bang Dami pasti senang." Ujar Ayu bersemangat.
Tanpa meminta persetujuan dari sang putri, Ayu menyodorkan piring yang berisi makanan tak lupa dengan segelas air.
Beby menatap Tori, ketika mendapatkan senyuman serta anggukan. Beby mengambil alih makanan itu.
"Bang Dami kamarnya disebelah kamar Beby ya."
⚫
⚫
⚫Tbc
Jangan lupa vote dan komen😁
Selasa, 28 April 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Beby and Brother's [TERBIT]
Teen FictionBeby Abigail, si gadis polos nan lugu, hidupnya berubah menjadi 180 derajat ketika mamanya tiba-tiba menikah dengan seorang pengusaha kaya raya. Bahkan Beby harus dibuat lebih terkejut lagi ketika mempunyai empat sosok abang dengan kepribadian yang...